BUNTUT DUA TAHANAN GANTUNG DIRI
Kapolsek Sijunjung beserta sembilan anggotanya diperiksa intensif oleh Propam Polda Sumbar. Direktur LBH Padang, Vino Oktavia mengimbau pihak kepolisian transparan kepada masyarakat, terkait hasil otopsi jenazah tahanan yang dilaporkan bunuh diri Polsek di Sijunjung.
SIJUNJUNG, Proses hukum atas tewasnya Faisal Akbar (15) dan Budi M Zen panggilan Asep (18), dua tersangka pelaku dugaan pencurian kendaraan bermotor (curanmor) di sel tahanan Polsek Sijunjung terus berlanjut. Selain menunggu hasil otopsi dari RSUP M Djamil Padang, 10 orang anggota kepolisian termasuk Kapolsek masih diperiksa Propam Polda Sumbar.
Anggota kepolisian yang diperiksa tersebut terdiri atas 2 orang petugas piket, 2 petugas BP yang jaga pada saat keduanya ditemukan tewas gantung diri. Begitu juga dengan Kapolsek Sijunjung dan Kanit Res Polsek Sijunjung serta 2 orang anggota buser Polres dan 2 orang anggota reserse Polsek yang mengintrogasi tersangka hari itu. Keterangan mereka akan disesuaikan dengan hasil otopsi, apakah kedua tersangka tewas akibat kelalaian atau ada unsur kekerasan dalam pemeriksaannya.
“Kita tunggu hasil otopsi dari RSUP M Djamil Padang dan pemeriksaan Propam Polda Sumbar. Saat ini kita tidak bisa berandai-andai. Sebanyak 10 orang anggota yaitu, 4 petugas piket dan BP, Kapolsek AKP “SB” dan Kanit Res Ipda “AI” serta 4 anggota reserse yang mengintograsi hari itu sejak malam kemarin sudah dibawa Propam ke Polda Sumbar untuk diperiksa secara intensif. Untuk mengetahui apakah ada unsur kelalaian, atau kekerasan. Semua akan diselesaikan sesuai prosedur hukum yang berlaku. Tahap demi tahap sudah dilakukan, termasuk melakukan otopsi sesuai permintaan keluarga korban,” kata Wakapolres Kompol, Aris Kurniawansyah Warsa SIk, di sela-sela kunjungannya ke rumah duka, Jumat (30/12) kemarin.
Ditambahkan Wakapolres, ke-4 petugas piket dan BP yang ikut dibawa ke Polda Sumbar untuk diperiksa lebih lanjut malam kemarin itu adalah Aipda “D”, Bripka “A”, Brigadir “EY” dan Briptu “AN”.
Selain mengusut penyebab kematian korban, polisi saat ini juga terus melakukan pengusutan curanmor yang diduga diotaki “Gp” ini. Sebelum ditemukan tewas gantung diri, Asep sudah diamankan terlebih dulu oleh polisi di terminal bus Kiliran Jao, Kamang Baru. Sedangkan, Faisal Akbar diamankan warga usai sholat Jumat di Pematang Panjang, Sijunjung. Dengan tewasnya kedua tersangka, kasus untuk keduanya otomatis gugur. Kendati demikian, polisi masih terus memburu tersangka lain untuk membongkar jaringan ini.
“Kita masih terus memburu pelaku yang lain. Di sisi lainnya, Propam Polda Sumbar juga masih bekerja untuk mengetahui penyebab kematian kedua tersangka dalam sel tahanan Polsek ini. Kasus ini akan diselesaikan secara profesional, tidak akan ada yang ditutup-tutupi. Kita selesaikan sesuai dengan amal dan perbuatannya.
Karena itu, kita minta warga jangan terprovokasi oleh isu-isu yang tidak benar. Polisi akan terus bekerja sesuai dengan protap,” jelas lulusan Akpol 1997 tersebut. Ia juga menyampaikan maaf atas ketidak hadiran Kapolres AKBP Sumarto yang pada saat bersamaan sedang memimpin upacara peringatan HUT Satpam di Mapolres Sijunjung.
“Ini sekedar bantuan uang duka dari Polres Sijunjung. Bapak Kapolres tidak sempat hadir, karena sedang ada upacara HUT Sat Pam,” kata Aris Kurniawansyah Warsa kepada perwakilan keluarga yang menerima bantuan uang duka dari Polres ini di rumah duka.
Baik keluarga maupun ninik mamak (pemuka adat) korban terlihat berterimakasih sekali atas bantuan yang diberikan. “Ibarat pepatah adat, kedatangan bapak beserta rombongan serta bantuan yang diberikan, kalau tidak cukup dengan telapak tangan dengan niru kami tampung,” jawab Dt Panji Alam, ninik mamak korban yang hadir saat penyerahan uang duka dari pihak Polres Sijunjung tersebut.
Setelah temu ramah sesaat, Wakapolres bersama rombongan yang dihadiri Muspika Tanjung Gadang dan Wali Nagari Pulasan Afrisal pamit diri untuk melihat pemakaman korban. Terlihat juga kakak korban Linda ikut beserta rombongan dan kaum kerabat lainnya ke pemakaman tersebut. Setelah membacakan doa, Wakapolres dan rombongan juga menyempatkan menaburkan bunga di pemakaman yang terlihat masih merah tersebut. Usai itu, Wakapolres jeda sejenak di rumah Wali Nagari sebelum melaksanakan sholat Jumat di Mesjid Jannan Adnin Pulasan berbaur bersama dengan masyarakat sekitarnya.
Menurut Wali Nagari Aprizal, keluarga bisa menerima musibah yang terjadi. Adapun aksi masa ke Mapolres belum lama ini merupakan tindakan dari orang di luar Nagari Pulasan itu sendiri. “Berita koran begina-begana, sementara warga kami disini biasa-biasa saja. Saya himbau kepada warga, kalau kita demo banyak warga lain nantinya yang menumpang. Dan yang dapat nama tetap orang Pulasan. Yang demo kemarin umumnya para tukang ojek dari luar, hanya sedikit warga kami yang terprovokasi. Untuk itu, usai sholat Jumat ini kami juga akan kembali mengadakan rapat dengan seluruh unsur dan pemuda,” jelas Aprisal.
Berseberangan dengan itu, Agus Salim salah seorang mantan pengurus Badan Pemerintaha Nagari (BPN) Pulasan mengancam akan kembali membawa massa demo ke Mapolres Sijunjung, tiga hari setelah pemakaman ini. “Kami lihat sendiri, keduanya tewas bukan gantung diri, tapi seperti dililitkan tali ke lehernya,” kata Agus Salim. Saat demo di Mapolres tempo hari Agus Salim juga yang bersorak dengan lantang, agar kasus kematian kedua kakak-beradik ini di sel tahahan diusut sampai tuntas dan tidak ditutup-tutupi.
Bahkan, ia berikhtiar dalam orasinya untuk bertemu diakhirat nanti dengan Kapolres kalau kasus ini tidak diselesaikan.
Satu Satuan Setingkat Kompi (SSK) Brimob Kompi Padang Sarai sudah disiagakan sejak semalam kemarin untuk mengantisipasi provokasi masa ini. Sementara itu, Agus Salim dalam aksinya juga disebut-sebut sering mengatasanamakan salah satu simpatisan partai tertentu. “Ia sering membawa-bawa atas nama salah satu partai dalam setiap aksinya,” timpal Kasat Reskrim AKP Suyanto yang ikut mendampingi Wakapolres ke lapangan bersama Kasat Intel AKP Rifai. Persiapan SSK Brimob ini di Mapolres memang sengaja dilakukan sesuai protap untuk mengantisipasi aksi-aksi provokasi yang sama-sama tidak diharapkan di lapangan.
Kabid Humas Polda Sumbar, AKBP Kawedar, ketika dikonfirmasi tentang hasil pemeriksaan saksi terkait kasus tahanan gantung diri di Tahanan Polsek Sijunjung tersebut, justru mengatakan bahwa dua tersangka meninggal murni bunuh diri.
“Hasil otopsi dari Dokter Forensik Rumah Sakit (RS) M. Djamil Padang bahwa dua orang tersangka tahanan Polsek Sijunjung meninggal akibat bunuh diri. Tidak ditemukan adanya unsur kekerasan atau penganiayaan. Karena meninggalnya wajar, jadi kasus tersebut tidak bisa diproses secara hukum,” kata Kawedar ketika dihubungi melalui nomor telpon genggamnya, Jumat (30/12) sekitar pukul 21.00 WIB.
Transparan
Sementara itu, Direktur LBH Padang, Vino Oktavia mengimbau pihak kepolisian untuk memberikan laporan yang transparan kepada masyarakat, terutama kepada keluarga, terkait hasil otopsi jenazah tahanan yang bunuh diri di Sijunjung.
“Tahanan tersebut berada dalam tahanan Kepolisian. Untuk itu polisi harus bisa menjelaskan kejadian ini dengan sebenarnya. Polisi harus transparan kepada publik terkait informasi yang sebenarnya dari kasus yang diduga bunuh diri ini.
Hal ini penting karena dalam informasi yang didapat publik sejauh ini ada dua versi, yaitu versi dari kepolisian dan keluarga yang sangat bertentangan. Secara hukum, publik, terutama keluarga berhak mendapatkan informasi yang sebenarnya,” jelas Vino saat dihubungi Haluan, Jumat (30/12).
Namun, lanjut Vino, Polisi tetap harus melakukan penyelidikan di Polsek setempat untuk mencari kebenaran dugaan bunuh diri ini.
“Setiap langkah yang diambil aparat harus dilaporkan ke publik. Hal ini penting untuk menjaga kepercayaan di tengah krisis kepercayaan masyarakat terhadap pihak kepolisian,” tegasnya. (h/nop/dla/dfl)haluan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar