Bukittinggi, Singgalang Gunung Marapi batuk, rakyat di kaki gunung itu tenang-tenang saja, namun mereka terus waspada. Jika Marapi “mengamuk” seperti 1970-an, rakyat siap mengungsi. Sepanjang Kamis, gunung yang sudah jadi lagu ini, hanya diam. Sepanjang Kamis, gunung yang ditakuti sekaligus dikagumi itu, tertutup kabut tebal. Dari arah Batusangkar, sama-sekali tak terlihat kepundan berasap sama-sekali. Celakanya, ada yang mengurungkan niatnya pulang kampung dari rantau. Kepala Pos Pengamatan Gunung api Marapi di Bukittinggi Warseno menjelaskan, aktivitas Marapi belum sepenuhnya dikatakan menurun “Jumlah kegempaan di Marapi sudah mulai menurun dibandingkan Rabu,” katanya pada Singgalang, Kamis (4/8). Pada 4 Agustus 2011, terjadi gempa vulkanik dalam ( VA) 4 kali dan gempa vulkanik dangkal (VB) 5 kali dari pukul 00.00 WIB sampai pukul 06.00 WIB serta gempa tektonik jauh 1 kali. Sementara, mulai pukul 06.00 WIB sampai 12.00 WIB, terjadi gempa vulkanik dangkal 1 kali dan gempa tektonik jauh 1 kali. “Status Marapi masih waspada (level II),” terang Warseno. Warseno menambahkan data yang dihimpun Pos Pengamatan Gunung Api Marapi di Bukittinggi, tidak ada terjadi letusan atau gempa tremor pada Kamis (4/8) mulai pukul 00.00 WIB sampai 12.00 WIB. Situasi ini berbeda dengan Rabu, gempa tremor terjadi terus menerus dari pukul 06.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB serta letusan 8 kali. Letusan itu mengeluarkan abu vulkanik.
Berjalan normal Setiap pekan, Kamis menjadi hari yang paling dinanti warga yang bermukim di dekapan Gunung Marapi dan Gunung Singgalang, terutama masyarakat Padang Panjang dan Kecamatan X Koto di Kabupaten Tanah Datar. “Kendati hampir setiap hari ada yang panen sayur-mayur dan tanaman holtikultura lainnya, namun bagi masyarakat Nagari Singgalang, Panyalaian dan Aie Angek, Kamis menjadi panen yang kerap dilakukan juga. Panenan Kamis ditujukan untuk pemasaran ke Padang Panjang,” jelas Buya, 45, seorang warga Ganting Singgalang menjawab Singgalang, Kamis (4/8). Rabu kemarin, Nagari Singgalang yang terletak di pinggang Gunung Singgalang turut terkena semburan abu vulkanik yang dimuntahkan Gunung Marapi. Namun hingga kemarin, warga tidak memperlihatkan reaksi yang berlebihan. Mereka tetap menjalankan kehidupan normal, sebagaimana hari-hari biasa. Kemarin, berkarung-karung wortel hasil panenan masyarakat Nagari Singgalang sudah dijejer di pinggir jalan untuk dipasarkan ke Padang Panjang yang biasanya dilakukan setiap malam Jumat. Situasi normal juga terlihat di Jorong Pincuran Tujuah dan Kandang Diguguak, Nagari Koto Laweh. Secara geografis, perkampungan warga hampir sejajar dengan kepundan Gunung Marapi. Kendati sisa-sisa abu vulkanik masih terlihat di atap rumah, jalanan dan daun-daunan, namun warga asik memasukkan kol, terong dan cabai ke dalam karung guna dipasarkan ke Padang Luar, Agam. “Tak ada yang luar biasa dari peristiwa semburan abu oleh Gunung Marapi tersebut. Ini hanyalah peristiwa biasa. Kalau tak ke ladang pula kita untuk memanen, bisa busuk dan rugi saja pertanian yang sudah diolah selama ini,” ujar Rohmat. Keadaan serupa juga ditemukan di Nagari Pandai Sikek. Menurut Walinagari Alfiar Dt. Tunaro Nan Balimau Sundai, kendati posisi nagari mereka hampir sejajar dengan kepundan Gunung Marapi yang batuk-batuk itu, namun abu vulkanik tidak seberapa yang mengenai nagari mereka, termasuk Jorong Tanjung yang posisinya lebih tinggi. Berbeda dengan warga Nagari Singgalang, warga Pandai Sikek panen justru pada hari Sabtu dan Minggu. Dari amatan sementara, tidak ada tanaman warga yang mengalami kerusakan yang cukup berarti. Abu vulkanik itu, tegasnya, belum berpengaruh merusak terhadap tanaman rakyat. Sependapat dengan Walinagari Aie Angek Rosman Subara Dt. Rajo Nan Sati, Alfiar mengakui, abu vulkanik dalam jumlah membahayakan memang dapat merusak tanaman, namun lahan akan kembali subur beberapa hari setelah terjadinya semburan asap vulkanik. Kehidupan normal juga terlihat di Kubu Diateh, Nagari Panyalaian, Koto Baru, dan Nagari Aie Angek. Masyarakat terlihat asik dengan aktivitas pertanian mereka. Tidak ada ‘perbincangan-perbincangan hangat’ di beberapa kedai tempat berkumpulnya warga, terkait dengan batuknya Gunung Marapi. Secara geografis, ketiga nagari itu sebenarnya sudah berada di dada Marapi.
Posko Untuk kesiapsiagaan menanggulangi dampak dari Gunung Marapi yang sudah berkali-kali meletus Rabu (4/8), Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops-PB) dan Badan Pengendalian Bencana Daerah (BPBD) telah menyiagakan posko penjagaan. “Posko Penjagaan ini didirikan satu di tiap-tiap nagari di kaki Gunung Marapi,” kara Ade Edwar dari BNPB. Pembentukan posko siaga merupakan kerjasama dengan BPBD di empat daerah yang berada di lingkar Gunung Marapi. Keempat daerah itu Tanah Datar, Padang Panjang, Bukittinggi dan Agam. Nagari yang menjadi lokasi posko yaitu Nagari Aie Angek, Padangpanjang, Koto Baru, Agam, Paninjauan, Agam, Sungai Pua, Agam dan Lasi, Agam.
Ditinjau bupati Bagi rakyat di kaki Marapi, gunung mereka batuk, adalah hal biasa. Meski begitu, karena ilmu pendeteksi gunung makin maju, maka sekecil apapun potensi bencana harus disikapi dengan cepat. Tindakan cepat itulah yang memacu BNPB dan Bupati Agam Indra Catri meluncur ke kaki gunung tersebut. Kamis kemarin misalnya, Indra beserta jajarannya yang terdiri dari Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja M. Khudri, Kepala Kesbang Linmas Martiaswanto, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Agam Isfaimal dan Kepala Dinas Kominfo Eryanson, meninjau ke lokasi yang terjangkau dampak letusan Marapi.
Waspada Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang H. Mawardi meminta segenap warga Padang Panjang agar tetap waspada dengan semburan abu vulkanik dari Gunung Marapi, meski pada Kamis (4/8) Marapi tidak lagi separah Rabu. “Jika meletus lagi, sebaiknya tidak keluar rumah. Jika terpaksa sebaiknya memakai masker,” kata Mawardi kepada wartawan usai menghadiri rapat tim siaga bencana di balaikota setempat, Kamis (4/8). Selain Mawardi, rapat yang dipimpin Sekdako Budi Hariyanto itu juga dihadiri Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bustami Narda, Kadis Sosnaker Ratna Trikasih, SAR, serta instansi terkait lainnya. Meski aktivitas Gunung Marapi mulai menurun, Sekdako Budi Hariyanto meminta semua pihak tetap waspada. Pemko sendiri akan membentuk posko penanggulangan di kantor BPBD dan kantor DKK. Selain itu, masing-masing SKPD terkait agar mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan masyarakat bila sesuatu mengkhawatirkan terjadi. (edw/006/septri (205)/407/kud/lk/409) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar