33 SMK Siap Produksi Massal
Wacana produksi massal mobil Esemka disambut gembira sejumlah kalangan, Sebanyak 33 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) perakit komponen mobil bahkan mengaku siap memproduksi secara massal mobil SUV Kiat Esemka asalkan bermitra kerja dengan industri. Sebagai institusi pendidikan, SMK tetaplah tempat memproduksi SDM (sumber daya manusia) dan bukan pabrik mobil.
"SMK tempat menghasilkan orang-orang yang akan membuat mobil, bukan pabrik mobil. Kami kembangkan produksi di banyak titik SMK dan dikumpulkan di SMK Integrator. Sekarang sudah siap 1.000 mesin. Tinggal dimanfaatkan untuk kendaraan apapun," kata Direktur Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Joko Sutrisno, ketika ditemui, Rabu (4/1/2012) sore, di Jakarta seperti dilansir kompas.com.
Proses perakitan mobil Kiat Esemka, lanjut Joko, sudah dimulai sejak 2007 dan terbentuklah prototipenya. Pada tahun 2010 bertemu dengan mitra industri dan terbentuklah mobil Kiat Esemka.
Guru Bidang Elektronika dan Industri di SMKN 4 Jakarta, Agus Martoyo, mengakui SMK selalu membutuhkan bimbingan dan pendampingan intensif dari industri. Apalagi mengingat semua komponen disuplai oleh industri. SMKN 4 Jakarta terlibat dalam perakitan mobil SUV Kiat Esemka, dengan merakit komponen mesinnya.
"Mesin untuk Kiat Esemka itu dirancang khusus, agar bisa kompatibel untuk semua jenis kendaraan. Guru dan siswa diberi pelatihan merakit komponen mesin terlebih dahulu oleh industri selama sebulan," kata Agus.
Perakitan satu mesin dilakukan oleh tiga siswa kelas 2 dan kelas 3 selama tiga hari. Komponen mesin yang digunakan 80 persen produk lokal dan sisanya impor dari China. Komponen yang diimpor ada di bagian sistem injeksi. Produksi satu mesin diperkirakan mencapai Rp 20-30 juta.
Agus menyayangkan pemerintah yang belum mendukung sepenuhnya produksi anak bangsa. Seharusnya pemerintah bisa mencontoh China dan Malaysia yang mendorong produksi dalam negeri dengan memberi banyak insentif. "Kalau SMK dijembatani industri, kami siap untuk produksi massal," kata Agus.
"SMK tempat menghasilkan orang-orang yang akan membuat mobil, bukan pabrik mobil. Kami kembangkan produksi di banyak titik SMK dan dikumpulkan di SMK Integrator. Sekarang sudah siap 1.000 mesin. Tinggal dimanfaatkan untuk kendaraan apapun," kata Direktur Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Joko Sutrisno, ketika ditemui, Rabu (4/1/2012) sore, di Jakarta seperti dilansir kompas.com.
Proses perakitan mobil Kiat Esemka, lanjut Joko, sudah dimulai sejak 2007 dan terbentuklah prototipenya. Pada tahun 2010 bertemu dengan mitra industri dan terbentuklah mobil Kiat Esemka.
Guru Bidang Elektronika dan Industri di SMKN 4 Jakarta, Agus Martoyo, mengakui SMK selalu membutuhkan bimbingan dan pendampingan intensif dari industri. Apalagi mengingat semua komponen disuplai oleh industri. SMKN 4 Jakarta terlibat dalam perakitan mobil SUV Kiat Esemka, dengan merakit komponen mesinnya.
"Mesin untuk Kiat Esemka itu dirancang khusus, agar bisa kompatibel untuk semua jenis kendaraan. Guru dan siswa diberi pelatihan merakit komponen mesin terlebih dahulu oleh industri selama sebulan," kata Agus.
Perakitan satu mesin dilakukan oleh tiga siswa kelas 2 dan kelas 3 selama tiga hari. Komponen mesin yang digunakan 80 persen produk lokal dan sisanya impor dari China. Komponen yang diimpor ada di bagian sistem injeksi. Produksi satu mesin diperkirakan mencapai Rp 20-30 juta.
Agus menyayangkan pemerintah yang belum mendukung sepenuhnya produksi anak bangsa. Seharusnya pemerintah bisa mencontoh China dan Malaysia yang mendorong produksi dalam negeri dengan memberi banyak insentif. "Kalau SMK dijembatani industri, kami siap untuk produksi massal," kata Agus.
Berita Terkait: Mobil Buatan Siswa SMK
JAKARTA - Anggota Komisi I DPR Roy Suryo jadi satu di antara ratusan pejabat negara yang mendukung wacana produksi massal mobil Esemka yang dipelopori pengerjaannya oleh anak-anak SMK Solo.
Pun begitu, Roy -seperti banyak pihak lainnya- meminta agar mobil tersebut lulus uji sebelum berkeliaran di jalan raya tanah air. Pada sebuah talk show di sebuah stasiun televisi swasta, Rabu (4/1/2012) sore, Roy menekankan pada dua unsur persyaratan.
"Yang pertama syarat teknis berupa pengujian kelaikkan jalan. Yang kedua adalah syarat administratif, contohnya ya surat-surat kendaraan," ujar Roy.
Atas alasan yang kedua itulah, Wali Kota Solo, Joko Widodo dan Wakilnya FX Hadi Rudyatmo dikabarkan kembali menggunakan mobil dinas yang lama.
Roy juga meminta agar uji teknis kendaraan roda empat kreasi anak negeri tersebut segera dilakukan. Ia yakin, kualitas mobil buatan dalam negeri tak kalah dari produk luar negeri.
Soal produksi mobil secara massal, Roy juga berharap agar pemerintah dan pihak terkait membantu mempermudah perizinan, sehingga produk mobil tersebut tak tersandung masalah di kemudian hari.
Berseloroh, tak lupa Roy juga mengingatkan supaya produk mobil itu dilengkapi panduan manual berbahasa Indonesia agar tak ditangkap pihak berwenang saat dilempar ke pasar.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar