25 SUDAH TERPANTAU
Bakor Pekem mencatat terdapat 25 aliran sesat di Sumbar, namun yang belum terpantau masih banyak lagi. Masyarakat luas dan anak-anak perlu dibentengi pemahaman yang keliru.
PADANG, Ketua DPW Muhammadyah Sumbar, Darlis Ilyas menyentil kebiasaan masyarakat yang selalu terkejut dengan kegiatan orang lain yang dinilai menyinggung perasaannya, tetapi seakan lupa dengan masalah dirinya sendiri.
Harus diakui, persoalan hidup beragama masyarakat di Sumbar sangat memprihatinkan. Aliran sesat memang banyak di Sumbar. Badan Koordinasi Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (Bakor Pakem) mencatat sekitar 25 aliran. Tetapi yang tidak tercatat atau belum terpantau masih cukup banyak lagi. Tetapi masalah keagamaan masing-masing individu juga patut dipertanyakan, seperti ketaatannya menjalankan salat 5 waktu.
“Kita ini bagaikan kain panjang yang dilipat rapi, tetapi di dalamnya ragi kain panjang itu sudah habis dimakan ngegat. Artinya, kita perlu benahi individu muslim itu sehingga tidak ada lagi kemaksiatan dan kebejatan moral yang dilakukan anak kemenakan kita,” kata Darlis dalam rapat koordinasi organisasi massa (Ormas) Islam dengan Badan Kesbangpol Linmas Sumbar di kantor Gubernur Sumbar, Rabu (28/3).
Dikatakan, data yang ada menyebutkan sekitar 2,5 juta anak di Indonesia ini lahir di luar nikah dan sekitar 4,5 juta penduduk merupakan pemakai narkoba. Lalu data lainnya, 93,7 persen siswa SMP pernah ciuman dan melakukan oral seks serta 21,2 persen siswa SMP ini pernah melakukan abortus.
Pendidikan di sekolah berjalan sebagaimana mestinya, tetapi pelaksanaannya belum maksimal. Disamping itu aplikasinya juga belum berjalan. Banyak anak kemenakan yang tidak menjalankan perintah wajib shalat 5 waktu. Apalagi untuk menjalankan kewajiban lainnya. Mereka yang seperti ini rentan terpengaruh dengan ajaran sesat, apalagi diberi iming-iming tertentu.
“Bentengi dulu internal kita, perkuat keimanan dan keyakinan beragama mereka. Karena mereka ini lah yang rentan terpengaruh dengan ajaran atau aliran sesat,” katanya.
Ketua MUI bidang Fatwa Gusrizal Gazahar menyebutkan, setiap waktu selalu disibukkan dengan masalah aliran sesat ini. Padahal yang diperlukan itu adalah membentengi anak kemenakan dan masyarakat luas umumnya dari pemahaman keliru tentang islam. Melalui dakwah yang disampaikan para dai dan ustad itu diharapkan dapat melindungi mereka dari pengaruh ajaran sesat.
Namun dakwah yang disampaikan itu harus terpola dan dipetakan. Para dai dan ustad harus tahu kualitas dan kuantitas jemaahnya, apa yang mereka butuhkan. Sebab yang terjadi selama ini, dakwah yang disampaikan hanya berdasar kemauan ustad saja, karena mereka tidak tahu tingkat pendidikan jemaah, latar belakang sosial jemaah maupun informasi lainnya . Sehingga hasil yang dicapai juga tak sesuai dengan yang diharapkan.
“Kita mengharapkan dalam waktu 6 bulan ini, pemerintah daerah dapat membuat peta kondisi umat baik kualitatif maupun kuantitatif, sehingga diketahui potensi yang ada di daerah itu termasuk potensi pemurtadan. Sehingga kita tidak disibukkan dengan terus dengan aliran sesat seperti ini,” kata Gusrizal.
Gusrizal tak menampik masuknya aliran sesat di tengah kehidupan masyarakat, seperti Aliran Keagungan Illah (AKI) di Bukittinggi yang beranjak dari pluralism agama, adapula aliran Bahay, aliran Jemaah Islamiyah yang sudah ditetapkan Bakor Pakem sebagai aliran sesat, LDII dan lainnya.
Kepala Badan Kesbangpol Linmas Faisal Syarif didampingi Kabid Pembinaan Kemasyarakatan, Zulnadi mengatakan, kasus aliran sesat yang tidak muncul memang masih banyak lagi. Masyarakat sangat mudah terpengaruh dengan ajaran ini. Dan ke depan memang perlu kerjasama dan koordinasi dengan Ormas Islam untuk pengawasan kegiatan ajaran ini termasuk upaya membentengi umat muslim Sumbar. (h/vie)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar