Nur Ali Gantikan Wahyu Indra Pramugari | ♦ Aspirasi Warga Sumbar Direspons Kapolri
Brigjen Pol Wahyu Indra Pramugari akhirnya dicopot dari jabatannya sebagai Kapolda Sumbar. Penggantinya adalah Brigjen Pol Nur Ali yang saat ini menjabat sebagai Direktur III Tipikor Bareskrim Polri Brigjen Pol Nur Ali. Selanjutnya, Wahyu Indra akan menjadi Widyaiswara Sespim Polri.
Kepastian pergantian tersebut tertuang dalam telegram rahasia mutasi Nomor: KEP/173/III/2013 tanggal 25 Maret 2013. Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar membenarkan informasi pergantian ini. Menurutnya, rotasi jabatan merupakan hal biasa dalam tubuh kepolisian.
Dia menepis anggapan bila mutasi Kapolda itu dilakukan karena dugaan-dugaan keterkaitan seseorang (Wahyu, red) dalam suatu perkara. Pada rotasi kali ini, selain Wahyu Indra dan Nur Ali, Mabes Polri juga merotasi sejumlah perwira tinggi. Kapolda Sulteng Brigjen Pol Dewa Made Parsana digantikan Brigjen Ardiono. Sementara Kapolda Malut akan diduduki Brigjen Pol Machfud.
Untuk mengganti pos Direktur Tipikor Bareskrim, Polri menempatkan Kombes Idham Azis. “(Rotasi jabatan tersebut) dalam rangka tour of duty,” kata Boy Rafli, Senin (25/3).
Walau begitu, sejak beberapa waktu terakhir Wahyu Indra telah ramai diberitakan. Wahyu Indra sudah dua kali diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus dugaan korupsi proyek Simulator SIM di Korps Lalu Lintas (Korlantas) Mabes Polri. Di Sumbar sendiri, Wahyu Indra dikait-kaitkan dengan tambang ilegal di Solok Selatan (Solsel), Pasaman Barat (Pasbar), dan Dharmasraya.
Terkait hal itu, semua anggota DPR-DPD asal Sumbar (Kaukus DPR-DPD) yang dipimpin Ketua DPD Irman Gusman, secara terang-terangan meminta Wahyu Indra diganti, pada awal Maret lalu. Boy Rafli menyebutkan, serah terima jabatan Kapolda tersebut segera dilaksanakan. “Kalau tidak akhir Maret ini, kemungkinan awal April nanti,” kata Boy.
Salah seorang perwira di Mabes Polri menyebutkan, Nur Ali dikenal sebagai pribadi pendiam, disiplin, dan taat beribadah. Oleh karena itu, Nur Ali selalu bersikap tegas dalam mengambil suatu kebijakan. Dia gencar membongkar dan mengusut kasus-kasus korupsi besar di daerah, dan di Kementerian. Sebelum masuk Mabes Polri, Nur Ali pernah menjabat sebagai Irwasda Polda Metro Jaya.
Nur Ali pernah memimpin tim pelimpahan berkas kasus simulator SIM yang melibatkan mantan Kakorlantas Polri Irjen Pol Djoko Susilo, kepada KPK. Sebelumnya kasus tersebut ditangani penyidik Direktorat Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri.
Pada Januari 2013, Nur Ali pula yang mewakili Mabes Polri dalam pertemuan koordinasi informatif dengan Panitia Akuntabilitas Publik (PAP) DPD RI, dalam menuntaskan masalah tipikor di Indonesia. Selama tahun 2012, Mabes Polri berhasil mengembalikan uang hasil kejahatan tindak pidana korupsi sebesar Rp261 miliar. Ini tak lepas dari kinerja Nur Ali. Terjalin pula sinergi kerja sama antara penyidik Polri dengan KPK, BPK dan Pembangunan (BPKP), dalam pemberantasan korupsi.
Tugas Berat Menati Kapolda Baru
Ketua DPD Irman Gusman kepada Padang Ekspres mengaku sudah mendapatkan informasi soal pergantian tersebut. Ia mengapresiasi langkah Kapolri jenderal Pol Timur Pradopo yang tidak terlalu lama menindaklanjuti aspirasi masyarakat yang disampaikan lewat DPD dan DPR.
Pergantian ini, tepat sehari setelah Tim Kaukus DPR-DPD berkunjung ke Solsel menjemput aspirasi dari tokoh masyarakat, DPRD dan pejabat setempat, serta menginventarisir laporan-laporan yang masuk dari masyarakat dan Pemkab ke DPD dan DPR, soal adanya permainan oknum aparat dalam aktivitas tambang emas ilegal di Solsel.
Diharapkan Irman, Kapolda Sumbar yang baru bisa segera menuntaskan laporan-laporan dugaan pembekingan oleh aparat di lokasi-lokasi tambang emas ilegal, baik di Solsel maupun daerah lainnya seperti di Dharmasraya, dan Sijunjung.
“Bersihkan oknum-oknum aparat yang bermain dan membiarkan terjadinya pelanggaran hukum dan kerusakan lingkungan di Sumbar, tanpa pandang bulu,” tegas Irman.
Irman minta koordinasi dengan para muspida yang selama ini dinilai kurang, perlu diperkuat lagi, agar kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) terjaga. “Apalagi sekarang sudah masuk tahun politik. Stabilitas kamtibmas di daerah harus terjaga, dengan memperkuat koordinasi bersama muspida dan tokoh masyarakat,” kata Irman didampingi Kepala Pusat Data dan Informasi DPD RI Zul Evi Astar, kemarin.
Koordinator Police Watch Ilhamdi Taufik menyebutkan, pergantian Kapolda Sumbar memang tak lepas dari desakan masyarakat kepada Kapolri yang disampaikan melalui DPR-DPD. “Berarti Kapolri telah mengabulkan permintaan senator dan DPR asal Sumbar,” ujar pengajar pada Fakultas Hukum Unand ini. Dia berharap kapolda baru, bisa menuntaskan kasus-kasus yang tertunda dan membersihkan institusi kepolisian dari prasangka buruk, serta segera memperkuat koordinasi dengan para pemuka masyarakat dan muspida.
“Saya berharap kapolda baru juga dapat menuntaskan kasus-kasus yang berkaitan erat dengan aparat kepolisian, seperti kekerasan aparat terhadap masyarakat, dan dugaan adanya pembekingan oknum aparat pada sejumlah aktivitas ilegal di daerah ini,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang Vino Oktavia juga menyambut baik pergantian Kapolda Sumbar. “Sumbar butuh kapolda yang mempunyai komitmen yang tinggi dalam penegakan hukum dan keadilan bagi masyarakat. Dalam tiga tahun terakhir kekerasan aparat terhadap masyarakat cukup tinggi di Sumbar. Itu harus segera diselesaikan dengan proses hukum pelaku yang transparan,” tegas Vino.
Vino juga menyorot lambannya polisi dalam membongkar dugaan keterlibatan oknum aparat dan oknum pejabat yang bermain tambang emas ilegal. “Mestinya barang bukti dan warga yang ditangkap, bisa jadi pintu masuk bagi polisi untuk membongkar siapa saja oknum aparat dan pejabat yang bermain di tambang ilegal itu,” ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar