PADANG, HALUAN-Bukittinggi menawarkan udara sejuk dengan angin semilir. Sangat berbeda dengan kota-kota lainnya di Sumatera Barat, sebut saja Padang dan Pariaman yang cukup panas.
Tambahan lagi, keelokan arsitektur khas Belanda menjadi peninggalan Kota Bukittinggi. Panorama hijau nan alami makin memikat para wisatawan. Paduan lengkap antara sejuknya udara, arsitektur paduan adat Minangkabau dan Belanda, serta pemandangan alami membuat kota ini menjadi favorit wisatawan asing, terutama yang berasal dari Belanda.
Sayangnya, kejayaan itu mulai berlalu dan meredup. Kini, hanya segelintir wisatawan asing asal Eropa yang bertandang ke Bukittinggi. Namun, bukan berarti tak ada wisatawan asing. Saat ini masanya wisatawan Melayu. Ya, wisatawan asal Malaysia, Brunei, dan Singapura mulai ramai berkunjung ke Bukittinggi.
Mari telusuri kecantikan Bukittinggi dengan berjalan kaki. Mulailah dari Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta di Jalan Soekarno-Hatta. Museum tersebut terletak di pinggir jalan sehingga Anda akan dengan mudah menemukan rumah itu. Bagaikan sedang mampir ke sebuah rumah seorang kenalan, begitulah gambaran sederhana rumah tempat keluarga Bung Hatta, sang proklamator. Di dalam, Anda akan menjumpai kamar hingga barang-barang yang berhubungan dengan kehidupan Bung Hatta.
Kelar menjelajahi museum tersebut, langkahkan kaki ke kanan dan luruslah ke arah Tangga 40 yang biasa disebut masyarkat setempat dengan Janjang 40. Tak terlalu jauh, hanya sekitar lima menit berjalan kaki. Anda akan menemukan tangga lebar berwarna merah. Persiapkan diri Anda karena anak tangganya lumayan banyak. Capai sudah pasti karena tangganya yang curam.
Namun, terbayar dengan suasana kehidupan para pedagang di seputar tangga. Sesekali mampir saja sambil menarik napas sejenak. Jangan lupa untuk berfoto saat sudah hampir di puncak. Dari ketinggian itu, Anda akan berfoto dengan latar belakang Kota Bukittinggi.
Selanjutnya, terus berjalan ke arah Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan. Kebun binatang yang sudah berdiri sejak tahun 1929 itu memiliki berbagai macam binatang. Primadonanya tentu saja si harimau sumatera. Kebun binatang ini terletak di ketinggian. Oleh karena itu, di beberapa titik, Anda bisa melihat rumah dan bangunan Bukittinggi dari ketinggian.
Berjalan lagi melintasi Jembatan Limpapeh menuju Benteng Fort de Kock. Namun, berhenti sejenak di Jembatan Limpapeh untuk melihat panorama Kota Bukittinggi. Saat masuk ke kawasan benteng, pemandangan hijau nan asri menyambut. Duduk-duduklah sejenak di area ini. Apalagi, ada tempat duduk yang tersedia untuk pengunjung. Benteng Fort De Kock dibangun Belanda di tahun 1825 sebagai tempat pertahanan. Dari ketinggian di tempat ini, Anda bisa melihat gunung-gunung di kejauhan
Ayo jalan lagi!. Kali ini, keluar dari kebun binatang dan menuju Pasar Ateh. Pegang erat kantong Anda atau bersiap untuk kalap belanja. Aneka camilan khas Bukittinggi dan busana khas Minangkabau bisa Anda beli di pasar ini. Seusai belanja, berjalan lagi melewati ruko-ruko.
Perhentian selanjutnya adalah ikon Kota Bukittinggi, yaitu Jam Gadang. Kawasan Jam Gadang yang ibarat taman kota itu selalu ramai dipadati masyarakat setempat maupun wisatawan. Jam Gadang dibangun tahun 1926 dengan bagian atas berbentuk kubah. Namun, saat ini Anda tak akan melihat lagi kubah itu. Sebab, sejak masa kemerdekaan, bagian atas berganti dengan atap berbentuk tanduk kerbau khas adat Minangkabau.
Lapar setelah berjalan kaki? Aneka jajanan di seputar Jam Gadang akan memanjakan lidah wisatawan. Nantikan malam datang di Jam Gadang. Lampu-lampu akan menyala menambah kecantikan area Jam Gadang. Laksana penutup yang manis untuk satu hari yang sempurna di Bukittinggi.(aci/jon/kcm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar