Majalah Jepang Spa edisi 14-21 Oktober 2014.
Seorang wartawan Jepang menuliskan pengalamannya bertemu berbagai PSK di Tokyo terutama di kawasan Shin Okubo Tokyo yang memang banyak sekali orang Asia di sana termasuk orang Indonesia. Paling banyak adalah orang Korea sehingga daerah itu sering dijuluki Korean Town-nya Tokyo.
"Tengah malam saat kereta api hampir habis saya jalan-jalan sekitar Okubo dan Shin Okubo, yang terkenal sebagai “Ginza of prostitution” karena banyak orang asing sebagai PSK berjalan-jalan malam hari di sana," tulis wartawan Jepang yang dimuat majalah Spa edisi 14-21 Oktober 2014.
Daerah tersebut mulai penuh dengan aktivitas malam sejak 10 tahun terakhir ini. Sekitar 100 orang bekerja di tepian jalan kalau sudah tengah malam.
"Belum lama ini tengah malam saat saya berjalan di sana ada sekitar 30 PSK berdiri di pinggir jalan dan banyak di antaranya memanggil saya dengan suara halus," tambahnya.
Setelah menyapanya, diketahui mereka dari berbagai bangsa antara lain dari Indonesia, China, Amerika Selatan dan sebagainya ada di pinggir jalan.
"Tetapi cukup mengagetkan tak menemui orang Korea," tulisnya lagi.
Alasannya menurutnya, karena sama-sama orang asing, tak mau tumpang tindih dan lagi pula di kota Korea banyak sekali orang Korea sehingga PSK Korea kebanyakan ada di dalam klub malam, tidak muncul di pinggir jalan.
Kebanyakan PSK usia 40 tahunan dan paling banyak dari China. Tetapi belum lama ini ada penggerebekan di Roppongi membuat jumlah mereka agak berkurang saat ini.
Apabila ada yang memakainya, pembayaran 10.000 yen untuk PSK di pinggir jalan, lalu bermain di hotel dan uang hotel tentu lelaki yang membayarnya.
Komunikasi dengan PSK umumnya kini dengan ponsel masing-masing, janjian bertemu di suatu tempat. Atau mendapatkan PSK dari ponsel, media sosial Jepang tempat chatting.
Kebanyakan PSK ini bertaburan ke luar saat liburan musim panas karena banyak yang jalan-jalan di sekitar sana.t
Tidak ada komentar:
Posting Komentar