Ranah Minang punya potensi alam nan indah. Nyaris semua daerah memiliki alam yang indah. Tapi tak pernah dipikirkan serius oleh pemerintah.
Bagi wisatawan, alam nan indah itu punya daya tarik tersendiri. Kendati begitu, alam nan indah itu nyaris belum termakasimalkan potensinya. Ia seperti “mati” tanpa ada sentuhan yang serius agar pelancong datang.
Alam nan indah itu jika tak tergarap tentu akan menjadi sia-sia pemberian Sang Pencipta itu. Jika dideretkan alam nan indah itu, mungkin sangat panjang.
Potensi pariwisata Sumatra Barat, baik dilihat dari sudut pandang alamnya, kebudayaan dan seninya, serta kemahiran warganya dalam berdagang bisa mengalahkan Pulau Dewata, namun mengapa pengemasan dan manajemennya tidak bisa mengangkat posisi pariwisata sebagai penghasil PAD yang utama?
Bila dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya di Pulau Sumatera mengapa Sumatera Barat cenderung lamban dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata?
Rasanya tidak ada yang akan membantah bila dikatakan Kabupaten Agam memiliki objek wisata paling lengkap. Karena daerah itu memang memiliki lautan dan pantai yang landai dan putih, gunung dan lembah dengan panorama alam nan indah. Bukit dan ngalau juga memadai untuk dijadikan tempat berwisata yang nyaman. Juga ada danau dan telaga. Kondisi alamnya nan cantik merupakan potensi wisata yang bisa dibanggakan.
Namun sejauh ini sektor pariwisata di daerah itu belum mampu menjadi primadona pasok PAD, maupun peningkatan ekonomi warga. Pasalnya, objek wisata yang wah tersebut baru sebatas dikenal dengan keindahan alamnya. Memang ada yang sudah digarap, namun baru sebatas “asal jadi,” belum memadai sebagai objek wisata laik jual.
Banyak masalah menjadi kendala pembangunan sektor pariwisata di daerah itu. Faktor utama tentu saja terbatasnya dana untuk pembangunan. Daerah saat ini kesulitan dana untuk membangun sarsana/prasarana pada beberapa objek wisata potensial daerah, seperti disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Bupdar) Agam H. Junaidi, SH Dt. Gampo Alam Nan Hitam.
Keterbatasan dana dimaksud mendorong Pemkab Agam berupaya menggaet investor. Hasilnya masih belum memuaskan. Karena tidak banyak investor yang berminat menanamkan investasinya di sektor pariwisata di daerah itu.
Di sisi lain, sikap mental warga sekitar objek wisata, terutama para pemilik lahan masih disayangkan. Karena warga masih banyak berpendapat kalau sektor pariwisata identik dengan pergaulan bebas yang berkonotasi negatif.
Juga masih ditemukan warga pemilik lahan kurang koperatif dengan pihak Pemkab Agam. Akibatnya, masalah lahan lokasi objek sering menjadi kendala pembangunan, dan pengembangan objek itu sendiri.
Puncak Lawang, misalnya. Objek wisata, yang dikenal sebagai tempat start olahraga paralayang terbaik Asean itu, kini masih dalam masalah yang belum terselesaikan. Sengketa pemilikan lahan masih berlarut-larut, sehingga pembangunan objek wisata tersebut terkendali.
Ambun Pagi, masalah tanah juga menjadi masalah terhalangnya pembangunan dan pengembangan objek wisata tersebut. Padahal objek Ambun Pagi sangat diminati wisatawan mancanegara. Dari puncak Ambun Pagi, suasana mata hari terbenam (sunset) sangat cantik terlihat bila cuaca cerah.
Objek Bandar Mutiara, merupakan objek wisata pantai nan menarik. Rimbunnya pepohonan di pantai merupakan tempat yang sejuk dan nyaman untuk bersantai keluarga. Pasirnya nan landai dan bersih, juga merupakan sebuah keunggulan objek dimaksud. Amat disayangkan, pengelolaannya masih terkendali banyak faktor. Di antaranya masih sulitnya mengendalikan keinginan warga untuk menebang phon cemara laut di pantainya, serta tingginya minat warga membangun rumah tempat tinggal di kawasan objek wisata.
“Banyak lahan objek wisata milik warga, sehingga untuk pembangunan dan pengembangannya banyak hambatan,” ujar Junaidi pula.
Ada lokasi yang sudah jadi milik Pemkab Agam, yaitu Linggai. Objek tersebtu pernah jaya, namun kini merana. Linggai dibuka dan dibangun Pemprov Sumbar dulunya.
“Linggai akan dibangun menjadi sebuah objek menarik. Perencanaan telah selesai, bahkan gambar rencana bangunan sudah dilengkapi dengan RAB, kini ditawarkan kepada investor berminat,” ujar Junaidi pula.
Di samping keindahan panorama alam, Agam juga memiliki senibudaya yang layak dinikmati para wisatawan. Sementara objek wisata sejarah juga banyak diminati, tertutama wisatawan dari negeri jiran.
Bupati Agam H. Indra Catri Dt. Malako Nan Putiah menghimbau para investor berminat, untuk menanamkan investasinya di Agam. berbagai kemudahan akan diberikan kepada investor tersebut.
“Kami menghimbau para pemodal, terutama Anak Minang yang sukses di rantau. Dengan menanamkan investasi, termasuk di sektor pariwisata, berarti mereka sudah ikut membangun Ranah Minang, khususnya Kabupaten Agam,” ujarnya.
Laporan: MIAZUDDIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar