Hasil real count dari Partai Nasdem Kamis (10/4), menujukkan Partai Golkar unggul sementara, disusul Partai Gerindra, Demokrat dan PAN di daerah pemilihan Sumbar I untuk DPR RI. Azwir Dainy Tara saat ini merupakan caleg Golkar yang berada di urutan teratas.
Sementara untuk Dapil Sumbar II, Gerindra memimpin dengan Caleg Ade Rezki Pratama dan diikuti oleh Golkar dan Demokrat pada urutan berikutnya.
Ketua Bapilu Nasdem Sumbar Yosmeri Yusuf mengatakan real count yang dilakukan Nasdem ini dengan mengumpulkan lembaran C1 (hasil perhitungan suara,red) di 4.000 lebih TPS yang berada di 18 kabupaten dan kota kecuali Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan Partai Nasdem ini, untuk Dapil Sumbar I Golkar meraih suara sekitar 18 persen dengan Azwir Dainy Tara berada di urutan teratas. Diikuti Gerindra yang meraih 12 persen suara dengan Suir Syam dan Afrizal bersaing ketat untuk meraih posisi teratas. Kemudian di posisi ketiga Demokrat dan PAN meraih 10 persen suara dengan Dasrul Djabar dan Darizal Basir yang harus bersaing ketat dan Asli Chaidir unggul di PAN.
Di Sumbar II, Gerindra memperoleh 18 persen suara dengan Ade Rezki Pratama berada di urutan teratas. Di urutan kedua ditempati Golkar dengan raihan 16 persen suara dan menempatkan John Kenedy Azis di urutan pertama. Di posisi ketiga diraih Demokrat yang meraih 14 persen suara dengan menempatkan Mulyadi pada urutan teratas.
Perolehan suara di Sumbar ini sedikit berbeda dengan gambaran perolehan suara secara nasional oleh bebagai lembaga survei. Secara nasional, PDI Perjuangan memimpin dan diikuti oleh Partai Golkar.
Pengamat politik melihat kembali berjayanya Golkar di Sumbar tidaklah mengherankan. Begitu juga ketika PDI Perjuangan tidak bisa unggul di Sumbar bukan hal yang mengherankan. Sumbar pernah menjadi basis suara Golkar namun PDI Perjuangan mempunyai sejarah yang panjang di Sumbar terkait PRRI di masa Soekarno. Efek Jokowi ternyata tidak berlaku.
Pengamat politik dari Universitas Andalas Asrinaldi melihat, unggulnya Golkar di Sumbar karena memiliki struktur politik lebih kuat dan memiliki jaringan yang kuat hingga ke level bawah. Sementara munculnya Gerindra di Sumbar untuk pertama kalinya diperkirakan efek ketokohan Prabowo yang menyihir masyarakat Sumbar.
Tidak hanya itu, kekuatan kapital daripada Caleg Gerindra juga turut menyumbang andil yang cukup besar.
“Jika Demokrat masih menempati posisi di Sumbar, karena tidak mungkin penurunan itu akan terjadi secara drasmatis. Sumbar pada 2009 sudah menjadikan Demokrat partai besar di wilayah ini dan tidak akan mungkin langsung menurun tajam pada pemilu kali ini,” terangnya.
PDI Perjuangan tidak unggul, karena Jokowi Effect itu tidak ada. Menurutnya, disebut Jokowi Effect ketika terjadi peningkatan suara di daerah yang bukan basis PDI Perjuangan.
“Jika ada Jokowi Effect, yang benar terjadi itu adalah peningkatan suara PDI Perjuangan. Jika pada pemilu 2009 lalu meraih 3,8 persen suara, sekarang mestinya naik menjadi dua kali lipat. Jokowi Effect ini hanya terlihat di daerah yang basis PDI Perjuangan dan sebenarnya itu terjadi karena masyarakat memilih partai. Nah di daerah yang berada di luar basis PDI Perjuangan mereka akan lebih memilih sosok figur daripada partai. Di Sumbar, keberadaaan Jokowi tidak berpengaruh,” ucap Asrinaldi.
Sementara itu, pengamat politik dari IAIN Imam Bonjol Muhammad Taufik melihat permasalahan PDI Perjuangan tidak unggul di Sumbar disebabkan sejarah buruk antara partai berlambang banteng ini dengan masyarakat Minangkabau. Pergolakan PRRI yang terjadi di masa Soekarno sudah menghambat PDI Perjuangan menjadi partai besar di Sumbar.
“Tidak hanya itu, PDI Perjuangan tidak memiliki tokoh yang dibicarakan oleh masyarakat. Inilah penyebabnya. Jika berbicara Jokowi Effect, ini tidak terjadi di Sumbar,” terang Taufik.
Sementara kenapa Golkar berjaya kembali, karena dari dulunya Sumbar merupakan basis Partai Golkar secara nasional. Hal lainnya yang menarik adalah, kecenderungan politik di Sumbar adalah mengikuti arus politik di Jakarta. Model politik di Sumbar cenderung kepada partai politik yang berkuasa.
Sementara jika melihat Gerindra yang meraih tempat untuk pertama kalinya di Sumbar disebabkan ketokohan yang dimunculkan bukan karena sosok Parbowo. Sejumlah tokoh seperti Ade Rezki Pratama yang dikenal karena sosok ayahnya Nelson Septiadi, Endang Irzal yang merupakan mantan Direktur Semen Padang dan pernah mencalonkan diri sebagai calon gubernur dan Elvin Ramli pengusaha sukses yang meraih 23 ribu suara pada pemilu sebelumnya.
“Jadi figur itu lebih menentukan daripada partai. Termasuk juga ketika Nil Maizar dari Nasdem yang memperoleh suara yang cikup besar di Sumbar II karena ketokohannya,” pungkas Taufik. s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar