PopulAritas rendang, masakan khas Sumatera Barat semakin melejit, setelah hasil survei yang dimuat situs CNN, 7 September 2011, mengabarkan bahwa rendang asal Indonesia ditetapkan sebagai makanan terlezat di dunia.
Informasi ini, tentu saja disambut sukacita masyarakat Indonesia, terlebih lagi orang –orang Minang di mana saja berada. Karena, rendang Padang, memang, masakan khas Sumatra barat.
Citarasa rendang Padang yang khas, memang sudah akrab di lidah, dan senantiasa tersedia di hampir semua restoran, rumah makan Padang yang tersebar di Indonesia, bahkan di manca negara. Dan bagi orang Minang, rendang pun sering menjadi hidangan sehari-hari di rumah.
Kini, rendang Padang telah ‘mendunia’.Berarti, peluang rendang Padang untuk masuk ke bisnis kuliner internasional terbuka lebar. Inilah kesempatan yang seyogyanya dimanfaatkan oleh para pengusaha rendang Padang lalu difasilitasi oleh pemerintah baik yang berada di Sumatra Barat maupun di perantauan.
Kita tentu tak boleh lengah, dan terlalu terbuai dengan eforia kegembiraan: dimana Rendang Padang dinyatakan sebagai makanan terlezat di dunia. Lagi pula, hari ini (Sabtu, 31/12/2011), Pemko Padang menggelar Festifal Rendang. Setiap kelurahan mengutus 50 peserta, setiap peserta mengolah satu kilogram daging. Itu artinya, pesertanya mencapai 5.200 kelompok, mengolah 5,2 ton daging. Fantastis, memang.
Namun begitu, kita jangan sampai lengah. Yang perlu diwaspadai, populeritas Rendang Padang jangan sampai dimanfaatkan oleh Malaysia, dengan mempromosikan ‘Rendang Padang Malaysia. Sebelumnya Malaysia menggunakan “Rendang Minang Malaysia’ yang dipasarkan ke beberapa negara Eropa. Kalau itu terjadi, Sumatra Barat dapat nama, dan hasil secara ekonomi dinikmati oleh Malaysia.
Seperti kita ketahui, batik Indonesia yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia, namun Malaysia juga memproduksi batik, dan kini makin gencar dipromosikan.
Maka, seyogyanya, pemerintah mempergencar promosi Rendang Padang. Langkah yang ditempuh Pemprov melalui Dinas Koperindag Sumbar menerbitkan buku Rendang Padang sangatlah tepat. Buku setebal 96 halaman, mempromosikan 54 pengusaha Rendang Padang Sumbar, dapat dianggap sebagai langkah awal promosi, namun masih belum maksimal, kalau kita ingin rendang Padang masuk ke jalur bisnis kuliner internasional.
Langkah selanjutnya, bagaimana Rendang Padang bisa mudah ditemui di restoran-restoran dan hotel-hotel berskala internasional di berbagai penjuru dunia, seperti grup Hotel Merlin, JW Marriott, Hilton Hotel,Group Accor Hotel dan lainnya.
Kemudian, dijadikan menu utama bagi penumpang pesawat maskapai penerbangan internasional, seperti Emirates yang bermakrkas di Dubai, Uni Emirat Arab, Chathay Pacific Airways, Singapore Airline, Maskapai Penerbangan Malaysia (MAS), British Airways, Air France (Perancis) dan lainnya.
Untuk menembus pasar internasional seperti disebutkan di atas, tentulah tidak gampang. Namun begitu, bukanlah sesuatu yang mustahil, asal dilakukan secara serius, oleh pengusaha termasuk peranan pengusaha Minang yang tergabung dalam Gebu Minang yang difasilitasi oleh pemerintah.
Kita mengatahui, untuk bisa diterima masyarakat internasional, banyak memang, persyaratan yang harus dipenuhi. Untuk itu, yang menyangkut citarasa, komposisi bahan digunakan, kebersihan, kemasan, penjelasan tentang kandungan gizi dari hasil penelitian instansi berkompeten dan lainnya.
Untuk itu, sangat diperlukan peranan pemerintah, terutama Pemrov Sumbar, baik dalam bentuk pembinaan dan penyuluhan kepada para pengusaha rendang di Sumbar, Khusus untuk menjaga citarasa, kebersihan, dan kemasan, dan lainnya.
Sementara untuk perluasan pemasaran, perlu menyatukan persepsi tentang bisnis rendang, dan membuka pusat pemasaran bersama, paling tidak memanfaatkan pusat-pusat promosi yang diayomi oleh instansi terkait, antara lain Dinas Koperindag, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumbar.
Dan yang lebih penting, selain promosi melalui jaringan internet, mengikutkan Rendang Padang dalam iven-iven pameran dagang skala nasional dan internasional, juga sangat pantas untuk menerbitkan media promosi berupa brosur dan buku tentang rendang Padang yang ditulis dalam dua bahasa: Indonesia dan Inggris. Media promosi ini disebarluaskan kepada perusahaan-perusahaan penerbangan dan perhotelan dengan bekerjasama dengan Asita (Asosiasi Biro Perjalanan) dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), serta membagikan kepada semua Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk berpromosi melalui Kementrian Luar Negeri di Jakarta.
Tatkala pemasaran diperluas, pembinaan dan pengarahan terhadap pengusaha rendang harus terus ditingkatkan, memberikan fasilitas untuk meningkatkan produksi bukan tak mungkin dalam kemasan beku serta pengawasan secara kontiniu, sehingga apa yang dipromosikan, memang sesuai kenyataan, baik berkaitan dengan rasa, kebersihan, kemasan, dan rupa.
Dengan demikian, Rendang Padang berkelas juara akan dapat memberikan kontribusi ekonomi maksimal terhadap Sumatra Barat, terutama para pengusaha Rendang Padang, sekaligus mempromosikan Sumatra Barat di mata internasional.
Kalau kita lengah, bukan tak mungkin pasar yang sudah di depan mata akan disabet Malaysia. Akibatnya, Sumatera Barat dapat nama, Malaysia ‘pesta pora’ meraup laba.
RUSDI BAIS
(Wartawan Senior)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar