Sumatera Barat (Sumbar) dan Jawa Barat (Jabar) mempunyai sejumlah kesamaan dan hubungan yang erat sekali. Orang Minang pernah menyumbangkan seorang putra terbaiknya menjadi Gubernur Jawa Barat, yakni Datuk Djamin, yang memimpin provinsi Tanah Pasundan ini sebagai gubernur kedua (1945-1946) setelah Gubernur yang pertama Mas Sutardjo Kertohadikusumo.
“Sebaliknya, Sumatera Tengah juga pernah dipimpin oleh Gubernur yang berasal dari Jawa Barat, yakni Ruslan Muljohardjo selama enam tahun dari tahun 1950 sampai 1956,” kata Ketua DPD RI, Irman Gusman pada Diskusi Panel dan Halal Bihalal Persatuan Keluarga Minang Jawa Barat di Gedung serbaguna Jl Cikutra Baru Bandung, Minggu (16/9) kemarin.
Menurut Irman, kecintaan dan bentuk penerimaan orang Minang terhadap putra Jawa Barat ini, ditunjukkan dengan diplesetkannya nama gubernur tersebut menjadi Ruslan Malin Marajo.
Selain “pertukaran putra terbaik” tersebut, keakraban antara orang Minang dengan masyarakat Jawa Barat juga terjalin melalui tali perkawinan. “Marah Roesli, sastrawan terkenal pengarang roman “Siti Nurbaya” menikah dengan putri Sunda, dan salah satu keturunannya adalah Harry Roesli, pemusik terkemuka dan tokoh masyarakat Jawa Barat,” katanya.
Kemudian, Soelaiman Effendi, penyair dan politisi asal Minang dan satu-satunya orang Indonesia yang pernah menjadi anggota Parlemen (Tweede Kamers) Negeri Belanda, juga menikah dengan putri Jawa Barat, dan salah satu putrinya bernama Rahayu Effendi. Putra dari Rahayu Effendi yang bernama Yusuf Macan Effendi –yang tak lain adalah cucu tokoh Minang— kini menjadi Wakil Gubernur Jawa Barat.
Jawa Barat dan Sumatera Barat sejak lama sama-sama dikenal sebagai provinsi yang berhasil pembangunannya dan maju perekonomian serta kesejahteraan rakyatnya. Pada masa Orde Baru, kedua provinsi tercatat sama-sama pernah meraih tanda penghargaan tertinggi pembangunan yakni, Parasamya Purnakarya Nugraha.
“Khusus kemajuan yang diraih oleh Sumatera Barat selama ini, saya yakin tidak terlepas dari sumbangsih dan kepedulian masyarakatnya, termasuk masyarakat Minang yang berada di Jawa Barat,” kata Irman.
Irman yakin di masa-masa mendatang, Sumatera Barat akan tetap dapat mencapai kemajuan-kemajuan yang signifikan, di bidang ekonomi, pendidikan, pariwisata, teknologi, seni dan budaya, baik dalam konteks lokal maupun internasional.
Menurut Irman, pengetahuan adalah senjata kompetitif yang paling efektif di abad ini karena pengetahuan jauh lebih berharga dibanding sumber daya alam, pabrik besar, atau saldo bank yang tinggi.
“Tantangan bagi kita kemudian adalah bagaimana menyatukan dan mengelola semua potensi masyarakat Minang baik yang ada di ranah maupun di rantau,” ujarnya.
Potensi ini, menurut Irman harus dikelola mengingat besarnya kekuatan SDM kita yang tersebar di berbagai tempat. “Kita harus mampu memanfaatkan brain drainmenjadi brain gain dan brain circulation, seperti yang dilakukan China, India, dan Israel. Mereka membangun bangsa mereka dengan kekuatan orang-orang mereka di luar,” ujarnya.
Diaspora masyarakat Minang bukan semata-mata bertujuan untuk mencari kehidupan secara ekonomis, tetapi juga mempunyai tujuan yang bersifat spiritual. Ranah Minang memang tidak memiliki limpahan sumber daya alam yang banyak, namun orang-orang Minang memiliki keunggulan sumber daya otak, budaya, serta nilai-nilai lokal yang kuat. Hal ini penting karena di era global sekarang, budaya memiliki peranan yang signifikan dalam mendorong kemajuan suatu negara.
Orang Minang, kata Irman, bisa maju dan mempunyai peranan yang menonjol dalam perjalanan sejarah bangsa karena memiliki nilai-nilai baik yang dibangun di atas landasan “adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah” sebagai dasar falsafah hidup kita.
Selesai membacakan makalahnya Irman Gusman minta pada ketua PKM agar mulai membuat Website guna mempererat silahturahmi dan mengetahui kegiatan kegiatan Minang di perantauan. Untuk itu, Irman menyumbang uang kontan sebesar Rp5 juta yang diterima Ketua PKM Asril Das. (h/dj)
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar