Oleh: Arief Poyuono*
Lama saya tidak mau mengomentari tentang kelakuan Ahok terhadap umat Islam..
Tapi saya berpikir sudah saatnya saya bicara jujur dan apa adanya setelah perlakuan Ahok kepada KH Maruf Amin.
Tapi saya berpikir sudah saatnya saya bicara jujur dan apa adanya setelah perlakuan Ahok kepada KH Maruf Amin.
Saya Arief Poyuono tinggal dan besar di Jalan Sindang Tanjung Priok sebuah daerah Pelabuhan yang dihuni multietnik dan multistrata ekonomi. Saya tinggal tak jauh dari rumah KH Ma'ruf Amin. Dan saya menyaksikan langsung kiprah dia di dalam membimbing dan mengayomi masyarakat.
Dua Peristiwa kerusuhan sosial anti-Cina terjadi di Tanjung Priok saat saya tinggal di Tanjung Priok, yaitu tahun 1984 peristiwa Tanjung Priok berdarah dan peristiwa kerusuhan 1998.
Saya saksi hidup betapa mulia dan baiknya hati seorang KH Ma'ruf Amin yang mau menjadikan rumah tinggalnya untuk dijadikan tempat perlindungan bagi warga Tionghoa yang rumahnya habis dijarah dan dibakar.
Pada saat itu, rumah KH Ma'ruf menjadi tempat perlindungan warga Tionghoa yang ketakutan akibat penjarahan. Saya ingat betul bahwa saya tinggal di rumah tersebut tiga hari lamanya. Kami semua diberi makan-minum secara cuma-cuma oleh beliau. Kala itu ibu (istri) KH Ma'ruf masih hidup. Saya ingat 'para pengungsi' yang menginap di rumah beliau dikasih makan dengan lauk telur.
Bukan hanya itu, KH Maruf Amin juga ke luar rumah untuk melarang sekelompok orang yang waktu itu, pada 1984, hendak berlaku anarkis. Dia mengatakan langsung kepada mereka agar jangan membakar gereja yang ada di sekitar wilayah di Tanjung Priok!
Nah, aneh bin ajaib bila pada hari-hari ini Ahok yang mungkin baru tinggal di Jakarta tidak lebih dari 25 tahun, berani menghina KH Ma'ruf Amin yang baik dan berhati mulia itu. Kami yang telah merasakan langsung apa yang dilakukannya jelas tak terima dan tersakiti. Apalagi, kami kenal betul dengan kerabat beliau yang sampai sekarang menjadi kawan dan akrab dengan kami.
Bahkan, saking akrabnya, bila orang lain memanggil Kiai Ma'ruf dengan sebutan 'kiai', saya pribadi dan para teman lainnya, memanggilnya dengan sebutan 'mamang'. Ini karena beliau adalah orang tua kami yang melindungi warga 'seperti kami', mengajarkan mengaji, sertra mempraktikkan ajaran Islam yang sebenarnya.
Bukan hanya itu, KH Maruf Amin juga ke luar rumah untuk melarang sekelompok orang yang waktu itu, pada 1984, hendak berlaku anarkis. Dia mengatakan langsung kepada mereka agar jangan membakar gereja yang ada di sekitar wilayah di Tanjung Priok!
Nah, aneh bin ajaib bila pada hari-hari ini Ahok yang mungkin baru tinggal di Jakarta tidak lebih dari 25 tahun, berani menghina KH Ma'ruf Amin yang baik dan berhati mulia itu. Kami yang telah merasakan langsung apa yang dilakukannya jelas tak terima dan tersakiti. Apalagi, kami kenal betul dengan kerabat beliau yang sampai sekarang menjadi kawan dan akrab dengan kami.
Bahkan, saking akrabnya, bila orang lain memanggil Kiai Ma'ruf dengan sebutan 'kiai', saya pribadi dan para teman lainnya, memanggilnya dengan sebutan 'mamang'. Ini karena beliau adalah orang tua kami yang melindungi warga 'seperti kami', mengajarkan mengaji, sertra mempraktikkan ajaran Islam yang sebenarnya.
Bila Ahok tak percaya omongan saya ini, silakan datang sendiri ke Jalan Sindang Tanjung Priok!
Arief Poyuono (Warga Tionghoa yang sejak tahun 1974-2001 tinggal dan besar di Tanjung Priok)R
Arief Poyuono (Warga Tionghoa yang sejak tahun 1974-2001 tinggal dan besar di Tanjung Priok)R
Tidak ada komentar:
Posting Komentar