Kondisi warga di tiga kecamatan yang dihantam galodo tampak mulai pulih. Bantuan terus mengalir dari berbagai pihak. Bupati bantah ada korban yang tewas seperti seperti dilansir sebuah surat kabar lokal.
PASAMAN, HALUAN—Dua hari setelah banjir bandang atau galodo di tiga kecamatan di Pasaman, kondisi warga mulai berangsur-angsur membaik. Aktivitas warga mulai terlihat. Untuk tanggap darurat, hanya kebutuhan pakaian dan susu anak yang masih kekurangan. Untuk yang lainnya, telah diantisipasi dengan baik.
Tiga kecamatan yang dilantak galodo itu adalah Kecamatan Tigo Nagari, Kecamatan Simpang Alahan Mati (Simpati), dan Kecamatan Bonjol. Kecamatan Simpati merupakan yang terpapar parah dilanda galodo.
Masalah kesehatan misalnya, Pemkab Pasaman telah mendirikan posko kesehatan, dengan menempatkan beberapa tenaga medis dan perobatan. Hingga Jumat (24/2) kemarin, sebagian besar warga korban banjir bandang tidak mengalami gangguan kesehatan yang serius.
Begitu juga masalah kebutuhan makanan sehari-hari, Pemkab Pasaman juga telah menyediakan makanan siap saji yang langsung diberikan kepada warga. Hal tersebut merupakan keinginan warga yang menginginkan makanan siap saji, karena tidak memungkinkan untuk memasak makanan jika diberi bantuan beras dan lauk pauk.
Terkait kebutuhan fasilitas umum, Pemkab Pasaman juga telah mengerahkan dua unit mobil pemadam kebakaran dan dua unit mobil dari PDAM untuk kebutuhan air bersih. Kebutuhan penerangan juga telah teratasi, karena fasilitas listrik telah terpasang pada Jumat kemarin.
Untuk masalah pendidikan, saat ini hanya dua sekolah yang masih belum melaksanakan proses belajar mengajar, yakni SD 03 Simpang Utara dan SMP 01 Simpang Kecamatan Simpang Alahan Mati (Simpati).
Bupati Pasaman Benny Utama berjanji, proses belajar mengajar di kedua sekolah itu akan kembali berjalan seperti biasa pada Senin (27/2) mendatang. Saat ini, Pemkab Pasaman masih mengatasi masalah trauma yang dihadapi anak-anak sekolah, serta mempersiapkan seragam sekolah, karena banyak seragam yang rusak akibat galodo.
“Untuk masalah infrastrukstur seperti pembangunan rumah dan jembatan serta tempat ibadah, memang dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperbaikinya. Yang jelas, saat ini kami masih berfokus pada kebutuhan dan penyelesaian masa tanggap darurat, yang akan berlangsung selama dua minggu,” ujar Benny Utama kepadaHaluan.
Dari pantauan Haluan di lokasi kejadian, sejumlah alat berat eskavator telah dikerahkan untuk membersihkan puing-puing rumah, kayu gelondongan, serta material longsor. Sementara para korban masih disibukkan dengan aktivitas pembersihan rumah bagi yang tidak hancur, serta aktivitas memungut sisa-sisa barang yang masih bisa dimanfaatkan di antara puing-puing bangunan.
Untuk lokasi pengungsian, saat ini hanya satu titik yang dijadikan tempat pengungsian, yakni SD 03 Simpang Utara. Namun di lokasi itu, hanya ada puluhan pengungsi yang bertahan. Sementara sebagian besar korban banjir bandang lainnya lebih memilih menumpang tinggal di tempat sanak saudara dan tetangganya.
Bupati Bantah Ada Korban Tewas
Terkait adanya informasi korban tewas, Bupati Pasaman kembali membantahnya. “Informasi itu tidak bisa dipertanggungjawabkan, dan tidak selayaknya memberitakan yang tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi,” kata Benny dengan mimik serius.
Bantuan untuk korban banjir bandang saat ini juga mulai berdatangan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah membantu biaya tanggap darurat sebesar Rp500 juta yang diserahkan langsung oleh Kepala BNPB Syamsul Ma’arif. Gubernur Sumbar Irwan Prayitno juga telah menyerahkan bantuan sebesar Rp250 juta. Pemerintah Kabupaten Agam membantu sebesar Rp25 juta.
Selain itu, beberapa partai politik, instansi dan perusahaan swasta serta beberapa donatur juga telah berdatangan dan memberi bantuan, seperti bantuan alat-alat dapur, tenda, sembako, selimut, uang tunai, tenaga medis, pakaian dan kebutuhan lainnya.
Terkait bencana banjir bandang ini, Gubernur Sumbar yang berkunjung ke lokasi kejadian pada Jumat kemarin menyatakan, bencana tersebut merupakan bencana daerah Pasaman, dan tidak dijadikan bencana provinsi, karena dampak banjir bandang itu hanya melanda satu kabupaten saja.
“Jika banjir bandang di Pasaman itu juga menimpa kabupaten lain, baru dijadikan bencana provinsi. Dibutuhkan waktu lama untuk masa pemulihan hingga normal kembali, mengingat banyaknya kerusakan rumah dan infrastruktur. Untuk tanggap darurat diberlakukan selama dua minggu, namun jika nantinya tidak memungkinkan, bisa saja waktu tersebut diperpanjang,” tutur Irwan.
10 Titik Longsor
Sementara itu, Kepala BNPB Syamsul Maarif yang telah me-mantau lokasi kejadian dari udara melalui helikopter, diduga kuat bencana itu terjadi akibat topografi perbukitan yang sangat curam. Dilihat dari udara, banyak titik longsor besar yang terjadi di atas perbukitan itu.
“Titik longsor itu lebih dari 10 titik. Bencana banjir bandang ini bukan disebabkan pembalakan liar, karena setelah saya pantau dari udara, tidak ada ditemui titik hutan yang gundul di pusat banjir bandang, sehingga dapat disimpulkan, bencana itu disebabkan dari topografi perbukitan dan tingginya curah hujan,” jelas Syamsul.
Syamsul Maarif juga memuji kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana, karena dengan kejadian yang sebesar itu, tidak ada seorangpun yang menjadi korban jiwa.
“Masyarakat telah mengetahui tanda-tanda alam jika akan terjadinya bencana. Mengenal tanda-tanda alam itu sangat penting untuk mengantisipasi terjadinya korban jiwa jika ada bencana. Untuk bencana banjir bandang itu, dibutuhkan biaya sekitar Rp13 miliar untuk tahap rekap rekon nantinya, baik untuk rumah masyarakat maupun infrastruktur dan fasilitas umum,” tambah Syamsul.
Akibat musibah banjir bah, longsor dan galodo di tiga nagari di Kecamatan Simpati kerugian material di perkirakan mencapai Rp115 miliar. (h/wan/jon/ndi)
http://www.harianhaluan.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar