SUHU MINUS 40
LONDON, Cuaca dingin di Eropa menciptakan musibah yang cukup serius di sejumlah negara.
Para warga di negara-negara Eropa juga diperingatkan akan munculnya salju yang diikuti banjir bandang ketika temperatur suhu mulai meningkat dan salju meleleh.
BBC pada Kamis melaporkan, temperatur cuaca di wilayah Eropa Timur tampak kian menurun, dan sudah berada pada level minus 40 derajad celcius. Udara dingin yang melanda Eropa membuat beberapa sekolah dasar dan menengah di kota-kota besar di Swiss seperti Jenewa, Lausanne, Bern terpaksa ditutup. Didalam sekolah temperatur maksimum hanya berada pada suhu 14 derajat Celcius, membuat kenyamanan para siswa saat belajar tidak terjamin.
Berdasarkan data organisasi meteo dunia (OMM) lanjutnya, udara dingin yang melanda Eropa datang agak telat, di penghujung musim dingin dengan waktu yang cukup lama. Akibatnya cuaca eksrem tersebut mengibatkan banyaknya korban berjatuhan.
Temperatur cuaca di wilayah Eropa Timur tampak kian menurun, dan sudah berada pada level minus 40 derajad celcius. Dilihat dari satelit benua Eropa bewarna biru disebabkan tertutup salju.
Cuaca dingin di Eropa menciptakan musibah yang cukup serius di sejumlah negara. Para warga di negara-negara Eropa juga diperingatkan akan munculnya salju yang diikuti oleh banjir bandang ketika temperatur suhu mulai meningkat dan salju meleleh.
“Untuk dua pekan ke depan, para warga Eropa akan mengalami kesulitan karena cuaca mulai menghangat dan salju pun mencair. Situasi itu akan jauh lebih buruk dibandingkan yang terjadi pada saat ini,” ujar Ketua Komisi Penanggulangan Bencana Eropa Kristalia Georgieva, seperti dikutip Daily Mail.
Di salah satu desa di Rumania, salju tampak memblokir jalan raya dan rel kereta api, 174 desa juga dikabarkan tidak dialiri listrik. Sementara itu di Bulgaria, banyak pula jalanan yang ditutup. Di Ukraina, 135 warga sudah tewas akibat cuaca dingin tersebut.
22 Balita Tewas
Sementara itu, cuaca dingin juga mulai merambat ke Afghanistan. Sekira 22 anak balita tewas karena mengalami kedinginan di dua kamp pengungsian selama sebulan terakhir di Kota Kabul. Terdapat 35.000 orang yang di dua kamp di Kabul tanpa mendapatkan alat pemanas dan listrik. Seperti diberitakan oleh The New York Times, kesemua korban adalah anak-anak, termasuk dua anak perempuan kembar yang berumur 3 bulan dan seorang anak berusia bulan.
Afghanistan mengalami musim terdingin dalam beberapa dekade terakhir, di mana suhu mencapai jauh di bawah titik beku hampir setiap malam. Seorang pekerja bantuan Afghanistan, para warga kamp tidak memiliki akses ke perawatan kesehatan, pendidikan, makanan, sanitasi atau air.
Warga Camp juga mengatakan distribusi makanan oleh Program Pangan Dunia berhenti tahun lalu. Kelompok bantuan dari Prancis, Solidarities International, baru-baru ini melakukan survei di kamp pengungsian. Kelompok itu mengatakan tingkat kematian balita adalah 144 dari 1.000 anak, yang berarti satu dari 7 anak tidak akan hidup sampai sampai ulang tahun ke-6 nya. (ap/bbc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar