Tim Universitas Indonesia (UI) yang terdiri dari lima mahasiswa Fakultas Hukum UI berhasil mencetak 3 prestasi berturut-turut dalam rangkaian kompetisi Arbitrase Internasional Semu terbesar di dunia (the 21st Willem C. Vis International Commercial Arbitration Moot).
Tim UI menjadi juara pertama dalam the 6th Annual BBH Prague Vis Pre-Moot pada tanggal 4-6 April 2014 di Praha, Republik Ceko. Setelah itu tim UI meraih Juara kedua dalam the 4th Budapest (CEU) Vis Pre-Moot and Conference on International Commercial Law and Arbitration pada tanggal 7-9 April 2014 di Budapest, Hungaria.
Pada the 21st Willem C Vis International Commercial Arbitration Moot (Vis Moot) yang diselenggarakan pada tanggal 12-17 April 2014 di Wina, Austria, Tim UI mendapatkan Honorable Mention of Frédéric Eisemann Award sebagai tim yang masuk ke babak lanjutan (64 besar dari total 291 Universitas yang bertanding tahun ini).
Selain itu, Asri Rahimi, salah satu anggota tim UI mendapatkan Honorable Mention of Martin Domke Award sebagai salah satu oralist terbaik. Kapten Tim UI dalam lomba ini, Marshall Pribadi mengatakan prestasi UI dalam kompetisi ini menunjukkan bahwa kemampuan mahasiswa Fakultas Hukum UI tidaklah kalah dengan mahasiswa universitas ternama dunia, dengan masuk ke babak lanjutan pada tahun ini.
Bahkan tim UI menyisihkan Yale University, Harvard University, University College London, King’s College London, Leiden University, University of Washington dan 220 universitas lainnya. Marshal sendiri telah ada sejak tahun pertama belajar di Fakultas Hukum UI dan kini ia menjadi Pelatih.
"Kami sangat bersyukur karena Pak Topo Santoso selaku Dekan kami sangatlah suportif dan kooperatif dalam mendukung kami,” ujar Marshall, seperti keterangan Kepala Kantor Informasi UI, Dra Farida Haryoko M Psi, Rabu (30/4).
Vis moot adalah kompetisi arbitrase internasional terbesar dan paling bergengsi di dunia yang tahun ini diikuti 291 Universitas dari 67 negara, layaknya seperti Olimpiade Ilmiah internasional. Penyelenggara kompetisi ini adalah Verein zur Veranstaltung und Förderung des Willem C. Vis International Commercial Arbitration Moot yang antara lain beranggotakan the United Nations Commission on International Trade Law (UNCITRAL) dan Austrian Federal Economic Chamber.
Dalam babak penyisihan di Wina, setiap tim melawan 4 tim lainnya. Tim UI melawan Yale University dari Amerika Serikat, China University of Political Science and Law dari Cina, Trinity College Dublin dari Irlandia, dan Ural State University dari Rusia.
Kemudian, 64 tim dengan total skor tertinggi akan masuk ke dalam babak lanjutan. Tim UI mengalahkan skor keempat lawannya di babak penyisihan, termasuk Yale University, sebagai satu-satunya tim dari 5 universitas tersebut yang melaju ke babak lanjutan.
Kompetisi ini menguji pengetahuan mahasiswa mengenai hukum internasional, keahlian untuk memahami fakta-fakta dalam kasus yang disediakan, dan kemampuan berargumentasi dalam arbitrase baik sebagai kuasa hukum penggugat maupun tergugat.
Dalam kompetisi ini, mahasiswa paling tidak harus menguasai The United Nations Convention on Contracts for the International Sale of Goods (CISG), UNIDROIT Principles 2010, UNCITRAL Model Law on International Commercial Arbitration 1985 with 2006 amendments, the New York Convention 1958 on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Awards, serta aturan lembaga arbitrase yang digunakan pada tahun ini yaitu CEPANI Arbitration Rules.
Selain itu, dalam kompetisi ini mahasiswa juga harus belajar untuk melakukan riset, mencari putusan kasus pengadilan maupun arbitrase di seluruh belahan dunia maupun pendapat ahli hukum untuk kemudian menganalisis dan menyusun argumen dari bahan-bahan tersebut, baik dalam bentuk tertulis (memorandum gugatan dan pembelaan) serta dalam bentuk oral pleading.
Tim UI beranggotakan Artika Nuswaningrum (angkatan 2013), Asri Rahimi (angkatan 2011), Jeremiah Purba (angkatan 2010), Kezia Minar Paladina (angkatan 2012), dan Putri Meisita Kusuma (angkatan 2010). Sedangkan yang melatih tim ini selama 6 bulan berturut-turut adalah Marshall Pribadi (angkatan 2010), Nikki Krisadtyo (angkatan 2010), Prasetyo Pratama Sukirno (angkatan 2011), dan Salma Izzatii (angkatan 2010) yang telah mengikuti kompetisi yang sama dan mencetak prestasi gemilang pada tahun-tahun sebelumnya.
“Kerja keras tim UI untuk berlatih selama 6 bulan telah berbuah manis, tim yang masuk ke 64 besar adalah tim dari universitas-universitas tersohor di dunia, antara lain Cornell Law School, Columbia University, University of Amsterdam, Utrecht University, National University of Singapore, Singapore Management University, London School of Economics dan lainnya," ujar Prasetyo Pratama Sukirno, yang juga melatih dan mendampingi Tim UI ke Eropa.
Prasetyo menambahkan, keberhasilan UI masuk kedalam 64 besar ini selama 2 tahun berturut-turut. Ia mengharapkan untuk tahun-tahun selanjutnya minimal UI bisa mempertahankan posisi ini, dan tentunya berusaha agar kita bisa menjadi juara.
“Kerja keras tim UI untuk berlatih selama 6 bulan telah berbuah manis, tim yang masuk ke 64 besar adalah tim dari universitas-universitas tersohor di dunia, antara lain Cornell Law School, Columbia University, University of Amsterdam, Utrecht University, National University of Singapore, Singapore Management University, London School of Economics dan lainnya," ujar Prasetyo Pratama Sukirno, yang juga melatih dan mendampingi Tim UI ke Eropa.
Prasetyo menambahkan, keberhasilan UI masuk kedalam 64 besar ini selama 2 tahun berturut-turut. Ia mengharapkan untuk tahun-tahun selanjutnya minimal UI bisa mempertahankan posisi ini, dan tentunya berusaha agar kita bisa menjadi juara.
"Kami berharap advokat Indonesia kelak tidak klise dengan advokat penyuap dan korup, namun advokat yang cerdas dengan keahlian beracara yang handal,” tambahnya.
Kapten Tim UI tahun ini, Jeremiah Purba berujar bahwa setelah mengikuti kompetisi ini, Ia dan Timnya jadi memiliki kepercayaan diri bahwa kelak sarjana hukum Universitas Indonesia bisa bersaing dengan lulusan universitas-universitas terbaik di dunia.
Kapten Tim UI tahun ini, Jeremiah Purba berujar bahwa setelah mengikuti kompetisi ini, Ia dan Timnya jadi memiliki kepercayaan diri bahwa kelak sarjana hukum Universitas Indonesia bisa bersaing dengan lulusan universitas-universitas terbaik di dunia.
“Kami belajar untuk menulis memorandum gugatan dan pembelaan setebal berpuluh-puluh halaman, serta berargumentasi oral dalam bahasa Inggris yang tidak kami gunakan sehari-hari, dan ternyata kami bisa bersaing dengan tim yang belajar hukum dalam bahasa Inggris," terangnya.r
Tidak ada komentar:
Posting Komentar