Dharmasraya - Singgalang Bahan Bakar Minyak (BBM), baik jenis premium maupun solar di Dharmasraya, kian sulit. Akibatnya, masyarakat kabupaten petro dolar itu benar-benar panik dan kesal.
Di sejumlah SPBU, BBM bertahan tidak sampai satu malam. Seperti yang terjadi di SPBU Pulau Punjung, Rabu (29/6). BBM tersebut baru diisi oleh tengki pertamina, namun paginya stok BBM tersebut sudah habis.
Kondisi serupa juga terjadi hampir di semua SPBU di Dharmasraya, sehingga pengemudi kendaraan sangat kesulitan untuk mendapatkan BBM.
Bahkan sejumlah pengemudi kendaraan, baik warga Dharmasraya sendiri mau pun dari luar daerah terpaksa parkir di lokasi SPBU guna menunggu suplai BBM dari Pertamina.
Meskipun di SPBU BBM langka, anehnya di sekitar SPBU tersebut berjejar puluhan pedagang minyak ketengan yang menjual BBM eceran alias pakai derigen dengan harga bervariasi, mulai dari Rp6000/liter sampai Rp7.500/liter. Bahkan di lokasi yang agak jauh dari SPBU harganya mencapai Rp8.000 sampai Rp9.000/liter. Misal, di Trimulya Kecamatan Timpeh. Bahkan, di Koto Baru yang masih berada di pusat keramaian, BBM dijual dengan harga Rp8.000/liter.
Harga itu, menurut sejumlah warga, benar-benar mencekik. Namun bagi warga yang sangat membutuhkan BBM, mau tidak mau terpaksa juga membelinya walaupun harganya itu jauh lebih tinggi dari yang dijual di SPBU.
Bagi warga lain yang waktunya tidak terlalu mendesak, memilih untuk menunggu suplai dari Pertamina ketimbang membeli dari pedagang kios. “Bialah da awak tunggu sajo di SPBU dari pado awak mambali BBM samaha tu,’’ ujar Riko salah seorang pengemudi kendaraan roda empat yang dikonfirmasi Singgalang, kemarin.
Beberapa warga lain mengatakan, kelangkaan BBM tersebut diduga permainan mafia BBM sehingga BBM tersebut cepat menghilang di pasaran.
Misal, BBM dibawa ke pabrik atau untuk industri. Sebab hampir di semua SPBU banyak warga yang menyedia jerigen dengan menggunakan kendaraan roda empat.
Jika hanya untuk kebutuhan sendiri atau untuk kios, tentunya mereka tidak membeli BBM dari SPBU dengan jumlah besar, cukup satu atau dua jerigen saja. Tapi, kenyataannya BBM tersebut diisi dengan puluhan jirigen dan dibawa dengan kendaraan pick up. Hal itu jelas menimbulkan kecurigaan bagi warga lainnya.
Disamping itu, jatah BBM untuk masing-masing SPBU juga semakin sedikit. Apakah itu kebijakan dari pusat atau permaianan dari mafia BBM, inilah yang selalu menjadi pertanyaan warga.
“Kita berharap pemerintah dapat segera mengatasi kelangkaan BBM tersebut dan meningkatkan pengawasannya,” ujar Riko. (203) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar