Jakarta - Barang impor masuk ke Indonesia sudah tanpa basa basi. Tidak sedikit ditemukan mulai dari bawang putih, hingga batik asing merajalela di dalam negeri.
Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Anang Sukandar mengatakan hal tersebut bisa diatasi jika pemerintah mampu memperkuat usaha Franchise atau waralaba. Waralaba, menurutnya berawal dari bisnis opportunity (BO) atau UKM.
"Bisa,pemerintah itu harusnya adakan pembinaan dan pendampingan jadi bikin UKM lebih unggul. Coba liat buah-buahan saja kita masih impor kenapa tidak petani kita saja yang dibantu," ungkapnya saat pameran Info Franchise dan Business Concept Expo (IFBC) di Balai Kartini, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Sabtu (2/3/2013)
Ia mencontohkan dengan kondisi usaha Black Canyon Coffee yang diprakarsai oleh pemerintah Thailand. Ini menggambarkan usaha pemerintah Thailand mulai dari hulu sampai ke hilir.
"Kayak di Muangthai, Thailand itu hebat pemerintahnya. Itu Black Canyon Coffee, itu kan asalnya dari sana kan," tuturnya.
Pada daerah tersebut, petaninya hanya menanam ganja. Pemerintah yang khawatir melakukan pendekatan dengan mengalihkan lahan yang mereka garap ke komoditas kopi.
"Di situ waktu itu yang nanam ganja, itu para petani, nah pemerintah sana itu nyamperin, adakan pendekatan untuk para petaninya. Kalian jangan nanam ganja dong, gimana kalau tanam kopi," jelasnya.
Itupun, menurut Anang tidak hanya sebagai ajakan semata. Pemerintah juga menyiapkan mulai dari persiapan lahan, pembibitan, perawatan hingga panen.
"Pembibitannya. Cara merawatnya. Panennya. Itu dari pemerintah," tegasnya.
Anang menambahkan, pemerintah Thailand kemudian menyediakan sentral market untuk penjualan. Setelah berkembang, UKM tersebut berubah menjadi franchise yang tetap dipelopori pemerintah.
"Ada sentral market, jadi pemebeli bisa datang beli kopi. Nah setelah itu dia bikin konsep franchise, itu muncul. Itu yang mesti dilakukan. Jangan cuma aturan saja," pungkasnya.
Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Anang Sukandar mengatakan hal tersebut bisa diatasi jika pemerintah mampu memperkuat usaha Franchise atau waralaba. Waralaba, menurutnya berawal dari bisnis opportunity (BO) atau UKM.
"Bisa,pemerintah itu harusnya adakan pembinaan dan pendampingan jadi bikin UKM lebih unggul. Coba liat buah-buahan saja kita masih impor kenapa tidak petani kita saja yang dibantu," ungkapnya saat pameran Info Franchise dan Business Concept Expo (IFBC) di Balai Kartini, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Sabtu (2/3/2013)
Ia mencontohkan dengan kondisi usaha Black Canyon Coffee yang diprakarsai oleh pemerintah Thailand. Ini menggambarkan usaha pemerintah Thailand mulai dari hulu sampai ke hilir.
"Kayak di Muangthai, Thailand itu hebat pemerintahnya. Itu Black Canyon Coffee, itu kan asalnya dari sana kan," tuturnya.
Pada daerah tersebut, petaninya hanya menanam ganja. Pemerintah yang khawatir melakukan pendekatan dengan mengalihkan lahan yang mereka garap ke komoditas kopi.
"Di situ waktu itu yang nanam ganja, itu para petani, nah pemerintah sana itu nyamperin, adakan pendekatan untuk para petaninya. Kalian jangan nanam ganja dong, gimana kalau tanam kopi," jelasnya.
Itupun, menurut Anang tidak hanya sebagai ajakan semata. Pemerintah juga menyiapkan mulai dari persiapan lahan, pembibitan, perawatan hingga panen.
"Pembibitannya. Cara merawatnya. Panennya. Itu dari pemerintah," tegasnya.
Anang menambahkan, pemerintah Thailand kemudian menyediakan sentral market untuk penjualan. Setelah berkembang, UKM tersebut berubah menjadi franchise yang tetap dipelopori pemerintah.
"Ada sentral market, jadi pemebeli bisa datang beli kopi. Nah setelah itu dia bikin konsep franchise, itu muncul. Itu yang mesti dilakukan. Jangan cuma aturan saja," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar