Ilustrasi (gettyimages)
Sejumlah kota besar di Indonesia mulai pertengahan 2015 ini dipastikan sudah bisa menikmati akses super cepat 4G LTE hingga 100 Mbps setelah operator seluler diberi izin untuk mengoperasikan spektrum 900 MHz dan 1.800 MHz secara bersamaan dengan agregasi kanal.
Menurut Dirjen Sumber Daya Perangkat Pos Informatika Kementerian Kominfo Muhammad Budi Setiawan, implementasi itu hanya tinggal menunggu Menkominfo Rudiantara menerbitkan Peraturan Menteri yang akan keluar dalam satu-dua pekan ini.
"Menkominfo masih rapat dengan para CEO operator seluler di 1.800 MHz sore ini untuk menetapkan opsi-3 yang dipilih para operator dan langkah-langkah teknis pelaksanaannya," ungkap Dirjen di Jakarta, Selasa (10/2/2015).
Seperti diketahui, 1.800 MHz merupakan spektrum frekuensi yang semula ditempati Telkomsel, Indosat, XL Axiata, dan Hutchison 3 Indonesia (Tri) untuk melayani teleponi dasar seperti voice dan SMS dengan teknologi 2G seperti GSM/EDGE.
Namun kebutuhan akan akses data mobile broadband memaksa operator untuk meningkatkan layanannya dengan teknologi 4G LTE-FDD. Mengingat spektrum di 900 MHz cuma terbatas 5 MHz, operator pun membutuhkan spektrum tambahan.
Salah satu opsi yang bisa dilakukan adalah refarming spektrum lama di 1.800 MHz tadi. Namun untuk bisa menggunakannya agar lebih optimal, harus dilakukan penataan ulang terlebih dahulu agar spektrumnya bisa bersandingan alias contiguous.
Permasalahannya di sini adalah, masih ada lebih dari 90 juta pelanggan yang menggunakan 2G. Itu sebabnya, penataan harus dilakukan secara hati-hati dan bertahap, tidak bisa buru-buru digeber serentak langsung secara nasional.
Menurut Dirjen Sumber Daya Perangkat Pos Informatika Kementerian Kominfo Muhammad Budi Setiawan, implementasi itu hanya tinggal menunggu Menkominfo Rudiantara menerbitkan Peraturan Menteri yang akan keluar dalam satu-dua pekan ini.
"Menkominfo masih rapat dengan para CEO operator seluler di 1.800 MHz sore ini untuk menetapkan opsi-3 yang dipilih para operator dan langkah-langkah teknis pelaksanaannya," ungkap Dirjen di Jakarta, Selasa (10/2/2015).
Seperti diketahui, 1.800 MHz merupakan spektrum frekuensi yang semula ditempati Telkomsel, Indosat, XL Axiata, dan Hutchison 3 Indonesia (Tri) untuk melayani teleponi dasar seperti voice dan SMS dengan teknologi 2G seperti GSM/EDGE.
Namun kebutuhan akan akses data mobile broadband memaksa operator untuk meningkatkan layanannya dengan teknologi 4G LTE-FDD. Mengingat spektrum di 900 MHz cuma terbatas 5 MHz, operator pun membutuhkan spektrum tambahan.
Salah satu opsi yang bisa dilakukan adalah refarming spektrum lama di 1.800 MHz tadi. Namun untuk bisa menggunakannya agar lebih optimal, harus dilakukan penataan ulang terlebih dahulu agar spektrumnya bisa bersandingan alias contiguous.
Permasalahannya di sini adalah, masih ada lebih dari 90 juta pelanggan yang menggunakan 2G. Itu sebabnya, penataan harus dilakukan secara hati-hati dan bertahap, tidak bisa buru-buru digeber serentak langsung secara nasional.
"Refarming dilakukan per cluster, bisa berdasarkan propinsi atau pulau. Dan untuk cluster yang sudah beres, keempat operator bisa mulai bersama-sama memberi pelayanan LTE dicluster tersebut secara carrier aggregation," jelas Dirjen.
Lebih lanjut dipaparkan, untuk carrier aggregation atau agregasi kanal 900 MHz dan 1.800 MHz masih akan terus dibahas dalam pertemuan lanjutan. Untuk saat ini, pembahasan masih fokus tentang refarming dengan teknologi netral.
"Namun prinsipnya setelah teknologi netral, band-band frekuensi tersebut bisa digunakan dengan teknologi apapun, tentunya termasuk carrier aggregation," lanjut Budi Setiawan.
Dirjen memperkirakan, refarmingspektrum untuk layanan 4G LTE ini di 1.800 MHz sudah rampung seluruhnya pada akhir 2015. Pada saat yang bersamaan, Kominfo pun tengah menyiapkan lelang untuk dua blok kanal tersisa di 2,1 GHz.
"Estimasinya, mungkin tengah tahun ini sudah bisa LTE di beberapa cluster. Sisanya akhir tahun. So far, semua aman dan terjadwal. Setelah 1.800 MHz, lanjut 2,1 GHz dan awal tahun depan 2,3 GHz," pungkasnya.d
Lebih lanjut dipaparkan, untuk carrier aggregation atau agregasi kanal 900 MHz dan 1.800 MHz masih akan terus dibahas dalam pertemuan lanjutan. Untuk saat ini, pembahasan masih fokus tentang refarming dengan teknologi netral.
"Namun prinsipnya setelah teknologi netral, band-band frekuensi tersebut bisa digunakan dengan teknologi apapun, tentunya termasuk carrier aggregation," lanjut Budi Setiawan.
Dirjen memperkirakan, refarmingspektrum untuk layanan 4G LTE ini di 1.800 MHz sudah rampung seluruhnya pada akhir 2015. Pada saat yang bersamaan, Kominfo pun tengah menyiapkan lelang untuk dua blok kanal tersisa di 2,1 GHz.
"Estimasinya, mungkin tengah tahun ini sudah bisa LTE di beberapa cluster. Sisanya akhir tahun. So far, semua aman dan terjadwal. Setelah 1.800 MHz, lanjut 2,1 GHz dan awal tahun depan 2,3 GHz," pungkasnya.d
Tidak ada komentar:
Posting Komentar