Ketua DPD Partai Golkar Kota Padang Wahyu Iramana Putra menilai rencana investasi Lippo Group (RS Siloam, Hotel Aryaduta, Lippo Mall, Sekolah Pelita Harapan) di kawasan Jalan Khatib Sulaiman Padang, telah membuat masyarakat resah. Bahkan masyarakat Kota Padang dan Sumatera Barat pada umumnya telah diadu domba dengan keberadaan proyek tersebut.
“Rencana investasi ini sangat kontraversial dan telah membuat masyarakat teradu domba. Walikota Padang Fauzi Bahar mestinya paham. Jangan malah bikin front lagi. Itu sama saja langkah Walikota Padang mengadu domba masyarakat,” kata Wahyu yang juga Sekretaris Umum Masyarakat Peduli Minang (MPM), di Kantor DPC Golkar Padang, Jumat (13/12).
Wahyu sendiri juga sangat yakin, selain adanya boncengan misionaris dari James T Riady, izin yang diberikan Walikota Padang juga telah melanggar Perda Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Padang. “Yang lebih parah lagi, investor yang didatangkan Fauzi Bahar bukannya membuat masyarakat tambah senang, malah membuat masyarakat tambah resah,” ujarnya, sembari menyesalkan sikap Fauzi Bahar yang tidak mendengarkan aspirasi masyarakat banyak.
“Sikap Fauzi Bahar yang seperti ini, tidak hanya terjadi kali ini saja. Namun, hampir pada setiap kebijakan, Fauzi selalu menunjukkan sikap yang sama.
Mulai dari permasalahan Pasar Raya, terminal, TMMD Bungus Teluk Kabung, bahkan sampai ke pembangunan jalur dua Bypass,” sebut Wahyu.
Menurut Wahyu, karyawan yang dijanjikan oleh Lippo Group sebanyak 3.000 orang, adalah pembohongan publik. “Semua itu bohong, PT Semen Padang saja hanya memiliki karyawan sekitar 6.000 orang. Kalau nanti Super Blok memiliki karyawan 3.000 orang, saya yakin karyawannya saja tidak akan muat di dalam Super Block. Masyarakat jangan mau dibohongilah,” katanya.
Masyarakat Padang Dibohongi
Wahyu juga menegaskan, seluruh paparan yang dilontarkan oleh putra dari Hasyim Ning, Ismail Ning, saat konfrensi pers di Pangeran Beach Hotel, Selasa (3/12) lalu, hanya omong kosong belaka.
Pada saat konfrensi pers itu, Ismail Ning mengatakan keinginannya untuk berinvestasi di Kota Padang, dengan membangun Super Block Lippo Group tersebut, merupakan amanat dari bapaknya Hasyim Ning.
“Perlu diketahui publik paparan itu omong-kosong belaka, karena investasi Hasyim Ning yang ada di Kota Padang, semuanya dibiarkan mati suri. Saya contohkan Hotel Bumi Minang, dan Yayasan Bunda. Setelah Hotel Bumi Minang hancur, Ismail Ning membiarkannya begitu saja. Hanya Rusdi latif yang mengelolanya sendiri. Selain itu, Yayasan Bunda pun, dibiarkan saja mati suri. Jadi, semua yang dikatakan oleh Ismail Ning itu hanya omong-kosong saja,” pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar