PADANG – Kebahagiaan menunggu waktu berbuka, malah berubah menjadi darai air mata. Hujan deras yang mengguyur Limau Manis dan sebagian wilayah Padang lainnya, mengakibatkan banjir bandang.
Jelang waktu berbuka, warga bukannya bisa menikmati hidangan, malah kalang-kabut menyelamatkan diri. Warga berpekikan minta tolong karena air membesar begitu cepat.
Hingga tadi malam, warga di Limau Manis masih berharap Tim SAR datang memberikan pertolongan. Regu penyelamat juga kalang kabut, karena banjir melanda banyak titik di Padang.
Banjir bandang, Selasa (24/7) merupakan musibah yang tak pernah terbayang sebelumnya. Bila selama ini tsunami yang ditakutkan, malah bencana datang dari daerah ketinggian. Air membesar dan melanyau pemukiman warga sekitar pukul 18.30 WIB.
Akibat banjir, puluhan kepala keluarga (KK) terjebak saat banjir bandang menghantam di kawasan Cupak, Kelurahan Limau Manis.
Banjir bandang tersebut berdampak ke kawasan Kepalo Koto, Kampus Unand, Pasar Baru dan Batu Busuk. Di sana listrik padam, warga histeris
melihat banjir yang luar biasanya besar. “Sajak alam takambang alun ado banjir sa gadang iko,” warga Batu Busuk.
Pantauan Singgalang di lokasi kejadian, terlihat di kawasan Kepala Koto, Batu Busuk, Pasar Baru, air sampai setinggi lutut orang dewasa.
Banjir terparah di kawasan Cupak, warga mengetahui banjir bandang setelah mendengar suara gemuruh seperti gempa. Jalan berubah menjadi batang air.
“Sa umua-umua ambo iko yang gadang banjirnyo. Dulu pernah tajadi, tapi indak saparah iko do,” kata Am, seorang warga di sana. Am berusia setengah abad.
Tidak hanya kepanikan di sana, tangis pun memecah saat suasana yang gelap dan guyuran hujan.
“Pa baa ama pa, ama takuruang di rumah. Aia gadang tolong ama apa,” ujar seorang anak yang memeluk bapaknya agar segera menolong mamanya yang terjebak.
Hujan yang semakin deras diiringi ratapan memilukan hati. Saat warga hendak menolong masyarakat yang terjebak, tiang listrik PLN nyaris rubuh dan hampir menghimpit kerumunan warga.
Kepanikan warga bertambah saat tim evakuasi kewalahan, karena banyaknya warga yang terjebak.
“Pak, baa Uni ambo. Salamaik an lah pak, baa ka baa caro salamaik an,” ujar seorang pemuda kepada Kepala Dinas BPBD, Dedi Henidal yang datang ke lokasi mengomandoi anggotanya.
Dedi Henidal mengatakan, pihaknya meminta bantuan kepada dinas terkait untuk mengevakuasi puluhan warga yang terjebak di Cupak.
Anggota BPBD dan Kelompok Siaga Bencana (KSB) yang tersebar di setiap kecamatan juga kewalahan.
Menurut Dedi, tidak hanya di kawasan Limau Manis yang terjadi banjir, daerah lain seperti kawasan Siteba, Gunung Panggilun juga tergenang. “Konsentrasi kita terpecah, bencana serentak,” kata dia. (*)
Pantauan Singgalang di lokasi kejadian, terlihat di kawasan Kepala Koto, Batu Busuk, Pasar Baru, air sampai setinggi lutut orang dewasa.
Banjir terparah di kawasan Cupak, warga mengetahui banjir bandang setelah mendengar suara gemuruh seperti gempa. Jalan berubah menjadi batang air.
“Sa umua-umua ambo iko yang gadang banjirnyo. Dulu pernah tajadi, tapi indak saparah iko do,” kata Am, seorang warga di sana. Am berusia setengah abad.
Tidak hanya kepanikan di sana, tangis pun memecah saat suasana yang gelap dan guyuran hujan.
“Pa baa ama pa, ama takuruang di rumah. Aia gadang tolong ama apa,” ujar seorang anak yang memeluk bapaknya agar segera menolong mamanya yang terjebak.
Hujan yang semakin deras diiringi ratapan memilukan hati. Saat warga hendak menolong masyarakat yang terjebak, tiang listrik PLN nyaris rubuh dan hampir menghimpit kerumunan warga.
Kepanikan warga bertambah saat tim evakuasi kewalahan, karena banyaknya warga yang terjebak.
“Pak, baa Uni ambo. Salamaik an lah pak, baa ka baa caro salamaik an,” ujar seorang pemuda kepada Kepala Dinas BPBD, Dedi Henidal yang datang ke lokasi mengomandoi anggotanya.
Dedi Henidal mengatakan, pihaknya meminta bantuan kepada dinas terkait untuk mengevakuasi puluhan warga yang terjebak di Cupak.
Anggota BPBD dan Kelompok Siaga Bencana (KSB) yang tersebar di setiap kecamatan juga kewalahan.
Menurut Dedi, tidak hanya di kawasan Limau Manis yang terjadi banjir, daerah lain seperti kawasan Siteba, Gunung Panggilun juga tergenang. “Konsentrasi kita terpecah, bencana serentak,” kata dia. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar