DR RIKA SUSANTI, SPF, AHLI AUTOPSI RSU M DJAMIL PADANG
Kasus kematian atas korban Faisal dan Asep—adik-kakak—di tahanan Polsek Sijunjung pada 28 Desember 2011 lalu, masih menyisakan pertanyaan bagi masyarakat terutama pihak keluarga. Pertanyaan besarnya: Apakah dibunuh atau bunuh diri? Kepolisian telah mengumumkan hasil autopsi dan mengatakan murni kasus bunuh diri.
Pihak keluarga tidak percaya karena menemukan beberapa kejanggalan sebelum kedua korban dimakamkan. Saat datang ke redaksi Haluan, Selasa 3 Januari 2012 lalu, mamak atau paman kedua korban Yusbar menyampaikan sejumlah temuan dan kejanggalan atas kematian keponakannya itu. Yusbar mengatakan, kaki dan tangan patah, gigi rontok, dan badan lebam-lebam.
Bagaimana sebenarnya hasil autopsi yang dilakukan Rumah Sakit Umum M. Djamil Padang terhadap kedua korban? Haluan berkesempatan mewawancarai ahli autopsi RSU M. Djamil Padang, Dr Rika Susanti, SpF, yang melakukan autopsi pada 29 Desember 2011. Berikut petikan wawancara wartawan Haluan Andika D. Khagen di ruangan kerjanya Sabtu (7/1). Bagaimana hasil autopsi terhadap dua korban?
Hasil autopsi dasarnya pasal 133 KUHAP yang meminta penyidik kepolisian. Menanyakan hasil autopsi ke saya, tidak bisa saya ungkapkan.
Kondisi sebelum dilakukan autopsi seperti apa?
Kondisi sudah mulai agak busuk. Diperkirakan sudah lebih dari 24 jam sebelum pemeriksaaan. Itu kondisi secara umum.
Luka di bagian apa yang ditemukan?
Bagian leher dan tungkai, kaki dan lengan.
Kemungkinan ada jeretan di leher?
Luka di leher ketika masih hidup. Dia mati akibat kekerasan di leher. Saya tidak bilang gantung diri. Gantung diri merupakan cara mati, itu wewenang petugas penyidik membuktikan. Di autopsi, pola dan sifat luka di leher sesuai kasus gantung.
Ada luka lebam di leher dan badan?
Tidak ada. Di kepala tidak ada luka sama sekali.
Di tubuh korban ada berapa luka?
Di kaki saya tidak ingat berapa lukanya. Ada beberapa luka lecet di kaki. Saya tidak ingat mana yang adik. Kedua korban luka di leher, paha, dan tungkai bawah.
Jenis lukanya?
Luka memar dan lecet.
Terindikasi kekerasan?
Kekerasan bisa akibat benda tumpul juga bisa.
Tali apa yang digunakan untuk gantung diri?
Talinya saya tidak tahu. Tidak terlalu jelas gambarannya. Bisa kain.
Lidahnya keluar tidak?
Tidak ada.
Pola-pola bunuh diri terlihat?
Saya tidak bisa bilang, sesuai kasus gantung, tidak jerat.
Ada luka tembak?
Tidak ada.
Apakah kematiannya serentak?
Tidak persis serentak. Jaraknya tidak jauh berbeda, hitungan jam. Walaupun dilakukan bersama-sama belum tentu mati secara bersama. Itu tergantung kekuatan jeretan di leher.
Berapa lama korban kehabisan oksigen?
Ini tidak bisa diprediksi.
Kesimpulan Anda?
Kematiannya adalah kekerasan tumpul di leher, ada luka-luka lain di tubuh anggota gerak bawah, luka lecet dan memar tidak ada patah tulang.
Luka di leher seperti apa?
Seperti kasus gantung. Ada luka di leher, bisa dibedakan ini jerat atau gantung. Ada teorinya, yang saya temukan seperti gantung.
Apakah semua bunuh diri lidah keluar?
Tidak harus lidah keluar atau sperma keluar.
Apakah semua kasus bunuh diri polanya sama?
Polanya mungkin berbeda. Ini khas sekali. Tidak ada keraguan saya ini luka jerat. n
haluan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar