Sawir Pribadi – Agak sulit juga mencarikan judul yang pas untuk sebuah peristiwa penting di Gedung DPRD Kabupaten Solok, Rabu (27/11). Sulitnya, karena antara saya dan Kabupaten Solok tidak bisa dipisahkan. Takut kalau-kalau tulisan ini terlalu subjektif.
Adalah pada Rabu itu, rombongan anggota DPRD Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah melakukan kunjungan studi banding ke DPRD Kabupaten Solok di Aro Suka. Biasalah, yang namanya anggota DPRD itu sering berkunjung yang dibungkus dengan berbagai istilah. Anggota DPRD Kabupaten Solok juga sering melakukan perjalanan ke daerah orang di Nusantara dengan beragam istilah pula.
Yang tidak biasa hari itu, tamu hanya mendapati ‘rumah kosong’. Di gedung dewan itu hanya ada kursi-kursi tanpa isi. Maka jadilah rombongan hanya dinanti kursi tanpa penghuni, tanpa anggota dewan. Konon seminggu sebelumnya juga terjadi pengecewaan terhadap rombongan DPRD Cirebon, Jawa Barat.
Namanya orang pergi studi banding, tentu ada yang akan diperbandingkan atau yang akan digali. Lagi pula apa yang akan mereka pertanggungjawabkan sesampai di kampung mereka nantinya. Kalau soal stempel atau cap bukti melakukan kunjungan atau studi banding, barangkali bisa dikasih saja oleh Sekwan.
Kalaulah tidak penting, tentu rombongan Komisi A DPRD Wonosobo itu telah pulang saja ke penginapan atau melanjutkan perjalanan ke tempat lain. Untuk apa mereka menunggu tuan rumah dalam ruangan yang kosong melompong. Tapi sekali lagi, karena ada yang akan mereka cari, ditahan juga penat menunggu sambil menerawang dalam ruangan yang kosong.
Dalam pikiran anggota DPRD Wonosobo, Kabupaten Solok pastilah hebat. Hebatnya kabupaten itu tentulah bukan berdiri sendiri, pasti karena keterpaduan antara eksekutif dan legislatif. Artinya juga hebat DPRD-nya. Apalagi, saat ini Menteri Dalam Negeri adalah mantan bupati Solok lengkap sebagai bukti bahwa tanah penghasil markisah dan bareh tanamo itu subur melahirkan gagasan cemerlang untuk pemerintahan dan rakyatnya.
Yang tidak biasa hari itu, tamu hanya mendapati ‘rumah kosong’. Di gedung dewan itu hanya ada kursi-kursi tanpa isi. Maka jadilah rombongan hanya dinanti kursi tanpa penghuni, tanpa anggota dewan. Konon seminggu sebelumnya juga terjadi pengecewaan terhadap rombongan DPRD Cirebon, Jawa Barat.
Namanya orang pergi studi banding, tentu ada yang akan diperbandingkan atau yang akan digali. Lagi pula apa yang akan mereka pertanggungjawabkan sesampai di kampung mereka nantinya. Kalau soal stempel atau cap bukti melakukan kunjungan atau studi banding, barangkali bisa dikasih saja oleh Sekwan.
Kalaulah tidak penting, tentu rombongan Komisi A DPRD Wonosobo itu telah pulang saja ke penginapan atau melanjutkan perjalanan ke tempat lain. Untuk apa mereka menunggu tuan rumah dalam ruangan yang kosong melompong. Tapi sekali lagi, karena ada yang akan mereka cari, ditahan juga penat menunggu sambil menerawang dalam ruangan yang kosong.
Dalam pikiran anggota DPRD Wonosobo, Kabupaten Solok pastilah hebat. Hebatnya kabupaten itu tentulah bukan berdiri sendiri, pasti karena keterpaduan antara eksekutif dan legislatif. Artinya juga hebat DPRD-nya. Apalagi, saat ini Menteri Dalam Negeri adalah mantan bupati Solok lengkap sebagai bukti bahwa tanah penghasil markisah dan bareh tanamo itu subur melahirkan gagasan cemerlang untuk pemerintahan dan rakyatnya.
Ya, dalam benak anggota DPRD Wonosobo, Kabupaten Solok pasti hebat. Wakil rakyatnya pasti hebat-hebat pula. Namun, apa yang terjadi, kenyataan yang mereka temui bertolak belakang dengan asumsi selama ini.
Tamu lebih dahulu daripada tuan rumah. Tamu yang menanti tuan rumah berjam-jam, apakah itu budaya timur? Apakah ini budaya Minang?
Agaknya, anggota DPRD Kabupaten Solok telah menorehkan malu daerah dan malu masyarakat ke orang lain. Sebab, anggota DPRD adalah wakil masyarakat. Rasanya tidak ada rakyat Kabupaten Solok yang begitu sikapnya.
Memang disadari bahwa anggota DPRD juga punya kegiatan lain. Sekali lagi itu diakui. Tapi, setidaknya kunjungan kerja atau studi banding dari DPRD Wonosobo itu pasti sudah dikomunikasikan dan dijadwalkan dari awal. Artinya, mereka bukan datang dadakan seperti kemenakan datang ke rumah mamak atau seperti anak pisang datang ke rumah bako. Kedatangan mereka pasti melalui protokoler dan prosedur yang ada.
Kita tidak bisa bayangkan, andaikan anggota DPRD Kabupaten Solok yang datang ke negeri orang, terjadi hal demikian, betapalah rungut, sumpah serta carut keluar dari bibir. Karena kita maklum, urang awak ini pantang dikecewakan. Kalau sudah kecewa secara lembaga, dibahas sampai ke lapau kopi.
Karena itu, apa yang menimpa DPRD Wonosobo itu tidak sepantasnya terjadi. Itu adalah malu masyarakat Kabupaten Solok, bahkan juga Sumatera Barat.
Makanya, ke depan kalau memang tidak akan bisa menjadi tuan rumah yang baik, jangan mau menerima tamu. Tutup sajalah pintu rapat-rapat terhadap kunjungan orang lain. Semoga saja kejadian itu tidak terulang kembali di masa-masa yang akan datang. (*)s
Tamu lebih dahulu daripada tuan rumah. Tamu yang menanti tuan rumah berjam-jam, apakah itu budaya timur? Apakah ini budaya Minang?
Agaknya, anggota DPRD Kabupaten Solok telah menorehkan malu daerah dan malu masyarakat ke orang lain. Sebab, anggota DPRD adalah wakil masyarakat. Rasanya tidak ada rakyat Kabupaten Solok yang begitu sikapnya.
Memang disadari bahwa anggota DPRD juga punya kegiatan lain. Sekali lagi itu diakui. Tapi, setidaknya kunjungan kerja atau studi banding dari DPRD Wonosobo itu pasti sudah dikomunikasikan dan dijadwalkan dari awal. Artinya, mereka bukan datang dadakan seperti kemenakan datang ke rumah mamak atau seperti anak pisang datang ke rumah bako. Kedatangan mereka pasti melalui protokoler dan prosedur yang ada.
Kita tidak bisa bayangkan, andaikan anggota DPRD Kabupaten Solok yang datang ke negeri orang, terjadi hal demikian, betapalah rungut, sumpah serta carut keluar dari bibir. Karena kita maklum, urang awak ini pantang dikecewakan. Kalau sudah kecewa secara lembaga, dibahas sampai ke lapau kopi.
Karena itu, apa yang menimpa DPRD Wonosobo itu tidak sepantasnya terjadi. Itu adalah malu masyarakat Kabupaten Solok, bahkan juga Sumatera Barat.
Makanya, ke depan kalau memang tidak akan bisa menjadi tuan rumah yang baik, jangan mau menerima tamu. Tutup sajalah pintu rapat-rapat terhadap kunjungan orang lain. Semoga saja kejadian itu tidak terulang kembali di masa-masa yang akan datang. (*)s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar