Untaian sejarah keterkaitan Minangkabau dengan sejumlah daerah di Nusantara kembali terkuak. Kali ini, pengakuan berasal dari Lasem, Rembang, Jawa Tengah.
Ternyata, salah seorang pendiri Nahdlatul Ulama, KH Ma’shum mengaku mempunyai keturunan dari Minangkabau. Pernyataan itu disampaikan langsung cucu KH Ma’shum, Muhammad Zaim bin Ahmad saat bertemu dengan tokoh Sumbar, Azwar Anas beberapa waktu lalu di kediamannya di Jakarta.
“Secara turun temurun masyarakat di Lasem mengakui Sultan Minangkabaui berasal dari Minangkabau. Sultan Mahmud singgah di Lasem, dan menjadi murid dari Sunan Bonang,” ujar Zaim seusai menemui Azwar Anas.
Menurut Zaim yang bisa dipanggil Gus Zaim, kakeknya merupakan keturanan dari Sultan Mahmud atau yang biasa dikenal masyarakat Lasem dengan sebutan sultan Minangkabaui.
Dijelaskan Zaim, dalam babad Lasem berkembang di tengah masyarakat Lasem, Sultan Mahmud berada di Lasem karena kapalnya terbelah saat akan berlayar ke kawasan timur untuk pergi belajar. Saat tidak ada satupun yang tersisa dari kapalnya, Sultan Mahmud yang terdampar ke darat bertemu dengan Sunan Bonang dan menemukan kitab miliknya sudah ditangan Sunan Bonang.
“Ada beberapa versi yang menyebutkan alasan kenapa Sultan Mahmud Al Minangkabaui menjadi murid sunan Bonang. Ada yang menyebutkan karena Sunan Bonang yang menemukan kitab, dan ada yang menyebutkan kalau Sunan Bonang berhasil menjawab pertanyaan Sultan Minangkabaui terhadap isi kitab tersebut,” lanjutnya.
Ia juga menyebutkan didekat makam sultan Minangkabaui ada makam lagi, dan itu dipercaya menjadi makamnya istri Sultan Minangkabaui.
Gus Zaim juga mengaku sangat tersanjung jika memang babat tentang keterikatannya dengan Minangkabau terbukti. Apalagi salah satu keturunan Sultan Mahmud yakni Imam Bonjol merupakan penyebar agama islam yang sudah terpandang hingga Indonesia Timur.
“Jika diurut, saya menjadi keturunan kesembilan dari Sultan Mahmud. Saya ingin sekali mencari kebenaran dari cerita ini,” tuturnya.
Dalam pertemuan itu juga hadir keturunan kelima dari Iman Bonjol yakni Hari Ichlas Majolelo Sati. Menurut Hari, jika diamati dari silsilah Sultan Mahmud yang di Lasem, didapati ada keterkaitan dengan Syech Maulana Malik Ibrohim.
“Tidak disangsikan lagi memang berasal dari Minangkabau. Salah satu bukti kongkritny ada makam Syech Maulana Malik Ibrahim di Kumpulan, Bonjol, Pasaman, dan ada penemun titik sejarah Sultan Mahmud di Lasem ini merupakan tindak lanjut dari penelitian sebelumnya di Sanrobone, Sulawesi Selatan. Ini untuk melengkapi sejarah yang kosong 200 tahun di Sumbar” ujar Hari Ichlas Majolelo Sati.
Ditambahkan Hari, Semestinya masyarakat Minang berbangga dengan peran raja-raja Minangkabau yang menyebarkan Islam hampir ke seluruh pulau Jawa.
“Wali-wali mulai dari Sunan Gresik atau Syech Maulana Malik Ibrahim sampai Sunan Giri berasal dari Minangkabau. Itu menurut silsilah yang ada diketurunan salah satu pendiri NU, yang mempunyai peran besar dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa,” lanjut Hari.
Pengakuan Gus Zaim diamini peneliti LIPI, Erwiza Erman. Menurutnya, mesti masih memerlukan penelitian yang lebih mendalam tentang kesamaan sultan Mahmud dengan Dato’ Mahkota Alam. Namun bila diurut berdasarkan tempat-tempat yang disinggahi yakni jalur perdagangan menuju timur itu mungkin saja terjadi, apalagi dibeberapa tempat tersebut ditemukan jejak Sultan Mahmud.
“Lasem ada pelabuhan dagang tua di Jawa, hampir semua pedagang singgah diwilayah tersebut. Pedagang melalui daerah itu untuk menghindari pelabuhan batavia yang saat itu dimonopoli portugis,” ujar Erwiza.
Dijelaskan Erwiza, Untuk memastikan apakah Sultan Mahmud itu benar yang berasal dari Minangkabau, perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam. Namun jika dilihat dari makam Sultan Mahmud yang berada diatas bukit, ini menunjukkan Sultan Mahmud tersebut merupakan orang penting.
“Kalau di Lasem, makam yang ada diatas merupakan diatas bukit merupakan orang penting. Masyarakat menyakini makam yang sebelah makam Sultan Minangkabau merupakan makam Siti Aisyah yang dijemput sang patih,” jelasnya.
Saat ini Erwiza masih mengumpulkan data tidak saja dari perpustakaan nasional, tapi juga mencari dari arsip diluar negeri, tentang kisah perjalanan raja Minangkabau yang diabad 16 sulit ditemui catatan perjalanannya.
Sementara itu, tokoh Sumbar, Azwar Anas menyampaikan arahan terkait penelitian tersebut. Ia mendorong Hari Ikhlas bersama peneliti LIPI untuk menemukan rangkaian sejarah Minang tersebut. (mat)
haluan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar