Ratusan warga memperebutkan ribuan bungkusan seperempat gula pasir pada tradisi "Serak Gula" yang dilempar dari atas Masjid Muhammadan, Pasar Batipuh, Kecamatan Padang Selatan, Padang, Sumbar, Minggu (22/4).
Warga Muslim keturunan India di Padang, Sumatera Barat, menggelar tradisi "Serak Gula" atau menebarkan gula pasir dalam rangka menyambut bulan Maulud Sahul Hamid.
Ketua Pelaksana, Affas Max Anwar di Padang, Minggu mengatakan, tradisi "Serak Gula" itu dilaksanakan setiap tahun pada Jumadil Awal sesuai penanggalan Islam.
"Menyumbang gula dari warga keturunan India ini sebentuk niat, tidak ada dipaksakan dan kemudian gula yang sudah dibungkus dilempar dari atas masjid untuk diperebutkan," jelasnya saat digelarnya tradisi tersebut di kawasan Masjid Muhammadan, Pasar Batipuh, Kecamatan Padang Selatan.
Saat dilemparkan dari atas masjid, katanya, yang memperebutkan tidak hanya warga keturunan India saja, melainkan juga warga Padang lainnya yang ikut tradisi tersebut.
Dikatakannya, untuk tahun ini gula pasir yang diserakkan sebanyak 2 ton, lebih banyak dari tahun lalu yang hanya 1,5 ton.
Affas menjelaskan, tradisi "Serak Gulo" telah dilaksanakan sejak ratusan tahun lalu di India berawal dalam rangka memperingati maulud seorang pemuka agama India bernama Sahul Hamid, yang merupakan keturunan Syekh Abdul Khodir Jaelani keturunan Muhammad SAW.
Pertama kali digelar di sebuah perkampungan kecil kediaman Sahul Hamid di Nagor, Naga Patinam, Madras, di daerah Tamil Nadi, India Selatan.
Di Padang, tradisi "Serak Gula" diawali dengan membungkus gula satuan seperempat kilogram dengan kain yang didapat dari warga sekitar.
Selanjutnya, warga Muslim keturuna India melakukan doa dan memasang bendera pada bagian atas dan samping mesjid tersebut.
"Masing-masing dari bendera merupakan doa dari pemilik bendera," kata Affas.
Setelah bendera terpasang, gula yang telah dibungkus dinaikkan ke bagian atas mesjid, untuk selanjutnya dilemparkan kepada masyarakat yang telah menunggu di bawah.
Tidak hanya warga dewasa, anak-anak pun ikut berebutan, karena konon gula yang dibagikan dapat memberikan manfaat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit dan memohon permintaan untuk cepat menikah bagi bujang dan gadis atau cepat memiliki anak bagi pasangan suami istri.
"Dapat gula ini, bermohonlah yang baik-baik," kata seorang warga sambil membawa beberapa bungkus gula di genggamannya.
Tradisi "Serak Gula" tidak hanya diikuti oleh warga Muslim keturunan India di Padang, tetapi juga dari berbagai daerah yang ada di Sumatera Barat, termasuk dari luar Provinsi, seperti Riau dan Jambi.
(ANT)
Ketua Pelaksana, Affas Max Anwar di Padang, Minggu mengatakan, tradisi "Serak Gula" itu dilaksanakan setiap tahun pada Jumadil Awal sesuai penanggalan Islam.
"Menyumbang gula dari warga keturunan India ini sebentuk niat, tidak ada dipaksakan dan kemudian gula yang sudah dibungkus dilempar dari atas masjid untuk diperebutkan," jelasnya saat digelarnya tradisi tersebut di kawasan Masjid Muhammadan, Pasar Batipuh, Kecamatan Padang Selatan.
Saat dilemparkan dari atas masjid, katanya, yang memperebutkan tidak hanya warga keturunan India saja, melainkan juga warga Padang lainnya yang ikut tradisi tersebut.
Dikatakannya, untuk tahun ini gula pasir yang diserakkan sebanyak 2 ton, lebih banyak dari tahun lalu yang hanya 1,5 ton.
Affas menjelaskan, tradisi "Serak Gulo" telah dilaksanakan sejak ratusan tahun lalu di India berawal dalam rangka memperingati maulud seorang pemuka agama India bernama Sahul Hamid, yang merupakan keturunan Syekh Abdul Khodir Jaelani keturunan Muhammad SAW.
Pertama kali digelar di sebuah perkampungan kecil kediaman Sahul Hamid di Nagor, Naga Patinam, Madras, di daerah Tamil Nadi, India Selatan.
Di Padang, tradisi "Serak Gula" diawali dengan membungkus gula satuan seperempat kilogram dengan kain yang didapat dari warga sekitar.
Selanjutnya, warga Muslim keturuna India melakukan doa dan memasang bendera pada bagian atas dan samping mesjid tersebut.
"Masing-masing dari bendera merupakan doa dari pemilik bendera," kata Affas.
Setelah bendera terpasang, gula yang telah dibungkus dinaikkan ke bagian atas mesjid, untuk selanjutnya dilemparkan kepada masyarakat yang telah menunggu di bawah.
Tidak hanya warga dewasa, anak-anak pun ikut berebutan, karena konon gula yang dibagikan dapat memberikan manfaat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit dan memohon permintaan untuk cepat menikah bagi bujang dan gadis atau cepat memiliki anak bagi pasangan suami istri.
"Dapat gula ini, bermohonlah yang baik-baik," kata seorang warga sambil membawa beberapa bungkus gula di genggamannya.
Tradisi "Serak Gula" tidak hanya diikuti oleh warga Muslim keturunan India di Padang, tetapi juga dari berbagai daerah yang ada di Sumatera Barat, termasuk dari luar Provinsi, seperti Riau dan Jambi.
(ANT)
Editor: Desy Saputra
http://www.antaranews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar