Jakarta - Tindakan represif Brimob dalam membubarkan demonstrasi di Bima, Nusa Tenggara Barat, menuai banyak kecaman. Polisi seharusnya tidak perlu melakukan tindak kekerasan pada demonstran. Apalagi hingga menembaki demonstran yang tidak bersenjata.
"Polisi makin tidak bisa mengerem tindakannya. Ini tidak manusiawi. Tindakan kasar sudah melembaga. Mesuji belum selesai kini ditambah Bima," ujar pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar kepada detikcom, Sabtu (24/12/2011) malam.
Bambang mengkritik tindakan polisi. Menurutnya seharusnya polisi melindungi rakyat yang menjadi korban dari efek negatif pembangunan dan penggusuran lahan. Bukan malah menembaki mereka.
"Polisi harus paham. Mereka ini kan mencari keadilan. Sudah jadi korban pembangunan, malah dihantam polisi juga. Presiden SBY juga jangan diam saja," tutur Bambang.
LSM Kontras pun menyampaikan kecaman atas tindakan polisi. Menurut data lapangan yang didapat Kontras, saat itu tidak ada kondisi yang mengancam nyawa aparat yang berjaga. Haram hukumnya menembaki orang yang tidak bersalah. Kontras menyayangkan justru polisi menembaki rakyat yang menuntut hak mereka dan mencari keadilan atas tanah mereka.
"Kapolda dan Gubernur harus bertanggung jawab," ujar koordinator Kontras Haris Azhar kepada detikcom.
Kecaman juga disampaikan Muhammad Lutfi, anggota DPR Dapil NTB. Lutfi mempertanyakan kinerja Polri yang seolah-olah membiarkan masyarakat menduduki pelabuhan Sape, Bima. Untuk selanjutnya dibubarkan paksa. Seharunya sebagai objek vital polisi memblokir pelabuhan tersebut sehingga tidak bisa ditutup oleh warga. Namun warga harus diberi pendekatan persuasif.
"Bukan dengan cara ditembaki. Ini kan seolah-olah ada pembiaran," kata Lutfi saat dihubungi detikcom.
Dua orang dipastikan tewas dalam bentrok warga dengan aparat kepolisian di Bima, NTB. Sempat terlihat beberapa kali anggota kepolisian menyeret dan memukuli warga.
Pada saat terjadinya bentrokan, Sabtu (24/12/2011) pagi, seperti ditayangkan oleh Trans7, terlihat sekitar empat petugas polisi dari kesatuan Brimob menarik seorang warga ke arah luar area bentrokan. Seorang warga ini ditarik hingga kakinya terseret.
Terlihat salah seorang polisi memukul dan melepaskan tendangan ke arah warga yang tengah diseret itu. Tak lama kemudian muncul salah seorang berpakaian sipil yang turut melepaskan tendangan.
Dalam tayangan tersebut, juga terdengar suara tembakan peluru bertubi-tubi ke arah kerumunan warga yang memblokir pelabuhan. Di saat aparat kepolisian mendekat sambil memberondong tembakan, warga berhamburan membubarkan diri.
(rdf/rdf)detikNews
"Polisi makin tidak bisa mengerem tindakannya. Ini tidak manusiawi. Tindakan kasar sudah melembaga. Mesuji belum selesai kini ditambah Bima," ujar pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar kepada detikcom, Sabtu (24/12/2011) malam.
Bambang mengkritik tindakan polisi. Menurutnya seharusnya polisi melindungi rakyat yang menjadi korban dari efek negatif pembangunan dan penggusuran lahan. Bukan malah menembaki mereka.
"Polisi harus paham. Mereka ini kan mencari keadilan. Sudah jadi korban pembangunan, malah dihantam polisi juga. Presiden SBY juga jangan diam saja," tutur Bambang.
LSM Kontras pun menyampaikan kecaman atas tindakan polisi. Menurut data lapangan yang didapat Kontras, saat itu tidak ada kondisi yang mengancam nyawa aparat yang berjaga. Haram hukumnya menembaki orang yang tidak bersalah. Kontras menyayangkan justru polisi menembaki rakyat yang menuntut hak mereka dan mencari keadilan atas tanah mereka.
"Kapolda dan Gubernur harus bertanggung jawab," ujar koordinator Kontras Haris Azhar kepada detikcom.
Kecaman juga disampaikan Muhammad Lutfi, anggota DPR Dapil NTB. Lutfi mempertanyakan kinerja Polri yang seolah-olah membiarkan masyarakat menduduki pelabuhan Sape, Bima. Untuk selanjutnya dibubarkan paksa. Seharunya sebagai objek vital polisi memblokir pelabuhan tersebut sehingga tidak bisa ditutup oleh warga. Namun warga harus diberi pendekatan persuasif.
"Bukan dengan cara ditembaki. Ini kan seolah-olah ada pembiaran," kata Lutfi saat dihubungi detikcom.
Dua orang dipastikan tewas dalam bentrok warga dengan aparat kepolisian di Bima, NTB. Sempat terlihat beberapa kali anggota kepolisian menyeret dan memukuli warga.
Pada saat terjadinya bentrokan, Sabtu (24/12/2011) pagi, seperti ditayangkan oleh Trans7, terlihat sekitar empat petugas polisi dari kesatuan Brimob menarik seorang warga ke arah luar area bentrokan. Seorang warga ini ditarik hingga kakinya terseret.
Terlihat salah seorang polisi memukul dan melepaskan tendangan ke arah warga yang tengah diseret itu. Tak lama kemudian muncul salah seorang berpakaian sipil yang turut melepaskan tendangan.
Dalam tayangan tersebut, juga terdengar suara tembakan peluru bertubi-tubi ke arah kerumunan warga yang memblokir pelabuhan. Di saat aparat kepolisian mendekat sambil memberondong tembakan, warga berhamburan membubarkan diri.
(rdf/rdf)detikNews
BeritaTerbaruIndeks Berita »
- Minggu, 25/12/2011 08:18 WIB
Komisi Anak Kutuk Kekerasan di Bima
- Minggu, 25/12/2011 07:44 WIB
Jalan ke GKI Yasmin Diblokade, Brimob dan Water Canon Disiagakan
- Minggu, 25/12/2011 07:26 WIB
Polisi Harus Hentikan Kekerasan Pada Rakyat Kecil
- Minggu, 25/12/2011 07:15 WIB
Pansel KPU Diminta Belajar dari 'Kegagalan' Pansel KPK
- Minggu, 25/12/2011 06:51 WIB
Negara Harus Bertanggung Jawab Atas Kekerasan di Bima
Tidak ada komentar:
Posting Komentar