FOTO:detikbandung/Baban
Bandung - Berbeda dengan tahun sebelumnya, League of Change kali ini menampilkan pula sejumlah tim putri. Aksi mereka bersepakbola di bawah jembatan layang pun menarik perhatian penonton.
Di hari kedua turnamen, Senin (11/3/2013), sekitar seratusan warga tampak antusias menyaksikan tim putri Jawa Barat melawan tim putri Female Selection di Lapangan Bandung Wetan (Bawet), kawasan Balubur, Kota Bandung.
Dua jam sebelum masuk lapangan, awalnya tak mengira para wanita berpenampilan modis itu merupakan tim peserta dari "tuan rumah". Sejumlah penonton pria yang baru menyaksikan event ini pun berbisik-bisik. "Gareulis (pada cantik) euy," ucap mereka.
Menjelang kickoff, wanita itu berganti pakaian dengan kostum sepakbola. Sontak saja penonton mendekat. "Ayo-ayo, masuk-masuk," teriak penonton mendukung tim Jabar.
Perempuan-perempuan yang masih muda itu pun bersemangat dalam bermain. Mereka terbilang cekatan dalam mengolah si kulit bundar. Meski kalah 2-3 lewat adu penalti, tim Jabar tetap ke final karena sebelumnya sudah dua kali menang. Lawan mereka di final besok adalah DKI Jakarta.
Menurut sang pelatih, Eko Sutrisno (24), timnya terdiri dari delapan wanita yang mayoritas berusia muda. Empat di antaranya orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
"Kita optimistis final bisa menang," cetus salah satu pemain, Neneng (34, bukan nama sebenarnya), yang terpapar HIV postif sejak 2006.
Awalnya ada lima tim putri yang akan mengikuti League of Change, yang digagas Rumah Cemara -- yang salah satu tujuannya adalah sebagai seleksi pemain tim Indonesia di ajang Homeless World Cup 2013 di Polandia. Belakangan Jawa Timur menarik diri dan tempatnya digantikan Female Selection. Empat tim lainnya adalah Jabar, Jakarta, Yogyakarta, dan Banten.
Di hari kedua turnamen, Senin (11/3/2013), sekitar seratusan warga tampak antusias menyaksikan tim putri Jawa Barat melawan tim putri Female Selection di Lapangan Bandung Wetan (Bawet), kawasan Balubur, Kota Bandung.
Dua jam sebelum masuk lapangan, awalnya tak mengira para wanita berpenampilan modis itu merupakan tim peserta dari "tuan rumah". Sejumlah penonton pria yang baru menyaksikan event ini pun berbisik-bisik. "Gareulis (pada cantik) euy," ucap mereka.
Menjelang kickoff, wanita itu berganti pakaian dengan kostum sepakbola. Sontak saja penonton mendekat. "Ayo-ayo, masuk-masuk," teriak penonton mendukung tim Jabar.
Perempuan-perempuan yang masih muda itu pun bersemangat dalam bermain. Mereka terbilang cekatan dalam mengolah si kulit bundar. Meski kalah 2-3 lewat adu penalti, tim Jabar tetap ke final karena sebelumnya sudah dua kali menang. Lawan mereka di final besok adalah DKI Jakarta.
Menurut sang pelatih, Eko Sutrisno (24), timnya terdiri dari delapan wanita yang mayoritas berusia muda. Empat di antaranya orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
"Kita optimistis final bisa menang," cetus salah satu pemain, Neneng (34, bukan nama sebenarnya), yang terpapar HIV postif sejak 2006.
Awalnya ada lima tim putri yang akan mengikuti League of Change, yang digagas Rumah Cemara -- yang salah satu tujuannya adalah sebagai seleksi pemain tim Indonesia di ajang Homeless World Cup 2013 di Polandia. Belakangan Jawa Timur menarik diri dan tempatnya digantikan Female Selection. Empat tim lainnya adalah Jabar, Jakarta, Yogyakarta, dan Banten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar