ShutterstockIlustrasi
NEW YORK, KOMPAS.com - Harga emas mengalami penurunan terbesar selama dua hari ini sejak tahun 1983. Emas turun karena para pelaku pasar melakukan aksi jual sebagai dampak dari anjloknya pasar ekuitas dan komoditas.
"Emas telah menjadi sumber dari likuiditas untuk mengambil untung secara global," ujar Michael A Gayed, selaku Chief Investment Strategist Pension Partners LLC, kepada Bloomberg, Sabtu (24/9/2011).
Akhirnya, emas pun mengalami tekanan deflasi. Harga emas untuk pengantaran Desember jatuh 101,90 dollar AS atay 5,9 persen ke posisi harga 1.639,80 dollar AS per troy ounce (setara dengan 31,1 gram) di Comex, New York, pukul 13:51 waktu setempat.
Dalam dua hari ini, harga emas turun 9,3 persen. Ini merupakan penurunan terbesar sejak Februari 1983. Penurunan selama minggu ini pun telah mencapai 9,6 persen,di mana ini juga merupakan penurunan terbesar sejak 1983.
Sementara itu, Frank Lesh, selaku pedagang di FuturePath Trading di Chicago, menyebutkan, sulit untuk memprediksi pada level berapa likuidasi akan berhenti.
"Pertumbuhan yang melambat telah menciptakan tekanan deflasi kepada emas dan komoditas. Kami masih melihat kecenderungan (pelaku pasar) untuk melakukan pencairan (aset emasnya) karena (krisis) tahun 2008 masih segar dalam ingatan orang," tambah Marshall Berol, selaku Co-Portfolio Manager Encompass Fund di San Fransisco.
"Emas telah menjadi sumber dari likuiditas untuk mengambil untung secara global," ujar Michael A Gayed, selaku Chief Investment Strategist Pension Partners LLC, kepada Bloomberg, Sabtu (24/9/2011).
Akhirnya, emas pun mengalami tekanan deflasi. Harga emas untuk pengantaran Desember jatuh 101,90 dollar AS atay 5,9 persen ke posisi harga 1.639,80 dollar AS per troy ounce (setara dengan 31,1 gram) di Comex, New York, pukul 13:51 waktu setempat.
Dalam dua hari ini, harga emas turun 9,3 persen. Ini merupakan penurunan terbesar sejak Februari 1983. Penurunan selama minggu ini pun telah mencapai 9,6 persen,di mana ini juga merupakan penurunan terbesar sejak 1983.
Sementara itu, Frank Lesh, selaku pedagang di FuturePath Trading di Chicago, menyebutkan, sulit untuk memprediksi pada level berapa likuidasi akan berhenti.
"Pertumbuhan yang melambat telah menciptakan tekanan deflasi kepada emas dan komoditas. Kami masih melihat kecenderungan (pelaku pasar) untuk melakukan pencairan (aset emasnya) karena (krisis) tahun 2008 masih segar dalam ingatan orang," tambah Marshall Berol, selaku Co-Portfolio Manager Encompass Fund di San Fransisco.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar