Shanghai - Berbeda dengan citra produk Cina yang gampang rusak, Huawei tak sembarangan dalam merilis produk telepon pintar. Sebelum diluncurkan ke pasar, setiapgadget harus melewati uji fisik yang ketat dan "brutal" di laboratorium mereka.
Tempo berkesempatan melongok laboratorium Research and Develompment (R&D) Huawei di Shanghai, Cina, pada Desember 2014. Laboratorium itu terdiri atas beberapa ruangan seluas 80 meter persegi. Di dalamnya, ada perangkat yang hendak dan sedang dipasarkan.
Di salah satu ruangan, berjejer perlengkapan di atas meja. Alat pertama yang kami uji adalah empat kotak kaca yang bisa berputar. Menurut Senior Tester Engineering R&D Huawei Yang Cheng Zun, setiap kotak diisi telepon seluler. Bila kaca itu diputar, telepon itu akan terbanting. “Di sini, setiap sampel telepon dibanting 200 kali,” katanya. Dia mengklaim produk Huawei banyak yang tahan dari ujian itu.
Setelah itu, Cheng Zun memperlihatkan peralatan uji lainnya secara berturut-turut. Yaitu, uji kekuatan tombol pengunci layar yang biasanya menyatu dengan tombol on/off di samping telepon. Lewat mesin hidrolik, tombol itu akan ditusuk-tusuk oleh perangkat hidrolik sebanyak 10 ribu kali. Dengan asumsi, tombol itu akan dipencet sebanyak itu selama tiga tahun. Termasuk tombol volumenya yang berada di sisi yang sama. “Tiga tahun adalah rata-rata masa paling lama kekuatan telepon,” ujar Cheng Zun.
Ujian brutal itu belum selesai. Cheng Zun dan stafnya mempertunjukkan telepon pintar Huawei disiksa dengan cara dibengkokkan. Wartawan dari Indonesia mengeluarkan Huawei Ascend P7 miliknya. Telepon itu diletakkan secara vertikal di mesin uji, lalu mesin itu mencengkeramnya dari atas dan bawah. Ngek..., ngok.... Telepon itu diputar berlawanan arah sebanyak dua kali. Dan ternyata, telepon itu masih utuh dan bisa digunakan. Kami pun tercengang. "Kalau rusak, saya minta ganti,” katanya.
Huawei juga menguji kekutan hal-hal kecil lain pada telepon pintar buatan mereka. Ada mesin yang menguji keawetan lubang colokan untuk mengisi baterai yang berada di paling bawah. Kepala kabel yang di-charge itu akan berkali-kali ditekan dari atas dan bawah dengan tekanan setara dengan 1 kilogram sebanyak 2.000 kali.
Ada pula simulasi kelenturan telepon pintar. Sebuah mesin yang dipasangi kantong celana jins dan sebuah telepon yang akan diuji dimasukkan ke dalam kantong, kemudian ditekan. Ujian ini berkaitan dengan kebiasaan para pengguna yang lebih sering mengantongi telepon mereka. Banyak keluhan telepon gampang rusak akibat tertekan saat pemiliknya jongkok atau duduk. “Ada satu merek terkenal yang baru saja diluncurkan, tapi banyak keluhan akibat mudah bengkok,” tutur Cheng Zun, tanpa mau menyebut merek yang dimaksud.
Ada banyak lagi uji ketangguhan yang mereka lakukan. Yaitu, menjatuhkan telepon ke lantai keramik dari ketinggian 1 meter, membekukan telepon pada suhu -40 derajat Celcius, dan memanaskannya hingga suhu 70 derajat Celcius. “Bila ada baterai yang mampu hidup pada suhu -40 derajat dan 7- derajat Celcius, kami menjamin produk Huawei akan bisa tetap beroperasi,” ujar Cheng Zun. Namun, dari teknologi yang ada kini, kekuatan baterai hanya mampu bertahan pada suhu -10 hingga 55 derajat Celcius.t
Tidak ada komentar:
Posting Komentar