Ingar bingar Pemilu Presiden (Pilpres 2014) selama sebulan terakhir ini terasa kian membara di jagat maya.
Di media sosial, mungkin hampir setiap menitnya, perang dukungan, kritik, hingga fitnah yang ditujukan pada dua kubu capres cawapres terus membanjiri linimasa.
Dampaknya ternyata lumayan serius. Banyak pengguna jejaring sosial, yang tadinya kawan kini menjadi lawan.
Pun tidak sedikit yang akhirnya memilih memutuskan 'pertemanannya' gara gara merasa terganggu dengan pandangan politik kawan yang bertentangan. Sementara yang lain tak nyaman karena linimasanya dipenuhi hiruk-pikuk kampanye.
''Kami tidak memperoleh jumlah pasti unfriend (pencabutan perteman di media sosial). Namun ada peningkatan perbincangan tentang unfriendyang signifikan jelang pemilu ini,'' ujar Adi Ahdiat, peneliti dari organisasi riset Prapancha Research (PR) di Jakarta, Sabtu (5/7).
Menurut pantauan pada rentang 4 Juni-4 Juli 2014, perbincanganunfriend, unfollow, block, dan unshare seputar pemilu meningkat sampai sekitar 3.513 di Twitter. Itu tidak terjadi sebelum kampanye pilpres bergulir.
PR mengasumsikan peningkatan tersebut sebagai indikator makin banyaknya jumlah pencabutan perkawanan.
Salah satu contoh perbincangan yang dikutip , misalnya dari akun @imasnuriah. ''Wadooow kacau baca twit pada saling hina gegara pemilu. Wajib unfollow yang bahasanya kasar.''
Tren yang juga berkembang adalah unfollow atau unfriend sementara. Setelah pemilu, pemilik akun banyak yang menyampaikan bakal berkawan lagi dengan akun yang mereka blokir setelah Pilpres.
''Sudah dekat mau Pilpres makin banyak aja yang kampanye hitam. Unfollow dulu aja deh ya, nanti abis Pilpres baru di follow lagi,'' ungkap akun @hadi_siders.
Adi menilai fakta ini menunjukkan bahwa kampanye di media sosial yang serampangan malah berpotensi kontraproduktif terhadap citra kandidat bersangkutan.
''Kita sering dengar kandidat yang bisa kuasai suara di media sosial akan kuasai suara riil. Tapi pandangan ini keliru. Sia-sia saja kalau linimasa orang-orang malah dijejali dengan kampanye serba melebih-lebihkan atau fitnah tak berdasar yang menimbulkan antipati,'' imbuh Adi.r
Tidak ada komentar:
Posting Komentar