Oleh Afriza Hanifa
KH Sirajuddin Abbas Al Minangkabawi, seorang ulama, penulis buku, sekaligus politikus ulung. Banyak kiprah yang ditorehkannya untuk umat dan bangsa. Banyak pula karya yang dia wariskan, khususnya di bidang fikih mazhab Syafi'i.
KH Sirajuddin Abbas Al Minangkabawi, seorang ulama, penulis buku, sekaligus politikus ulung. Banyak kiprah yang ditorehkannya untuk umat dan bangsa. Banyak pula karya yang dia wariskan, khususnya di bidang fikih mazhab Syafi'i.
Kiai Sirajuddin lahir di Bengkawas, Bukit Tinggi, Sumatra Barat, pada 20 Mei 1905. Ia lahir di tengah keluarga para kiai. Ayahnya merupakan seorang qadhi (hakim), Kiai Abbas bin Abdi Wahab bin Abdul Hakim Ladanglawas. Ibunya pun seorang Muslimah luar biasa, Ramalat binti Jai Bengkawas. Tak heran jika sejak kecil, kedua orang tuanya telah membentuk Sirajuddin sebagai calon kiai.
Dari sang ibu, Sirajuddin mempelajari Alquran, baik membaca maupun menulis. Dari sang ayah, ia belajar kitab-kitab agama berbahasa Arab. Menginjak remaja, barulah kiai belajar di majelis para ulama Bukit Tinggi. Ia juga menjadi santri di pondok pesantren di Kabupaten Agam yang diasuh para kiai ternama Minang. Hingga kemudian pada 1927, Kiai Sirajuddin bertolak ke Arab Saudi untuk memperdalam ilmu syara’.
Di Haramain, kiai menimba ilmu dari banyak ulama dan bersahabat dengan para imam. Tak hanya menimba ilmu, syekh pun mencari kesibukan lain. Setelah tiga tahun tinggal di tanah kelahiran Islam, ia kemudian menjadi staf sekretariat pada konsultan Belanda di Arab Saudi. Pada 1933, ia kembali ke Tanah Air. Dari tanah kampungnya, kiai kemudian memulai dakwahnya.
Aktivitas politik sang kiai dimulai ketika terpilih sebagai ketua umum Tarbiyah pada 1936. Organisasi itulah cikal bakal berdirinya Partai Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) pada 1945. Kiai Sirajuddin-lah yang diangkat sebagai ketua umum pertama partai tersebut. Pintu politik pun terbuka lebar bagi sang kiai. Ia pun kemudian pindah ke Jakarta pada 1950. Puncak karier politiknya terjadi saat Indonesia dipimpin Kabinet Ali Sastroamidjojo I dengan masa bakti 1953 sampai 1955. Saat itu, kiai mendapat amanah menjadi menteri Kesejahteraan Umum.
Selain aktif di Tarbiyah, Kiai Sirajuddin juga aktif di organisasi lain. Ia bahkan salah seorang pendiri Liga Muslim Indonesia. Kiai Sirajuddin mendirikan organisasi itu bersama dengan KH Wahid Hasyim dari NU dan Abikusno Cokrosuyono dari PSII.
Dalam berdakwah, Kiai Sirajuddin lebih banyak aktif menulis. Banyak judul buku yang telah ia hasilkan. Karyanya yang paling terkenal ialah I'itiqad Ahlus Sunnah wal Jama'ah dan 40 Masalah Agama yang terdiri dari empat jilid. Hingga kini, keduanya menjadi rujukan utama mazhab Syafi'i di kalangan ulama dan santri Indonesia.
Tak hanya berbahasa Indonesia, beberapa buku-buku karya Kiai Sirajuddin juga berbahasa Arab dan Inggris. Beberapa buku yang kiai tulis, di antaranya di bidang fikih dan mazhab Syafi'i bertajuk Sirajul Munir, Sejarah dan Keagungan Mazhab Syafi'i, Thabaqatus Syafi'iyah, Kitab Fikih Ringkas, dan sebagainya. Banyak pula buku karya Kiai Sirajuddin di bidang tafsir, bayan, tarikh, dan cabang ilmu Islam lain. Setelah cukup banyak mewariskan ilmu sepanjang masa dalm buku-bukunya, sang kiai menutup usianya yang telah 75 tahun. Ia meninggal pada 5 Agustus 1980 setelah mengidap serangan jantung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar