Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno dalam sambutannya pada pembukaan seminar kepemimpinan stratejik di Gedung Student Centre Fakultas Kedokteran Universitas Andalas beberapa bulan yang lalu mengatakan, bahwa ia pernah didatangi oleh beberapa dokter senior asal Ranah Minang yang mengabdi di Jakarta. Dalam diskusi, para dokter itu berencana membangun sebuah rumah sakit bertaraf internasional di ranah ini.
Ide itu sangat menarik untuk dibicarakan apalagi Sumatera Barat merupakan gudang atau pabriknya para dokter, bahkan Fakultas Kedokteran Unand merupakan Fakultas Kedokteran yang tertua di Sumatera dan nomor 5 di Indonesia, yang telah menghasilkan ribuan dokter. Begitu juga Sumatera Barat terkenal dengan gudangnya pendidikan keperawatan, kebidanan dan tenaga teknik kesehatan lainnya.
Lalu pertanyaannya adalah apakah sebenarnya rumah sakit bertaraf internasioanl itu? Mungkinkah Sumatera Barat memiliki rumah sakit berkelas dunia?
Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.
Selama abad pertengahan, rumah sakit juga melayani banyak fungsi di luar rumah sakit yang kita kenal di zaman sekarang, misalnya sebagai penampungan orang miskin atau persinggahan musafir. Istilah hospital (rumah sakit) sendiri berasal dari kata Latin, hospes (tuan rumah), yang juga menjadi akar kata hotel dan hospitality (keramahan).
Beberapa pasien bisa hanya datang untuk diagnosis atau terapi ringan untuk kemudian meminta perawatan jalan, atau bisa pula meminta rawat inap dalam hitungan hari, minggu, atau bulan. Rumah sakit dibedakan dari institusi kesehatan lain dari kemampuannya memberikan diagnosa dan perawatan medis secara menyeluruh kepada pasien.
Sejarah perkembangan rumah sakit di Indonesia pertama sekali didirikan oleh VOC tahun 1626 dan kemudian juga oleh tentara Inggris pada zaman Raffles terutama ditujukan untuk melayani anggota militer beserta keluarganya secara gratis. Jika masyarakat pribumi memerlukan pertolongan, kepada mereka juga diberikan pelayanan gratis. Hal ini berlanjut dengan rumah sakit-rumah sakit yang didirikan oleh kelompok agama
Sampai saat ini jumlah rumah sakit di Indonesia sudah ribuan, baik rumah sakit yang dibangun oleh pemerintah maupun yang dibangun oleh swasta, tentu tak terkecuali di Sumatera Barat. Jumlah rumah sakit sudah banyak, tiap kabupaten memiliki sebuah RSUD, tetapi sayangnya belum ada yang bertaraf internasional.
Rumah sakit seyogyanya mempertimbangkan bahwa customer care dan patient safety merupakan bagian dari sistem pelayanan yang terintegrasi dengan pasien, seperti pelayanan yang cepat, tanggap, dan keramahan dari petugas rumah sakit, sehingga rumah sakit dianggap baik apabila dalam memberikan pelayanan lebih memperhatikan kebutuhan pasien maupun orang lain yang berkunjung di rumah sakit.
Kepuasan muncul dari kesan pertama pasien saat mendapatkan pelayanan rumah sakit dan pencapaian yang besar dapat terletak pada tindakan-tindakan kecil yang konsisten dilakukan rumah sakit.
Meraih standar internasional perlu dilakukan perbaikan-perbaikan peningkatan mutu pelayanan, SDM, sarana prasarana, administrasi dan komunikasi yang mengarah pencapaian akreditasi international. Perbaikan-perbaikan itu dikelompokkan dalam Standar Pelayanan Berfokus Pada Pasien, Standar Manajemen Rumah Sakit, Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit dan Sasaran Milenium Development Goals
Sebuah rumah sakit yang dinamakan bertaraf internasioanl dinilai oleh lembaga/badan yang dapat melakukan akreditasi rumah sakit bertaraf internasional yaitu Internasional Society for Quality in Health Care (ISQua), yang berkedudukan di Amerika Serikat. Di antara lembaga yang memperoleh akreditasi ISQua adalah Joint Commission International (JCI). Sementara di Indonesia, Kementerian Kesehatan berupaya agar Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) terakreditasi pula oleh ISQua.
Kementerian Kesehatan melalui target rencana strategis memfokuskan rumah sakit harus terakreditasi secara internasional minimal di 5 kota pada akhir 2014. Saat ini tujuh rumah sakit berkomitmen dan dijadikan model untuk akreditasi internasional, yaitu, RSCM, RSUP Fatmawati, RSUP Adam Malik, RSUP dr. Sardjito Yogyakarta, RSUP Sanglah Denpasar, RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, RSPAD Gatot Subroto. Di lain pihak, ada pula 4 rumah sakit swasta yang telah berhasil mendapatkan pengakuan JCI, atau sudah berstandar internasional, antara lain, RS Siloam Karawaci, RS Bintaro Tangerang, RS Sentosa Bandung, RS Eka Bandung.
Berikut ini penulis ambil sebuah contoh bagaimana gambaran pembangunan sebuah rumah sakit bertaraf internasional yang dibangun di daerah oleh Grup Siloam, rumah sakit yang bernama Siloam Hospitals Tanjung Bunga, Makassar ini dibangun dengan investasi Rp234 miliar. RS ini dibangun dalam dua tahap dan berlantai delapan. Luas tanah 10.000 meter persegi dan luas bangunan 12.000 meter persegi. Rumah sakit ini akan mempekerjakan 750 dokter spesialis dan staf klinis, memiliki 350 tempat tidur, 56 out patient suites, dan enam kamar operasi. Mempunyai peralatan yang super canggih dan lengkap. Keunggulan kamar operasi rumah sakit ini, keluarga pasien dapat menyaksikan langsung proses operasi. Akan ada pula dokter spesialis kardiologi, neurologi, onkologi, dan ortopedik.
Bila kita analisis bagaimana potensi atau peluang berdirinya rumah sakit bertaraf internasional di Sumatera Barat. Paling sedikitnya ada 4 hal yang mesti kita telusuri.Pertama kekuatan (strength). Artinya kekuatan yang ada di ranah ini adalah Sumbar menjadi pusat/sentra tempat melahirkan para dokter baik umum maupun spesialis, begitu juga terdapat puluhan pusat pendidikan keperawatan, kebidanan dan tenaga teknis lainnya serta juga ada pusat pendidikan magister administrasi rumah sakit. Kekuatan lainnya potensi alam yang sangat indah. Ini maksudnya rumah sakit internasional itu mampu memadukan hospitaly dan wisata. Kedua kelemahan (weakness), sumbar minim investor di bidang kesehatan. Ketiga peluang (opportunity), peluang Sumatera Barat memiliki RS bertaraf internasional sangat besar disinyalir saingan yang setipe belum ada.
Kemudian jumlah orang Indonesia berobat keluar negeri lebih dari 600.000 pertahun dan orang sumatera barat sendiri yang berobat keluar negeri sangat banyak.Keempat ancaman (threats), banyak rumah sakit swasta atau negeri yang sudah terlebih dahulu berdiri,kemudian ancaman yang lain adalah kemurahan berobat ke luar negeri.
Jadi apabila kita sandingkan kekuatan dan peluang dengan kelemahan dan ancaman maka dapat kita tarik kesimpulan Sumatera Barat sangat berpeluang mendirikan rumah sakit bertaraf internasional. Semoga niat para seniorita kita yang di Jakarta cepat kesampaian, dan masyarakat Minang ini menjadi sangat beruntung karena tak perlu lagi berobat keluar negeri. Selamat berpuasa. n
JONDRI AKMAL
(Mahasiswa Magister Administrasi Rumah Sakit Unand Padang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar