JAYAPURA, HALUAN—Total korban tewas kerusuhan pemilukada di Puncak Jaya, Papua menjadi 19 orang. Selain itu, sejumlah bangunan juga diketahui polisi ikut dibakar massa dalam rusuh tersebut.
Korban berasal dari pendukung masing-masing kedua belah pihak yakni massa Ketua DPRD Kabupaten Puncak Jaya, Elvis Tabuni dan pendukung mantan caretaker Bupati Kabupaten Puncak Jaya, Simon Alom.
“Dari kubu Tabuni 13 orang, Simon 4 orang. Sebelumnya, korban ada 2 pas hari Sabtunya, jadi total 19,” ujar Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Anton Bahrul Alam dilansir kaltimpos, Senin.
Anton mengatakan, daerah tempat kerusuhan ini memang daerah yang terisolir. Kerusuhan ini terjadi pada Minggu 31 Juli 2011, pukul 06.30 WIT. Banyaknya korban yang tewas karena kedua kubu saling menyerang. “Bentrokan saling serang. Rumah Tabuni, rumah honai, rumah dinas, kantor KPU dibakar massa,” jelasnya.
Menurut Anton, kerusuhan terjadi karena adanya penarikan dukungan dari sejumlah orang. Awalnya kedua kubu saling mendukung. Namun tiba-tiba sejumlah orang dari kubu yang satu menarik dukungannya dan mendukung kubu yang lain. “Tadinya saling dukung mendukung mereka. Karena ada yang menarik dukungan lalu daftar ke KPU ditolak,” ungkapnya.
Situasi di lapangan kini sudah terkendali. Jenazah para korban sudah dikembalikan ke keluarga masing-masing. “Penanganan TKP, mencari saksi dan bukti, dilanjutkan pemeriksaan tersangka. Hingga kini belum ada tersangka,” imbuhnya.
Sedangkan Anggota KPU Puncak Jaya, Herianus Pakage, mengatakan, kerusuhan di Ilaga Puncak Papua selama 2 hari dipicu proses tahapan Pilkada di kabupaten baru hasil pemecahan itu. Rusuh pecah akibat rekomendasi dari partai Gerindra muncul untuk dua pasangan calon bupati. ‘’Ada dua rekomendasi yang dikeluarkan partai Gerindra, yakni untuk pasangan calon bupati Elvis Tabuni-Yosia Tembak dan Simon Alom-Heri Kosnai. Inilah yang kemudian memicu terjadinya bentrok, karena saling klaim mengklaim,’’ ujar Herianus.
Lanjutnya, KPUD Puncak, 24-30 Juli membuka pendaftaran pasangan calon bupati. Lalu kedua pasangan mendaftar. ‘’Awalnya, proses pendaftaran berjalan lancar, namun di akhir pendaftaran, bentrok kedua kubu terjadi,’’ katanya.
Pasangan Elvis Tabuni-Yosia Tembak mendaftar pada 26 Juli dengan rekomendasi DPC Gerindra Puncak. Lantas, 30 Juli, giliran pasangan Simon Alom-Heri Kosnai yang mendaftar dengan membawa rekomendasi DPP Gerindra. Tapi, kubu Elvis tidak terima, sebaliknya juga demikian. bentrok antar dua kubu pun terjadi. Polisi lantas berupaya menghalau, tapi kedua massa tetap bentrok, hingga Polisi mengeluarkan tembakan dan mengenai 4 pengikut Simon Alom, dan tewas di tempat.
Tidak terima hal itu, Minggu 31 Juli, kubu Simon Alom melakukan penyerangan dan sebanyak 14 pendukung Elvis Tabuni, tewas. ‘’Kedua kubu bentrok dengan menggunakan parang, tombak dan panah,’’ ucapnya.
Sampai saat ini situasi Ilaga Puncak masih mencekam. ‘’Kami anggota KPU memutuskan turun ke Jayapura karena situasi masih tegang, sekaligus untuk berkoordinasi dengan KPU Provinsi apakah menunda proses Tahapan Pilkada atau melanjutkannya,’’ kata dia.
Semestinya, jika tidak ada kerusuhan, KPU akan melangsungkan tahapan verifikasi pasangan calon, Senin 1 Agustus. Herianus Pakage melanjutkan, bentrok itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan KPU, karena dualisme rekomendasi pasangan calo, adalah urusan internal partai. ‘’Kami hanya mengimbau, dualisme rekomendasi itu diselesaikan secara internal oleh partai,” katanya.
Juru Bicara Polda Papua Kombes Wachyono mengatakan, pemicu terjadinya rusuh itu, adalah karena dua pasangan calon saling klaim direkomendasi oleh Partai Gerindra. ‘’Dua kubu saling klaim yang berhak atas rekomendasi partai, inilah pemicu bentrok,’’ katanya.
Untuk menjaga situasi kondusif dan mengantisipasi jangan lagi ada bentrok susulan, tambahnya, Polda menambah 1 peleton Brimob di tambah 3 Perwira penyidik. Namun, hingga saat ini belum ada yang diperiksa. Ada rencana kedua kubu yakni pasangan ElvIs Tabuni dan Simon Alom akan diperiksa.
SBY Menangis
Presiden SBY belum mengambil sikap soal bentrokan antar warga di Papua. Juru bicara Presiden, Julian Aldrin Pasha mengatakan belum menyampaikan masalah itu kepada SBY. “Saya kira nanti Menkopolhukam akan memberikan penjelasan terkait insiden,” kata Julian.
Julian mengatakan, pihaknya masih perlu memverifikasi insiden itu. Sementara, kata Julian, Menkopolhukam masih belum melaporkan soal bentrokan Papua itu ke Presiden. “Biasanya kalau laporan investigasi sudah lengkap, atau hasil temuan di lapangan baru disampaikan ke Presiden,” kata dia. (h/dn/ktps)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar