Macet
Mobil murah yang bakal membanjiri pasar otomotif nasional diperkirakan akan memperparah kemacetan Jakarta. Ini karena diperkirakan akan banyak pesepeda motor yang pindah ke mobil yang dijual dengan harga di bawah Rp100 juta ini.
Padahal, menurut prediksi Japan International Cooperation Agency, tanpa kehadiran mobil murah saja di tahun 2014 Jakarta akan macet total.
Pengamat perkotaan Yayat Supriyatna mengingatkan kemacetan Jakarta bukan hanya urusan Pemerintah Provinsi. Ini permasalahan bersama yang harus diselesaikan melalui koordinasi intensif.
"Kementerian Perindustrian harus memperhatikan masalah kemacetan juga. Jangan hanya produksi," kata Yayat saat dihubungi Jumat.
Yayat mengatakan, memang di satu sisi produksi mobil murah bisa meningkatkan pendapatan pajak negara. Namun, di sisi lain, jika tidak dibarengi kebijakan yang tepat, hal ini bakal membuat kemacetan makin gawat.
"Semua produsen mobil menutup mata, karena hanya memikirkan keutungan saja, bukan dampaknya," Yayat menuding.
Menurut Yayat, sebetulnya kebijakan mobil murah tak masalah sepanjang ada penyeimbangnya, yakni ketersediaan angkutan umum, apakah itu bus, kereta, maupun moda transportasi lain. "Sudah saatnya perbandingan kendaraan Jakarta itu 60 persen angkutan umum dan 40 persen mobil pribadi."
Sebelumnya, Menteri Perindustrian MS Hidayat meminta Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tak khawatir dengan kehadiran mobil murah. Menurut dia, ketakutan soal kemacetan Ibukota agak berlebihan.
"Kasih tahu Pak Jokowi, ini juga ditujukan kepada rakyat yang berpenghasilan kecil dan menengah, rakyat yang mencintai dia juga," kata Hidayat, beberapa waktu lalu. "Kalau mereka mempunyai kemampuan membeli mobil baru, kan boleh. Sudah 68 tahun merdeka, masa rakyat kecil nggak boleh punya mobil."
Kemacetan lalu lintas di sekitar wilayah Jabodetabek, kata Hidayat, terjadi karena lambatnya pembangunan infrastruktur. Tanpa infrastruktur yang memadai, tanpa mobil murah pun kemacetan tetap saja akan semakin parah.
"Semua produsen mobil menutup mata, karena hanya memikirkan keutungan saja, bukan dampaknya," Yayat menuding.
Menurut Yayat, sebetulnya kebijakan mobil murah tak masalah sepanjang ada penyeimbangnya, yakni ketersediaan angkutan umum, apakah itu bus, kereta, maupun moda transportasi lain. "Sudah saatnya perbandingan kendaraan Jakarta itu 60 persen angkutan umum dan 40 persen mobil pribadi."
Sebelumnya, Menteri Perindustrian MS Hidayat meminta Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tak khawatir dengan kehadiran mobil murah. Menurut dia, ketakutan soal kemacetan Ibukota agak berlebihan.
"Kasih tahu Pak Jokowi, ini juga ditujukan kepada rakyat yang berpenghasilan kecil dan menengah, rakyat yang mencintai dia juga," kata Hidayat, beberapa waktu lalu. "Kalau mereka mempunyai kemampuan membeli mobil baru, kan boleh. Sudah 68 tahun merdeka, masa rakyat kecil nggak boleh punya mobil."
Kemacetan lalu lintas di sekitar wilayah Jabodetabek, kata Hidayat, terjadi karena lambatnya pembangunan infrastruktur. Tanpa infrastruktur yang memadai, tanpa mobil murah pun kemacetan tetap saja akan semakin parah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar