REUTERS/Sergio Perez
Real Madrid punya mimpi besar musim ini untuk jadi tim pertama yang mempertahankan gelar juara Liga Champions. Tapi mimpi itu musnah di tangan pemain yang mereka besarkan dan akhirnya terbuang, Alvaro Morata.
Sejak AC Milan terakhir kali menjadi juara di dua musim beruntun, 1989 dan 1990, saat itu masih berformat Piala Champions, belum ada satu pun tim yang bisa mempertahankan trofi tersebut.
Madrid yang musim lalu meraih gelar La Decima-nya punya hasrat besar untuk menjadi yang pertama dan jalan itu terbilang mulus sejak fase grup, hingga mereka dipertemukan dengan Juve di babak semifinal
Di leg pertama, Madrid kalah 1-2 namun masih punya peluang besar untuk melaju ke final karena leg kedua dihelat di Santiago Bernabeu.
Asa itu masih terjaga setidaknya hingga akhir babak pertama usai penalti Cristiano Ronaldo membawa mereka unggul, sebelum akhirnya di menit ke-57 petaka itu datang.
Bola free kick yang tak mampu dihalau dengan baik oleh Iker Casillas dan barisan pertahanan Madrid akhirnya jatuh di kaki Morata, yang dengan sekali sepak memantulkan bola ke tanah sebelum menjebol jala Madrid.
Skor menjadi 1-1 dan kemudian bertahan hingga laga usai. Alhasil Madrid kalah agregat total 2-3 dan gagal maju ke final untuk dua musim beruntun.
Satu nama yang patut dicatat berhasil menghancurkan mimpi Madrid itu tak lain adalah Morata, pemain yang lahir dari akademi Los Blancosdan dibesarkan oleh mereka sebelum dilepas ke Juve musim panas lalu.
Alasannya mudah karena Morata kalah saing dengan Gareth Bale, Cristiano Ronaldo, dan Karim Benzema. Bahkan Carlo Ancelotti lebih memilih mempertahankan Jese Rodriguez yang saat itu masih belum pulih dari cedera lutut.
Tapi Morata membuktikan bahwa Madrid sudah salah melepasnya. Tiga penyerang berharga triliunan rupiah tak bisa berbuat apa-apa dan takluk lewat dua gol Morata, di masing-masing leg, yang "cuma" bernilai Rp 327 miliar. Di leg pertama pemain 23 tahun itu lah yang cetak gol pembuka kemenangan Juve.
"Saya sangat gembira. Pertama-tama saya ucapkan terima kasih kepada fans di stadium dan saya katakan bahwa kami akan memberikan segalanya di final," ujar Morata di Football Italia.
"Akan sangat sulit tapi kami bisa melakukannya melawan Barcelona di Berlin," sambungnya.
"Situasinya sangat sulit untuk saya. Saya tidak merayakannya, saya hanya melakukan tugas saya. Saya adalah pemain Juve dan tidak pantas mendapatkan itu," tutur Morata soal sambutan dingin fans Madrid di Bernabeu.
"Saya mendedikasikan gol ini untuk keluarga saya, pacar, dan fans yang selalu bersama saya. Juga untuk agen saya yang bekerja begitu keras musim panas lalu," demikian dia.
Sejak AC Milan terakhir kali menjadi juara di dua musim beruntun, 1989 dan 1990, saat itu masih berformat Piala Champions, belum ada satu pun tim yang bisa mempertahankan trofi tersebut.
Madrid yang musim lalu meraih gelar La Decima-nya punya hasrat besar untuk menjadi yang pertama dan jalan itu terbilang mulus sejak fase grup, hingga mereka dipertemukan dengan Juve di babak semifinal
Di leg pertama, Madrid kalah 1-2 namun masih punya peluang besar untuk melaju ke final karena leg kedua dihelat di Santiago Bernabeu.
Asa itu masih terjaga setidaknya hingga akhir babak pertama usai penalti Cristiano Ronaldo membawa mereka unggul, sebelum akhirnya di menit ke-57 petaka itu datang.
Bola free kick yang tak mampu dihalau dengan baik oleh Iker Casillas dan barisan pertahanan Madrid akhirnya jatuh di kaki Morata, yang dengan sekali sepak memantulkan bola ke tanah sebelum menjebol jala Madrid.
Skor menjadi 1-1 dan kemudian bertahan hingga laga usai. Alhasil Madrid kalah agregat total 2-3 dan gagal maju ke final untuk dua musim beruntun.
Satu nama yang patut dicatat berhasil menghancurkan mimpi Madrid itu tak lain adalah Morata, pemain yang lahir dari akademi Los Blancosdan dibesarkan oleh mereka sebelum dilepas ke Juve musim panas lalu.
Alasannya mudah karena Morata kalah saing dengan Gareth Bale, Cristiano Ronaldo, dan Karim Benzema. Bahkan Carlo Ancelotti lebih memilih mempertahankan Jese Rodriguez yang saat itu masih belum pulih dari cedera lutut.
Tapi Morata membuktikan bahwa Madrid sudah salah melepasnya. Tiga penyerang berharga triliunan rupiah tak bisa berbuat apa-apa dan takluk lewat dua gol Morata, di masing-masing leg, yang "cuma" bernilai Rp 327 miliar. Di leg pertama pemain 23 tahun itu lah yang cetak gol pembuka kemenangan Juve.
"Saya sangat gembira. Pertama-tama saya ucapkan terima kasih kepada fans di stadium dan saya katakan bahwa kami akan memberikan segalanya di final," ujar Morata di Football Italia.
"Akan sangat sulit tapi kami bisa melakukannya melawan Barcelona di Berlin," sambungnya.
"Situasinya sangat sulit untuk saya. Saya tidak merayakannya, saya hanya melakukan tugas saya. Saya adalah pemain Juve dan tidak pantas mendapatkan itu," tutur Morata soal sambutan dingin fans Madrid di Bernabeu.
"Saya mendedikasikan gol ini untuk keluarga saya, pacar, dan fans yang selalu bersama saya. Juga untuk agen saya yang bekerja begitu keras musim panas lalu," demikian dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar