Bupati Solok Syamsu Rahim berharap agar dermaga Singkarak bisa menampilkan ikon dan atraksi budaya daerah. Keberadaannya juga diharapkan mampu menarik investor untuk menanamkan modalnya dalam memajukan pariwisata daerah.
Kebersihan dan keamanan dermaga Singkarak harus diutamakan agar dapat menarik minat wisatawan. “Yang penting, masyarakat Singkarak harus bersatu padu. Insya Allah rahmat Allah akan turun,” ujar Syamsu Rahim saat menghadiri acara Musyawarah Tungku Tigo Sajarangan Tali Tigo Sapilin (MTTS-TTS) ke-3 yang dilaksanakan di Nagari Singkarak, Kecamatan X Koto Singkarak, Sabtu (30/8).
Syamsu Rahim juga mengajak masyarakat setempat untuk menjaga ekosistem ikan bilih agar tetap bertahan. Pihaknya tidak ingin seperti yang terjadi di Maninjau dimana habitat aslinya telah hampir habis, lantaran banyaknya keramba apung yang tidak mampu ditertibkan.
“Menjaga kelestariannya Danau Singkarak adalah wujud syukur kita kepada Allah,” ujarnya sembari meminta kepada masyarakat untuk membudidayakan ikan bilih Singkarak dengan pengolahan lain agar memiliki nilai tambah.
Berbeda dengan yang dilaksanakan di nagari lain, pelaksanaan MTTS-TTS ke-3 di Nagari Singkarak, terlihat unik. Diiringi ninik mamak, cadiak pandai, alim ulama dan bundo kanduang nagari yang menjujung jamba, layaknya seorang marapulai, Bupati Solok Drs H Syamsu Rahim diarak sepanjang jalan di nagari itu sebelum pelaksanaan musyawarah yang dilaksanakan di gedung serbaguna Singkarak.
Kendati berjalan kaki sekitar 1,5 km dari balai-balai adat menuju tempat pelaksanaan MTTS-TTS, bupati terlihat antusias dan bersemangat lantaran tradisi budaya Nagari Singkarak yang dilakukan setiap pelaksanaan alek nagari dari dahulunya itu masih bertahan hingga kini.
“Kegiatan ini sangat luar biasa. Setiap kami menghadiri MTTS-TTS di sini, selalu diarak sepanjang jalan singkarak,” tutur bupati yang hadir bersama Kepala BPM Drs H Khairi Yusri, Sekretaris PU Deni Prihatni ST dan Wakil Ketua DPRD Septrismen Sutan Putih .
Terhadap kegiatan MTTS itu sendiri, sembari menerangkan makna pelaksanaan dari kegiatan, bupati membentangkan berbagai persoalan dan kondisi yang tengah di hadapi masyarakat ranah Minang. “Inilah jeritan nurani saya sebagai anak Minangkabau. Apa yang bisa saya sumbangkan untuk ranah Minang ini untuk menyikapinya, minimal untuk Kabupaten Solok.”
Tokoh adat setempat Gustinar Sutan Marajo mengatakan, keberadaan MTTS-TTS sudah membumi di Kabupaten Solok maupun di Sumatera Barat. Keinginan Syamsu Rahim untuk membangkik batang tarandam melalui MTTS-TTS patut diapresiasi. “Kita sudah banyak mendengar di media massa maupun di media elektronik tentang wacana babaliek banagari, cuma retorika namun minim aplikasi,” ujar Gustinar Sutan Marajo.
Dengan kembalinya MTTS-TTS yang di canangkan oleh Bupati Solok Syamsu Rahim, pihaknya yakin masyarakat Minangkabau akan kembali bangkit. Karena falsafah adat basandi syara - syara basandi kitabullah telah diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat.
Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Erizal Dt. Rajo Batuah dan Walinagari Singkarak Arman menyebutkan Syamsu Rahim adalah satu-satunya kepala daerah di Sumbar yang telah mencetuskan dan membangkitkan kembali MTTS-TTS sebagai warisan nenek moyang Minangkabau sejak dahulunya.
Lantaran itu, pihaknya sangat mendambakan Syamsu Rahim menjadi Gubernur Sumbar periode mendatang.
Dalam kepemimpinannya, Syamsu Rahim juga telah mengaplikasikan program tesebut di 14 kecamatan dari 74 nagari yang ada di Kabupaten Solok dengan menjadikannya sebagai pilot project percontohan di nagari tentang nilai adat dan agama dan juga telah dianggarkan dalam APBD Kabupaten Solok.
Selain itu, KAN dan Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kabupaten Solok juga sudah dianggarkan ke dalam APBD agar KAN dan LKAAM bisa berjalan sesuai dengan fungsinya masing-masing. H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar