Ilustrasi (Ist.)
Jakarta - Pemerintah masih bersikukuh untuk tetap menyebar sensor internet terhadap situs ponografi. Namun apakah filter itu berfungsi optimal? Sebab, adanya sensor justru malah akan membuat orang penasaran untuk mencari konten mesum.
Demikian menurut penggiat gerakan Internet Sehat dari ICT Watch, Donny BU kepada detikINET.
"Semakin difilter, orang bakal semakin penasaran. Dan orang penasaran akan ada saja upayanya untuk mengakali sistem," tukasnya.
Menurut Donny, filter yang menjaring situs pornografi itu cenderung cuma menjaring situs-situs yang sudah familiar diakses. Sementara yang sembunyi-sembunyi justru lebih membahayakan.
"Situs yang telisap-telisip ini malah muncul via kartun, banner, dan lainnya. Itu yang lebih banyak menghantui anak-anak," lanjutnya.
Donny pun menyayangkan jika internet selalu dijadikan kambing hitam sesuatu yang buruk. Mulai dari urusan pornografi, narkoba, perceraian, seks bebas, dan lainnya. Padahal kenyataannya tidak selalu begitu. Banyak hal positif sejatinya yang bisa dimanfaatkan dari internet, tinggal tergantung apa yang dicari pengguna.
"Ini soal moral masyarakat. Masyarakat dimana-mana melihat bagaimana pemimpinnya. Kalau pemimpinnya memberi contoh yang benar, tidak korupsi, tidak membuka konten porno saat rapat dewan, tidak menggunakan narkoba, rakyatnya juga punya panutan yang baik," katanya.
"Jadi simpelnya, kalau mau bikin kebijakan untuk rakyat, baiknya pemerintah dan wakil rakyat beli cermin saja dulu," sindir Donny.
Sebelumnya, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo Gatot S. Dewa Broto mengungkapkan bahwa Indonesia berada dalam posisi puncak di daftar negara pengakses situs porno. Padahal satu setengah tahun lalu Indonesia masih di urutan 7, dan setahun lebih belakangan pemerintah juga gencar menerapkan sensor untuk situs porno.
"Menurut data dari search engine yang kami dapat, terakhir sekitar satu bulan lalu memang menyebutkan, Indonesia menjadi negara pengakses situs pornografi tertinggi di dunia," ia menandaskan kepada detikINET, Rabu (14/3/2012).
( ash / fyk )
Demikian menurut penggiat gerakan Internet Sehat dari ICT Watch, Donny BU kepada detikINET.
"Semakin difilter, orang bakal semakin penasaran. Dan orang penasaran akan ada saja upayanya untuk mengakali sistem," tukasnya.
Menurut Donny, filter yang menjaring situs pornografi itu cenderung cuma menjaring situs-situs yang sudah familiar diakses. Sementara yang sembunyi-sembunyi justru lebih membahayakan.
"Situs yang telisap-telisip ini malah muncul via kartun, banner, dan lainnya. Itu yang lebih banyak menghantui anak-anak," lanjutnya.
Donny pun menyayangkan jika internet selalu dijadikan kambing hitam sesuatu yang buruk. Mulai dari urusan pornografi, narkoba, perceraian, seks bebas, dan lainnya. Padahal kenyataannya tidak selalu begitu. Banyak hal positif sejatinya yang bisa dimanfaatkan dari internet, tinggal tergantung apa yang dicari pengguna.
"Ini soal moral masyarakat. Masyarakat dimana-mana melihat bagaimana pemimpinnya. Kalau pemimpinnya memberi contoh yang benar, tidak korupsi, tidak membuka konten porno saat rapat dewan, tidak menggunakan narkoba, rakyatnya juga punya panutan yang baik," katanya.
"Jadi simpelnya, kalau mau bikin kebijakan untuk rakyat, baiknya pemerintah dan wakil rakyat beli cermin saja dulu," sindir Donny.
Sebelumnya, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo Gatot S. Dewa Broto mengungkapkan bahwa Indonesia berada dalam posisi puncak di daftar negara pengakses situs porno. Padahal satu setengah tahun lalu Indonesia masih di urutan 7, dan setahun lebih belakangan pemerintah juga gencar menerapkan sensor untuk situs porno.
"Menurut data dari search engine yang kami dapat, terakhir sekitar satu bulan lalu memang menyebutkan, Indonesia menjadi negara pengakses situs pornografi tertinggi di dunia," ia menandaskan kepada detikINET, Rabu (14/3/2012).
( ash / fyk )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar