Bukittinggi - Hati Ulva Yuni, 18, kini gundah gulana. Peraih nilai sempurna cabang matematika pada UN lalu, yakni angka 10, itu merasa harapan dan masa depan yang sudah di pelupuk mata, kini menjadi suram. Maklum, untuk menyediakan uang sebanyak Rp30 juta agar bisa melanjutkan menuntut ilmu pada fakultas teknik, jurusan teknik lingkungan, Undip Semarang, sangat jauh dari jangkauannya. Ulva Yuni, lahir 12 Juni 1993 di Saruaso, Tanah Datar, anak dari pasangan Atrimal dan Yusnimar, anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya kini semester terakhir di Unri Pekanbaru. Ayahnya, Atrimal adalah pesuruh sekolah pada SMA Negeri 1 Batipuah, Tanah Datar, tempat di mana Ulva Yuni terakhir menuntut ilmu. Penghasilan Atrimal hanya Rp400 ribu per bulan dari jerih payahnya sebagai pesuruh sekolah itu, yakni tenaga honorer. Keluarga ini menempati rumah dinas semi permanen di lingkungan sekolah itu, dengan ukuran 6 kali 5,5 meter, di lingkungan SMA Negeri 1 Batupiah, tepatnya di Jorong Kubu Karambia, Kecamatan Batipuah, Tanah Datar. Tapi Ulva tetap enjoy tinggal di rumah yang sempit itu. Itu dibuktikannya dengan prestasi di sekolah. Sejak semester pertama sampai lulus UN, Ulva juara pertama bahkan meraih gelar juara umum. Pada UN lalu, Ulva mengumpulkan nilai rata-rata 8,5. Tentu saja keluarga Atrimal berbahagia dan bergembira atas prestasi Ulva ini. Kegembiraan itu kian melonjak ketika Ulva diterima di fakultas teknik jurusan teknik lingkungan Undip Semarang, Jateng. Tapi kegembiraan itu terhentak seketika, ketika mereka teringat biaya kuliah tersebut. Untuk bisa mengikuti pendidikan di Undip itu, Atrimal harus menyediakan uang sebanyak Rp30 juta. Mengingat hal itulah Ulva Yuni jadi gundah gulana. Harapan masa depan, sesuai dengan cita-cita ingin menjadi dosen yang sudah di depan mata, sepertinya sirna. Ulva juga maklum, orangtuanya yang berpenghasilan Rp400 ribu sebulan itu tidak akan mampu menyediakan uang sebanyak itu. Ulva tahu, untuk membeli beras saja dari bulan ke bulan, orangtuanya acap kali berhutang. Belum lagi uang kuliah kakaknya di Pekanbaru. Kini harus pula menyediakan uang yang dalam ukuran keluarga Ulva adalah maha besar. “Apalah daya kami. Otak anak kami mampu untuk mengikuti pelajaran dan minatnya untuk belajar juga cukup tinggi. Hanya saja, saya yang menerima honor Rp400 ribu sebulan ini yang kalimpasiangan menyediakan uangnya,” ungkap Atrimal di kantor Perwakilan Singgalang Bukittinggi, Jumat (5/8). Atrimal datang bersama Ulva Yuni mengadu nasib dan masa depan anaknya ke Perwakilan Singgalang Bukittinggi. “Jangankan untuk menyediakan uang sebanyak itu, untuk pembeli beras saja dari bulan ke bulan, saya sudah hutang sana hutang sini,” tambahnya yang diamini Ulva Yuni. Sesekali terlihat Ulva mengusap matanya, karena dari balik kacamata itu muncul air bening tetes demi tetes. Bagi keluarga Atrimal, dia adalah tumpuannya. Ibu Ulva, Yusnimar, tidak dapat berbuat banyak sebagai ibu rumahtangga. Yusnimar sebenarnya sudah berupaya untuk menopang kelangsungan hidup keluarganya. Namun, takdir menentukan lain, Yusnimar belum memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Atrimal menyebutkan, katanya pemerintah daerah dan pemerintah provinsi sangat peduli dengan pendidikan. ‘’Alangkah gembiranya hati kami, bila pemerintah daerah dan pemerintah provinsi melihat kondisi kami sekarang ini, dan memperhatikan masa depan Ulva demi pendidikannya dan masa depannya. Kami butuh bantuan dan uluran tangan dari pihak mana pun. Yang kami pikirkan sekarang bagaimana Ulva dapat menggali ilmu dan mencapai cita-citanya,’’ katanya. Harapan yang tidak kalah besarnya pun datang dari Ulva Yuni sendiri. “Rasanya tubuh ini melayang ketika mengetahui bahwa Uva diterima di Undip, jurusan yang paling saya incar itu. Tapi jatuh remuk seketika, setelah tahu bahwa uang yang harus disediakan ternyata sangat besar,” tutur Ulva kepada Singgalang. ‘’Melalui Singgalang kami berharap pemerintah daerah dan para dermawan tergugah untuk membantu kami. Dan, untuk berkomunikasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor telepon selular Ulva, 0853642999 45,’’ Ulva menambahkan. (202/414) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar