Setelah tiga pelajar SMAN 1 Padang meraih nilai ujian nasional (UN) tertinggi di Sumbar, giliran tiga siswa SMPN 1 Padang mendapatkan nilai UN tertinggi se-Sumbar. Prestasi prestisius tersebut tidak diperoleh dengan mudah, seperti apa?
MEREKA adalah Ayu Marisa Utami dengan total nilai akhir (NA) UN 38,40, nilai tertinggi di Sumbar. Lalu, Naufal Hamdan Rivani dengan NA 38,20 peringkat tiga di Sumbar, dan Yumni Nadilah dengan NA 37,90 peringkat 6 di Sumbar. Teknologi komunikasi seperti internet, menurut mereka sangat membantunya memperoleh nilai terbaik.
Ayu misalnya. Peraih harapan dua Olimpiade Sains Nasional (OSN) ini, merasakan betul manfaat internet dalam menambah wawasan dan bahan pelajaran.
Semangatnya untuk maju telah ditanamkan di benaknya sejak dini. Dia rela mengorbankan masa remajanya untuk bersenang-senang, berfoya-foya, apalagi bermalasan-malasan. Tiada hari bagi Ayu untuk belajar, belajar dan belajar.
Ayu sering memanfaatkan waktu di malam hari untuk belajar. Bahkan, aturan di rumahnya, dari Senin hingga Jumat sore, dia tidak boleh menonton televisi. Tak heran, “kotak bergambar” itu pun sangat jarang hidup di rumahnya.
Ayu belajar saat orang lain terlelap tidur. “Saya sering tidur cepat. Biasanya saya tidur sekitar pukul 9 malam, dan sering saya niatkan untuk bangun subuh. Saat itulah saya belajar,” imbuhnya.
Ayu merasa lebih cepat menyerap pelajaran ketika belajar dini hari. Jika telah berada di belakang meja belajar, Ayu tidak peduli lagi dengan sekelilingnya. Konsentrasi penuh!
Dukungan dan dorongan keluarga memotivasinya memperoleh hasil terbaik. Ayu sering dihadiahi orangtuanya bila memperoleh hasil maksimal dalam meraih berbagai prestasi. Sebut saja ketika dia meraih juara harapan di OSN, Ayu pun dihadiahi laptop dari orangtuanya.
Lain lagi Naufal Hamdan Rivani. Dia begitu keranjingan berselancar di dunia maya untuk melahap sejumlah artikel yang berkaitan dengan mata pelajaran di sekolah dan artikel umum lainnya. Berkat internet, remaja bertubuh jangkung ini mengaku dahaga otaknya terpenuhi.
“Banyak hal baru, dan itu berguna bagi saya untuk belajar. Misalnya saja materi pelajaran fisika, banyak teori fisika yang dikemas dalam tulisan menarik terdapat di artikel tersebut,” ungkap Naufal yang menyempatkan berselancar artikel maksimal satu jam sehari.
Naufal juga memadukan belajar di sekoah dan di rumah dalam menimba ilmu. Ketika di sekolah, Naufal memperhatikan guru dengan seksama. Wajar saja, materi pelajaran langsung melekat di kepalanya. Untuk memperkaya bahan sekolah, Naufal mencari referensi di internet.
Bagaimana pula Yumni Nadilah? Yumni merasa pola belajarnya sama dengan teman-temannya. Mengulang pelajaran sepulang sekolah, mempelajari pelajaran esoknya pada malam hari. Untuk memantapkan pemahamannya, dia mengikuti les di luar sekolah. Menjelang UN, intensitas belajar lebih giat lagi.
“Jadi ketika UN, saya nggak perlu lagi belajar. Paling cuma membaca kisi-kisi soal. Ya, lebih menenangin otak aja,” kata Yumni.
Selain kerja keras, Ayu, Naufal maupun Yumni mengakui dukungan guru, terutama wali kelas, sangat membantu.
Bagaimana trik wali kelas mereka? Wali kelas IX B SMPN 1 Padang, Syahirman mengatakan, seorang wali kelas, haruslah menjadi motivator yang hebat bagi anak didiknya. Itu pula yang diterapkan saban hari, selalu memotivasi peserta didiknya meraih bintang di langit. Ini hanya bisa tercapai bila wali kelas memposisikan diri sebagai teman bagi anak didiknya.
”Target tersebut bukan paksaan, hanya memotivasi setiap anak agar mendapatkan nilai terbaik,” kata Syahirman. (***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar