Ketan mungkin menjadi makanan yang biasa namun di Kota Batu, Malang, Jawa Timur, hanya untuk seporsi ketan, orang rela menunggu dan menghabiskan waktunya berlama-lama di warung ketan.
Ada banyak warung ketan yang berjajar di sekitar alun-alun kota Batu, Malang. Hampir di setiap warung tersebut ramai oleh pengunjung, baik muda-mudi maupun orang-orang yang sudah cukup berumur, yang hanya sekadar duduk-duduk berkumpul ataupun sambil menikmati kopi dan sepiring ketan.
Di antara deretan warung tersebut, ada warung yang paling ramai, baliho di atasnya bertuliskan Pos Ketan Legenda 1967. Penasaran saya dan beberapa rekan jurnalis yang sedang menjelajahi Kota Batu pada malam hari itu pun mencoba mendekat.
Kami semua sangat heran dengan pemandangan yang dilihat, warung ketan yang tak begitu besar namun memiliki pengunjung yang tumpah ruah. Sampai-sampai banyak bangku tambahan disediakan di depan warung hingga memenuhi jalan raya di sekitarnya.
Kami mencoba memasuki warung ketan dan melakukan pemesanan. Menu yang ditawarkan tak terlalu beragam, hanya ada menu ketan dengan berbagai topping, ada ketan dengan keju, cokelat dan susu, serundeng, gula jawa, kelapa serta bubuk kedele. Harganya pun sangat murah, berkisar Rp 3.000-Rp 5.000. Di dinding warung ditempeli foto para orang-orang yang cukup terkenal di televisi yang pernah mampir ke warung ini.
Uniknya, setelah melakukan pesanan, kami diberikan kupon. Ya, kupon tersebut merupakan nomor antrean. Setelah itu, kami dipersilakan mencari tempat sampai pesanan kami diantarkan.
Walaupun bangku yang disediakan sudah cukup banyak, tetapi tetap tidak memenuhi pengunjung yang datang pada malam itu. Rombongan kami yang berjumlah tujuh orang pun akhirnya kesulitan untuk mencari bangku untuk duduk dan memutuskan untuk memilih lesehan di depan toko yang juga memang disediakan oleh warung untuk para pengunjung.
Beberapa lama, pelayan pengantar pesanan pun datang, keheranan selanjutnya terhadap warung ketan ini ialah keterampilan pelayannya dalam membawakan pesanan pengunjung. Para pelayan membawa gelas-gelas pesanan dengan ditumpuk tinggi membuat yang melihat antara kagum dan ngeri, takut gelasnya jatuh. Begitu pun saat membawa piring-piring yang berisi ketan. Ia menata piring tersebut dengan apiknya di tangan seperti menggendong bayi.
Tak sabar mencicipi ketan yang digandrungi banyak orang malam itu pun, kami pun langsung melahap ketan yang ada di depan mata. Rasanya? Sangat nikmat. Kebetulan saya mencoba ketan dengan topping bubuk kedelai yang disiram dengan gula jawa dan kelapa. Perpaduan ketiganya memberikan rasa gurih dan manis tersendiri di lidah.
Saya pun sempat mencicipi ketan milik teman salah satu jurnalis yang memesan ketan dengan topping keju susu dan cokelat. Ternyata tak kalah nikmatnya.
Dalam benak pun terlintas, ternyata makanan yang sering diidentikkan dengan "makanan kampung" sesederhana ini bila digabungkan dengan makanan yang katanya lebih modern seperti keju dan cokelat, tak kalah nikmatnya dengan makanan luar negeri. Nikmat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar