NET
Ilustrasi
Bupati Nabire Isayas Douw menjadi salah satu korban kericuhan penonton usai pertandingan tinju di GOR Kota Lama, Nabire, Papua, Minggu (14/7) malam.
Dipicu kekecewaan terhadap petinju idola kalah, pendukung Yulianus Pigombe mengamuk dan terjadilah kericuhan yang menyebabkan 18 ornag tewas, dan puluhan luka-luka.
Saat itu, pertandingan usai digelar, dan pemenang sudah diputuskan. Tapi, pendukung petinju Yulianus Pigombe dari Sasana Mawa yang dikalahkan Alfius Rumkone dari Sasana Persada, tidak terima dan melakukan pelemparan kursi.
"Bupati masih ada di dalam GOR saat itu. Bupati bisa dievakuasi setelah kejadian. Kami segera amankan keluar GOR," kata Kapolres Nabire AKBP Bahara Marpaung, Senin (15/7).
Tinju piala bupati itu digelar pada Minggu (14/7) pukul 19.00 WIT. Pertandingan ini rutin diadakan setahun sekali. Bupati Isayas menyaksikan pertandingan itu bersama 1.500 penonton yang lain. Kapasitas GOR 800-900 orang. "Petinju yang kalah, pendukungnya tidak terima dan melempar kursi," jelas Bahara.
Melihat kondisi di dalam GOR memanas, penonton yang lain panik dan berebut keluar. Hingga akhirnya 18 orang meninggal dunia karena terjepit dan terinjak. Polisi mengevakuasi korban tewas ke RSUD Nabire, tapi mereka tak tertolong. "Korban luka ada 38 orang," katanya.
Kericuhan terjadi di dalam GOR Kota Lama Nabire, Papua, Minggu malam. 18 orang meninggal dunia dan 38 lainnya luka akibat kericuhan di dalam GOR yang dipadati ribuan penonton. Bupati Nabire Isayas Douw berada di dalam gedung saat baku lempar meletus.
Kejadian bermula saat diumumkannya pemenang pertandingan tinju Bupati Nabire Cup antara Yulianus Pigombe dari Sasana Mawa melawan Alfius Rumkone dari Sasana Persada.
Partai final pada hari keenam diisi pertandingan antara Yulianus Pigombe dari Sasana Mawa dengan Alfius Rumkone dari Sasana Persada. Saat Alfius diumumkan sebagai pemenang, pendukung Yulianus tidak setuju atas keputusan juri. "Sehingga terjadi dorong-dorongan," ujar Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol Ronny Franky Sompie di Mabes Polri, Jakarta..
Kapasitas Gedung Olah Raga (GOR) tersebut sebetulnya hanya mampu menampung 800 orang. Tetapi pada saat pertandingan tersebut penonton mencapai 1.500 orang sehingga kondisi di dalam gedung berdesak-desakan.
Setelah pengumuman, suasana yang penuh sesak berubah menjadi ricuh setelah pendukung Yulianus tidak setuju terhadap keputusan dewan juri. Aksi lempar kursi pun terjadi sehingga menyulut penonto lain yang akhirnya suasana di dalam ruangan tidak terkendali.
Dalam GOR tersebut hanya disediakan satu pintu masuk dan keluar, sehingga pada saat kericuhan penonton yang masih berada di dalam ruangan berusaha untuk keluar secara bersama sampai akhirnya banyak orang terjatuh dan terinjak-injak penonton lainnya. Akibatnya 18 orang meninggal dunia dan 39 orang luka-luka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar