Di lokasi penembakan pekan lalu, warga antre beli senjata api.
Pasca insiden penembakan yang menewaskan 12 orang di Aurora, Colorado, penjualan senjata di kota itu laris manis. Ratusan orang mengisi formulir aplikasi kepemilikan senjata api, sementara ribuan lainnya telah disetujui.
Diberitakan BBC, Rabu, setelah insiden itu terjadi Jumat pekan lalu, penjualan senjata api di Colorado meningkat pesat dibanding pekan sebelumnya. Menurut data Biro Investigasi Colorado, sebelum penembakan, sebanyak 880 orang telah mengisi formulir pengecekan latar belakang untuk kepemilikan senjata api.
Pada hari penembakan jumlahnya meningkat menjadi 1.216 orang, sehari setelahnya tambah menjadi 1.243 orang. Total selama sepekan, terdapat 2.887 orang yang telah disetujui untuk memiliki senjata atau meningkat 43,5 persen dari minggu sebelumnya.
Dick Rutan, pemilik toko senjata Gunners Den di kota Arvada, Colorado, mengatakan bahwa penjualannya sangat luar biasa. "Mereka (pembeli) ingin bisa melindungi diri dan keluarga mereka ketika terjadi situasi seperti yang terjadi di bioskop kemarin," kata Rutan.
Seorang pegawai di toko senjata Rocky Mountain Guns & Ammo di kota Park, Colorado, mengatakan bahwa antrean pembelian di tokonya bisa mencapai 20 orang. Bahkan, toko tersebut kini diminta untuk mengadakan latihan tembak oleh para pelanggannya.
"Banyak orang yang bilang, 'dulu saya kira saya tidak butuh senjata api, tapi sekarang saya butuh'," kata pegawai tersebut.
Kepemilikan senjata api di Amerika Serikat diatur oleh undang-undang Milisi tahun 1792. Diperkirakan, antara 39-50 persen dari 43-55 juta rumah tangga, memiliki setidaknya satu senjata api. Diperkirakan terdapat 80 juta pemilik senjata api di AS, dengan total 258 juta pucuk senjata.
Asal persyaratannya dipenuhi, tidak terlalu sulit untuk memiliki senjata di AS. Perdebatan apakah perlu amandemen konstitusi soal kepemilikan senjata masih terjadi di pemerintah.
vivanews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar