Ilustrasi (gettyimages)
Seperti ditulis dalam laporan mereka yang dimuat majalah ilmiah New Scientist, para peneliti menyebut komputer buatan mereka berbasis 'chaos of the natural world'.
Cara ini mereka klaim sangat berbeda secara signifikan dari cara linear pada komputer konvensional melalui serangkaian instruksi. Alih-alih bekerja melalui masukan dari setiap program yang berjalan di PC, teknologi 'systemic self-repairing computer' meniru cara alam bereaksi terhadap tantangan.
"Proses ini terdistribusi, terdesentralisasi dan probabilistik. Dan mereka bisa 'menyembuhkan diri'. Sebuah komputer harus bisa melakukan itu," kata salah satu ilmuwan bernama Peter Bentley, seperti dikutip dari PC Pro, Selasa (19/2/2013).
Komputer ini menggabungkan instruksi dengan data yang diterimanya, sehingga dapat mengadaptasi petunjuk dalam mencocokkan diri dengan perubahan keadaan. Prototype belum diberi nama ini juga bisa menggunakan data lingkungan, menghubungkan suhu di luar dengan cara bereaksi jika kondisi terlalu panas.
Ketika komputer sudah bisa menghitung bagaimana reaksi terhadap skenario semacam itu, hasilnya dibagi antara sistem yang terpisah dalam komputer, yang diperlukan komputer sebagai elemen individu.
Sifat terdistribusi pada sistem ini, disebut para ilmuwan sebagai kuncinya. Pasalnya, komputer mengandung beberapa salinan instruksi yang didistribusikan di banyak sistem.
"Jadi jika salah satu sistem menjadi rusak, komputer dapat mengakses salinan lain yang masih bersih untuk memperbaiki kode sendiri," tulis mereka.
Hasilnya, komputer diklaim akan terhindar dari crash dan rendering screen of death. Sistem akan mengakses data dari sistem lain dalam dirinya untuk melakukan pemulihan dan mengoreksi data
.s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar