SEMARANG— Karya anak negeri seperti mobil Esemka yang diciptakan anak-anak sekolah menengah kejuruan (SMK) Solo, Jawa Tengah, seharusnya mendapat dukungan pemerintah.
Oleh karena itu, jika Kementerian Perhubungan sudah menyatakan mobil Esemka yang kini digunakan sebagai mobil dinas Wali Kota Solo itu laik jalan, maka semestinya proses selanjutnya dari produksi mobil tersebut dipermudah.
Masalahnya, izin itu berkorelasi dengan uang. Itu yang menjadi penghambat segala hal di lndonesia untuk maju. Apalagi perilaku pejabat yang masih doyan produk luar negeri, dan nyaman dengan kondisi status quo seperti sekarang.
"Ada kekhawatiran dari pihak industri otomotif yang sudah ada akan tersaingi," ujar pengamat transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, Rabu (4/1/2012) malam, menanggapi peluncuran mobil Esemka di Solo.
Djoko berharap, seharusnya produksi mobil seperti Esemka yang dibuat dan dirakit anak-anak SMK tersebut mendapat dukungan negara sehingga pada suatu saat, mobil tersebut bisa menjadi komoditas ekspor Indonesia.
Pejabat Indonesia hendaknya belajar dengan Jepang, India, dan Malaysia. Mulanya mobil nasional dari tiap-tiap negara itu, Toyota (Jepang), Ambasador (India), Proton (Malaysia) mendapat dukungan negara dan menjadi mobil dinas pejabat negara.
"Sekarang hasilnya sudah nampak, diekspor," ujarnya.
Editor: Gusti Sawabi | Sumber: Kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar