PADANG – Banjir bandang kembali melanda Padang, Rabu (12/9). Empat kecamatan yakni Pauh, Lubuk Kilangan dan Kuranji terkena dampaknya. Ratusan rumah terendam.
Tiga warga dikabarkan tewas dan seorang selamat. Mereka adalah warga RT 04 RW 03 Kampung Ubi, Batu Busuak. Korban tewas belum diketahui identitasnya. Ketiganya ditemukan sekitar pukul 23.00 WIB tertimbun longsor.
Pejabat BPBD Sumbar, Ade Edward membenarkan adanya penemuan tiga warga yang tertimbun longsor. Namun, hingga berita ini diturunkan pukul 01.00 WIB, petugas masih mengidentifikasi.
Semula dikabarkan empat warga hilang di RT tersebut. Namun identitas mereka masih simpang siur. Sebanyak 30 personel TNI, BPBD, SAR dan Damkar dikerahkan untuk menemukan mereka.
Di lokasi itu terdapat tiga titik longsor yang menimbun enam rumah. Empat warga tersebut semula berada di sana.
Pejabat BPBD Sumbar, Ade Edward membenarkan adanya penemuan tiga warga yang tertimbun longsor. Namun, hingga berita ini diturunkan pukul 01.00 WIB, petugas masih mengidentifikasi.
Semula dikabarkan empat warga hilang di RT tersebut. Namun identitas mereka masih simpang siur. Sebanyak 30 personel TNI, BPBD, SAR dan Damkar dikerahkan untuk menemukan mereka.
Di lokasi itu terdapat tiga titik longsor yang menimbun enam rumah. Empat warga tersebut semula berada di sana.
Sungai mengamuk
Banjir mulai terjadi sekitar pukul 16.15 WIB. Tiga sungai mengamuk yakni Batang Kuranji, Air Dingin (Latung Lubuk Minturun) dan Batang Belimbing Guo Kuranji. Peristiwa serupa pernah terjadi 24 Juli lalu.
Saat banjir, di pusat kota tidak ada hujan, namun kawasan Kuranji dilaporkan hujan lebat.
Pada Selasa, surat kabar ini menurunkan berita utama ancaman galodo atau banjir bandang melanda Padang. Fakta ini nyaris mendekati kenyataan karena material banjir bandang 24 Juli lalu, tak hanyut hingga ke muara. Justru menumpuk di beberapa titik sepanjang aliran Sungai Padang Janiah yang merupakan salah satu sumber Batang Kuranji. Ini hasil ekspedisi yang dilakukan Sekretaris Bersama Pencinta Alam (Sekber PA) Sumbar di aliran Sungai Padang Janiah, 31 Agustus sampai 1 September yang beranggotakan lima orang.
Benar-benar terjadi
Kini, terpaut sehari kemudian, banjir bandang itu benar-benar datang. Warga yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) kembali menjadi korban.
Hingga berita ini diturunkan belum ada laporan korban jiwa atau korban hanyut. Cuma saja, Griya Kubu Utama dan Griya Permata Permai, kembali direndam banjir. Sedangkan kerugian harta ratusan juta rupiah. Sebanyak 40 tenda untuk tempat evakuasi telah disiapkan.
Ratusan rumah terendam banjir dan warga beserta barang-barang di rumah mereka telah dievakuasi oleh tim penyelamat dari berbagai unsur dan kepolisian termasuk Kelompok Siaga Bencana (KSB) yang berada di kelurahan. Petugas berjibaku hingga tengah malam. Terlihat Walikota Fauzi Bahar ada bersama mereka.
Banjir mulai terjadi sekitar pukul 16.15 WIB. Tiga sungai mengamuk yakni Batang Kuranji, Air Dingin (Latung Lubuk Minturun) dan Batang Belimbing Guo Kuranji. Peristiwa serupa pernah terjadi 24 Juli lalu.
Saat banjir, di pusat kota tidak ada hujan, namun kawasan Kuranji dilaporkan hujan lebat.
Pada Selasa, surat kabar ini menurunkan berita utama ancaman galodo atau banjir bandang melanda Padang. Fakta ini nyaris mendekati kenyataan karena material banjir bandang 24 Juli lalu, tak hanyut hingga ke muara. Justru menumpuk di beberapa titik sepanjang aliran Sungai Padang Janiah yang merupakan salah satu sumber Batang Kuranji. Ini hasil ekspedisi yang dilakukan Sekretaris Bersama Pencinta Alam (Sekber PA) Sumbar di aliran Sungai Padang Janiah, 31 Agustus sampai 1 September yang beranggotakan lima orang.
Benar-benar terjadi
Kini, terpaut sehari kemudian, banjir bandang itu benar-benar datang. Warga yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) kembali menjadi korban.
Hingga berita ini diturunkan belum ada laporan korban jiwa atau korban hanyut. Cuma saja, Griya Kubu Utama dan Griya Permata Permai, kembali direndam banjir. Sedangkan kerugian harta ratusan juta rupiah. Sebanyak 40 tenda untuk tempat evakuasi telah disiapkan.
Ratusan rumah terendam banjir dan warga beserta barang-barang di rumah mereka telah dievakuasi oleh tim penyelamat dari berbagai unsur dan kepolisian termasuk Kelompok Siaga Bencana (KSB) yang berada di kelurahan. Petugas berjibaku hingga tengah malam. Terlihat Walikota Fauzi Bahar ada bersama mereka.
Semua peralatan yang berada di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Padang telah dikeluarkan untuk membantu evakuasi korban.
Petugas BPBD, kepolisian dan TNI turun ke lapangan membantu warga menyelamatkan diri.
Di Koto Panjang, Kelurahan Limau Manih, warga dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Banjir bandang yang terjadi pada 24 Juli lalu membuat warga setempat lebih waspada.
“Air aliran Danau Kariang begitu deras. Untuk antisipasi, warga kami evakuasi,” kata Buya (40) salah seorang warga sekitar. Hujan turun begitu lebat.
Di Batu Busuak hujan deras menimbulkan longsor. Ada tiga titik longsor yang memutus jalan menuju ke Batu Busuak.
“Seperti air terjun Lembah Anai derasnya. Tidak hanya air, material tanah dan batu ikut turun,” kata Upik salah seorang warga sekitar.
Ia bersama keluarganya saat ini mengungsi ke surau yang ada di Batu Busuak. Upik mengaku rumahnya itu sudah kebanjiran. Setidaknya ada dua rumah lainnya yang terendam air.
Tiga komplek
Di Tabiang Banda Gadang, ada tiga komplek perumahan yang terendam air. Paling parah di Perumahan Griya Kubu Utama. Ada ratusan rumah terendam.
“Mereka mengungsi di Masjid At-Taubah ini,” kata Hendra salah seorang warga. Air naik ke rumah warga sejak pukul 17.00 WIB.
Ia mengaku tidak selalu jika hujan warga mengungsi. Namun melihat pola hujan seperti kejadian Bulan Puasa lalu, warga mengambil langkah cepat untuk mengungsi.
Selain itu ia bersama warga Tabing Banda Gadang mengharapkan kepada pemerintah agar bisa mendam batang air di sana. Dengan didamnya batang air itu, bisa menimalisir adanya banjir yang akan melanda tiga perumahan itu.
“Kami mengharapkan sekali kepada pemerintah agar bisa mendam batang air itu. Didamnya, batang air itu bisa menimalisir terjadinya banjir disan,” ujar Hendra dengan diiakan oleh warga lainnya.
Kepala BPBD Padang Dedi Henidal mengatakan, pihaknya bersama relawan lainnya melakukan evakuasi dan mendirikan tenda di setiap lokasi yang dilanda banjir bandang. Sebanyak empat kecamatan dilanda banjir bandang.
“Kami belum bisa memperkirakan kerugian diakibatkan oleh banjir bandang ini. Kami bersama tim penyelamat lainnya masih di lokasi untuk melakukan evakuasi dan mendirikan tenda bagi para pengungsiu,” ujar Dedi.
Cemas
Warga yang berada di sepanjang Batang Kuranji, benar-benar cemas. Apalagi, trauma banjir bandang pada 24 Juli lalu, masih lekat di badan. Kecemasan itu, bermula sejak siang kemarin, saat awan hitam pekat menggantung di langit.
Pantauan Singgalang di lapangan, sejak sore sekitar pukul 18.00 WIb hingga pukul 19.00 WIB, warga Nanggalo misalnya, begitu cemas melihat debit air batang Kuranji yang sudah meluap. Makin lama makin tinggi.
Sejumlah warga berkumpul dan siap-siap untuk menyelamatkan harta bendanya. Seperti terlihat di RT 2/RW 2 Kelurhan Gurun Laweh Kecamatan Nanggalo, sejumlah warga yang bulan Juli lalu jadi korban sudah mengeluarkan barang-barang dari rumah. Sejumlah warga lainnya tetap waspada memperhatikan kondisi air Batang Kuranji.
Sekitar pukul 18.30 WIB, permukaan air Batang Kuranji makin tinggi. Sejumlah warga sudah ada yang meninggalkan rumah dengan pintu terkunci. “Saya tak ingin seperti banjir lalu lagi, ketika rumah saya tinggalkan, ternyata dikupak pula oleh orang lain,” ujar Herman, warga RT1 RW 2 Kelurahan Gurun Laweh, kemarin.
Di lokasi itu, sejumlah warga mulai kesulitan untuk melewati ruas jalan yang sudah direndam banjir. Hanya saja, rendaman itu belum meluas hingga ke pemukiman warga.
Sekitar pukul 19.15 WIB, kekhawatiran warga makin tinggi setelah hujan lebat juga mengguyur daerah Nanggalo. Satu persatu warga sudah meninggalkan rumah, terutama warga perempuan, kemudian yang laki-laki menjaga rumah jika banjir benar-benar tiba.
“Anak-anak kami sudah diungsikan di rumah mertua di Alai Parak Kopi,” tutur Sriyanti, 42, warga Gurun Laweh yang memiliki rumah sekitar 50 meter dari tebing Batang Kuranji.
Kondisi yang sama juga terlihat di Komplek Girya Kubutama, Kelurahan Tabiang Banda Gadang, Nanggalo. Sejumlah warga sudah mengeluarkan barang-barang mereka dari rumah ke tempat yang tinggi. Ada yang menumpang di tempat warga lain, ada pula yang membawa langsung ke tempat kerabat mereka.
Tidak hanya warga yang berada di sekitar Batang Kuranji yang waspada. Namun sejumlah warga lainnya juga berduyun-duyun megunjungi Batang Kuranji untuk melihat banjir dari dekat. Petugas SAR dan Pemadam Kebakaran juga terlihat berjaga-jaga di Gurun Laweh.
Sama dengan sebelumnya
Wakil Walikota Padang, Mahyeldi Ansharullah juga turun langsung ke lokasi banjir. Menurut titik-titik banjir bandang kedua ini sama dengan yang pernah terjadi pada banjir bandang sebelumnya. Seperti di Kelurahan Limau Manis, Limau Manis Selatan, Batu Busuk, Gadut Lubuk Kilangan, Kelurahan Tabiang Banda Gadang Nanggalo. Warga yang berada di daerah sekitar dan daerah yang cukup jauh berdatangan melihat kondisi banjir.
Mereka, memang banyak menonton saja sehingga membuat proses evakuasi terganggu. Tempat-tempat evakuasi sementara telah dibuat dan bantuan secara perlahan air mineral dan mie instan mulai berdatangan dari para donatur.
Salah seorang warga Perumahan Griya Kubu Pratama, Dona baru tahu saat terjadinya banjir ketika pulang kerja. Sementara yang di rumah hanya anaknya saja dan sang suami juga berada di luar rumah bekerja.
Baru sebagian barang-barang yang bisa kami selamatkan. Karena rumah kami sudah penuh dengan air. Kami kembali diuji oleh Allah dan menderita kerugian lagi,” ujarnya.
Dia sudah dua tahun tinggal di tempat tersebut, dan memang merasakan banjir tersebut baru dua kali ini saja. Sebelumnya tak pernah banjir.
“Kami tak tahu harus pindah ke mana, hanya ini satu-satunya rumah kami. Mungkin, setelah ini ada pertolongan Tuhan baru bisa pindah,” ujarnya.
Warga lain, Hengki juga berniat akan pindah dari tempat tersebut, namun belum tahu entah kemana.
Petugas BPBD, kepolisian dan TNI turun ke lapangan membantu warga menyelamatkan diri.
Di Koto Panjang, Kelurahan Limau Manih, warga dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Banjir bandang yang terjadi pada 24 Juli lalu membuat warga setempat lebih waspada.
“Air aliran Danau Kariang begitu deras. Untuk antisipasi, warga kami evakuasi,” kata Buya (40) salah seorang warga sekitar. Hujan turun begitu lebat.
Di Batu Busuak hujan deras menimbulkan longsor. Ada tiga titik longsor yang memutus jalan menuju ke Batu Busuak.
“Seperti air terjun Lembah Anai derasnya. Tidak hanya air, material tanah dan batu ikut turun,” kata Upik salah seorang warga sekitar.
Ia bersama keluarganya saat ini mengungsi ke surau yang ada di Batu Busuak. Upik mengaku rumahnya itu sudah kebanjiran. Setidaknya ada dua rumah lainnya yang terendam air.
Tiga komplek
Di Tabiang Banda Gadang, ada tiga komplek perumahan yang terendam air. Paling parah di Perumahan Griya Kubu Utama. Ada ratusan rumah terendam.
“Mereka mengungsi di Masjid At-Taubah ini,” kata Hendra salah seorang warga. Air naik ke rumah warga sejak pukul 17.00 WIB.
Ia mengaku tidak selalu jika hujan warga mengungsi. Namun melihat pola hujan seperti kejadian Bulan Puasa lalu, warga mengambil langkah cepat untuk mengungsi.
Selain itu ia bersama warga Tabing Banda Gadang mengharapkan kepada pemerintah agar bisa mendam batang air di sana. Dengan didamnya batang air itu, bisa menimalisir adanya banjir yang akan melanda tiga perumahan itu.
“Kami mengharapkan sekali kepada pemerintah agar bisa mendam batang air itu. Didamnya, batang air itu bisa menimalisir terjadinya banjir disan,” ujar Hendra dengan diiakan oleh warga lainnya.
Kepala BPBD Padang Dedi Henidal mengatakan, pihaknya bersama relawan lainnya melakukan evakuasi dan mendirikan tenda di setiap lokasi yang dilanda banjir bandang. Sebanyak empat kecamatan dilanda banjir bandang.
“Kami belum bisa memperkirakan kerugian diakibatkan oleh banjir bandang ini. Kami bersama tim penyelamat lainnya masih di lokasi untuk melakukan evakuasi dan mendirikan tenda bagi para pengungsiu,” ujar Dedi.
Cemas
Warga yang berada di sepanjang Batang Kuranji, benar-benar cemas. Apalagi, trauma banjir bandang pada 24 Juli lalu, masih lekat di badan. Kecemasan itu, bermula sejak siang kemarin, saat awan hitam pekat menggantung di langit.
Pantauan Singgalang di lapangan, sejak sore sekitar pukul 18.00 WIb hingga pukul 19.00 WIB, warga Nanggalo misalnya, begitu cemas melihat debit air batang Kuranji yang sudah meluap. Makin lama makin tinggi.
Sejumlah warga berkumpul dan siap-siap untuk menyelamatkan harta bendanya. Seperti terlihat di RT 2/RW 2 Kelurhan Gurun Laweh Kecamatan Nanggalo, sejumlah warga yang bulan Juli lalu jadi korban sudah mengeluarkan barang-barang dari rumah. Sejumlah warga lainnya tetap waspada memperhatikan kondisi air Batang Kuranji.
Sekitar pukul 18.30 WIB, permukaan air Batang Kuranji makin tinggi. Sejumlah warga sudah ada yang meninggalkan rumah dengan pintu terkunci. “Saya tak ingin seperti banjir lalu lagi, ketika rumah saya tinggalkan, ternyata dikupak pula oleh orang lain,” ujar Herman, warga RT1 RW 2 Kelurahan Gurun Laweh, kemarin.
Di lokasi itu, sejumlah warga mulai kesulitan untuk melewati ruas jalan yang sudah direndam banjir. Hanya saja, rendaman itu belum meluas hingga ke pemukiman warga.
Sekitar pukul 19.15 WIB, kekhawatiran warga makin tinggi setelah hujan lebat juga mengguyur daerah Nanggalo. Satu persatu warga sudah meninggalkan rumah, terutama warga perempuan, kemudian yang laki-laki menjaga rumah jika banjir benar-benar tiba.
“Anak-anak kami sudah diungsikan di rumah mertua di Alai Parak Kopi,” tutur Sriyanti, 42, warga Gurun Laweh yang memiliki rumah sekitar 50 meter dari tebing Batang Kuranji.
Kondisi yang sama juga terlihat di Komplek Girya Kubutama, Kelurahan Tabiang Banda Gadang, Nanggalo. Sejumlah warga sudah mengeluarkan barang-barang mereka dari rumah ke tempat yang tinggi. Ada yang menumpang di tempat warga lain, ada pula yang membawa langsung ke tempat kerabat mereka.
Tidak hanya warga yang berada di sekitar Batang Kuranji yang waspada. Namun sejumlah warga lainnya juga berduyun-duyun megunjungi Batang Kuranji untuk melihat banjir dari dekat. Petugas SAR dan Pemadam Kebakaran juga terlihat berjaga-jaga di Gurun Laweh.
Sama dengan sebelumnya
Wakil Walikota Padang, Mahyeldi Ansharullah juga turun langsung ke lokasi banjir. Menurut titik-titik banjir bandang kedua ini sama dengan yang pernah terjadi pada banjir bandang sebelumnya. Seperti di Kelurahan Limau Manis, Limau Manis Selatan, Batu Busuk, Gadut Lubuk Kilangan, Kelurahan Tabiang Banda Gadang Nanggalo. Warga yang berada di daerah sekitar dan daerah yang cukup jauh berdatangan melihat kondisi banjir.
Mereka, memang banyak menonton saja sehingga membuat proses evakuasi terganggu. Tempat-tempat evakuasi sementara telah dibuat dan bantuan secara perlahan air mineral dan mie instan mulai berdatangan dari para donatur.
Salah seorang warga Perumahan Griya Kubu Pratama, Dona baru tahu saat terjadinya banjir ketika pulang kerja. Sementara yang di rumah hanya anaknya saja dan sang suami juga berada di luar rumah bekerja.
Baru sebagian barang-barang yang bisa kami selamatkan. Karena rumah kami sudah penuh dengan air. Kami kembali diuji oleh Allah dan menderita kerugian lagi,” ujarnya.
Dia sudah dua tahun tinggal di tempat tersebut, dan memang merasakan banjir tersebut baru dua kali ini saja. Sebelumnya tak pernah banjir.
“Kami tak tahu harus pindah ke mana, hanya ini satu-satunya rumah kami. Mungkin, setelah ini ada pertolongan Tuhan baru bisa pindah,” ujarnya.
Warga lain, Hengki juga berniat akan pindah dari tempat tersebut, namun belum tahu entah kemana.
Akan diusut
Mahyeldi Ansharullah bakal mengusut Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang dikeluarkan Dinas Tata Ruang dan Bangunan (TRTB) atas perumahan tersebut. Dia juga heran, kenapa bisa keluar IMB atas perumahan tersebut sementara dibangun di DAS yang seharusnya tak boleh ada bangunan.
“Untuk sementara waktu, tentu kami membantu korban banjir ini terlebih dulu. Baru setelah itu diselesaikan masalah pendirian perumahan korban banjir,” imbuhnya.
Dia mengatakan, akan mencari relokasi buat warga perumahan korban banjir itut. Sebab, bila tetap berada di tempat tersebut maka akan terus menerus menjadi korban banjir bandang. Sebelumnya, wawako juga telah melakukan pertemuan dengan para developer membahas tentang kawasan yang tak boleh dibangun.
Kemudian, korban banjir di Pauh, Limau Manis yang rumahnya hancur kena banjir bandang bakal dibangunkan kembali. Tentu, lokasinya pada tempat lain yang tak berada di kawasan DAS. Dananya berasal dari Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) pusat.
“Bagi korban banjir yang memiliki tanah di luar kawasan DAS tersebut bisa dibangun rumah secepatnya. Namun, warga perumahan tentu akan berkoordinasi dengan developer dulu dan membicarakannya lebih jauh,” imbuh Mahyeldi.
Mahyeldi Ansharullah bakal mengusut Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang dikeluarkan Dinas Tata Ruang dan Bangunan (TRTB) atas perumahan tersebut. Dia juga heran, kenapa bisa keluar IMB atas perumahan tersebut sementara dibangun di DAS yang seharusnya tak boleh ada bangunan.
“Untuk sementara waktu, tentu kami membantu korban banjir ini terlebih dulu. Baru setelah itu diselesaikan masalah pendirian perumahan korban banjir,” imbuhnya.
Dia mengatakan, akan mencari relokasi buat warga perumahan korban banjir itut. Sebab, bila tetap berada di tempat tersebut maka akan terus menerus menjadi korban banjir bandang. Sebelumnya, wawako juga telah melakukan pertemuan dengan para developer membahas tentang kawasan yang tak boleh dibangun.
Kemudian, korban banjir di Pauh, Limau Manis yang rumahnya hancur kena banjir bandang bakal dibangunkan kembali. Tentu, lokasinya pada tempat lain yang tak berada di kawasan DAS. Dananya berasal dari Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) pusat.
“Bagi korban banjir yang memiliki tanah di luar kawasan DAS tersebut bisa dibangun rumah secepatnya. Namun, warga perumahan tentu akan berkoordinasi dengan developer dulu dan membicarakannya lebih jauh,” imbuh Mahyeldi.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar