Di atas kertas, pasangan bakal calon presiden Prabowo Subianto dan bakal calon wakil presiden Hatta Rajasa mendapat dukungan partai politik lebih banyak dibanding pasangan bakal capres Joko Widodo (Jokowi) dan bakal cawapres Jusuf Kalla (JK). Keputusan Partai Golkar pada detik-detik akhir semakin memperbesar dukungan untuk Prabowo-Hatta.
Pasangan Jokowi-JK didukung oleh empat parpol, yakni PDI Perjuangan (18,95 persen suara pemilu legislatif, 109 kursi DPR), Partai Nasdem (6,72 persen, 35 kursi DPR), Partai Kebangkitan Bangsa (9,04 persen, 47 kursi DPR), dan Partai Hanura (5,26 persen, 16 kursi DPR). Jika dijumlah, pasangan tersebut memperoleh dukungan 39,97 persen suara atau 207 kursi DPR.
Adapun pasangan Prabowo-Hatta didukung oleh lima parpol yang lolos ke DPR, yakni Partai Gerindra (11,81 persen, 73 kursi DPR), Partai Golkar (14,75 persen, 91 kursi DPR), Partai Amanat Nasional (7,59 persen, 49 kursi DPR), Partai Persatuan Pembangunan (6,53 persen, 39 kursi DPR), dan Partai Keadilan Sejahtera (6,79 persen, 40 kursi DPR).
Partai Bulan Bintang juga memberikan dukungan terhadap Prabowo-Hatta. Namun, parpol itu tidak lolos ke DPR lantaran hanya memperoleh 1,46 persen suara. Jika dijumlah, pasangan tersebut memperoleh dukungan 48,93 persen suara atau 292 kursi DPR.
Adapun Partai Demokrat yang memperoleh 10,19 persen atau 61 kursi DPR diperkirakan akan memilih netral. Jokowi-JK sudah mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum. Adapun Prabowo-Hatta akan mendaftar pada Selasa (20/5/2014).
Pengamat politik Univeristas Pelita Harapan, Victor Silaen, menilai hitungan di atas kertas itu tidak akan berpengaruh dalam Pemilihan Presiden 9 Juli mendatang. Menurut dia, karakter pribadi dan pandangan masyarakat secara emosional terhadap tokoh yang maju lebih menentukan perolehan suara.
"Persentase itu hanya akan berpengaruh untuk parlemen, tidak untuk rakyat pemilih secara keseluruhan. Rakyat sudah punya pilihan sendiri," ujar Victor saat dihubungi Senin (19/5/2014).
Menurut Victor, kompleksnya dinamika pasangan capres dan cawapres akan signifikan memengaruhi pilihan masyarakat. Ia mencontohkan, sosok JK yang merupakan tokoh Golkar akan menimbulkan perpecahan suara di internal Golkar. Dukungan kader dan pengurus Golkar akan terbelah mendukung Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta.
Selain itu, Victor menilai sosok Hatta tidak begitu menonjol untuk mengambil hati rakyat. "Ia berada di tengah-tengah. Tidak begitu menonjol dan tidak begitu buruk juga," ujarnya.
Lebih jauh, katanya, pilihan masyarakat pada pilpres akan lebih subyektif memandang tokoh yang maju sesuai dengan karakter yang mereka sukai. Misalnya, pemilih yang menyukai sosok sederhana akan memilih Jokowi, sementara pemilih yang lebih suka pemimpin yang terkesan tegas akan memilih Prabowo. "Akan sangat subyektif sekali," katanya.k
Tidak ada komentar:
Posting Komentar