Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono memastikan dua letusan freatik Gunung Tangkuban Parahu pada Senin (4/3) dan Rabu (6/3) merupakan letusan terbesar yang tercatat sejak tahun 1992.
Berdasarkan data yang diterima PVMBG, pada tahun 2005 dan juga 2013 lalu, Gunung Tangkuban Parahu yang menjadi ikon pariwisata di daerah Bandung sempat menggeliat selama beberapa bulan. Namun, aktivitas vulkanik tersebut hanya berupa embusan gas beracun di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III atau 1,5 kilometer dari pusat Kawah Ratu.
"Yang terbesar terakhir itu tahun 1992 dengan ketinggian semburan material vulkanik 159 meter di atas Kawah Ratu," kata Surono saat ditemui di kantornya, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, siang tadi.
Menurut Surono, letusan yang terjadi dua hari ke belakang merupakan letusan terbesar Gunung Tangkuban Parahu sejak 12 tahun terakhir dengan prediksi semburan material vulkanik sekitar 500 meter dari pusat Kawah Ratu.
Data yang diperoleh di lapangan mempertegas kembali letusan tersebut memang merupakan letusan terbesar. Pasalnya, material berupa batu dengan diameter 30 sentimeter mampu terlontar hingga jarak 50 meter saat letusan Senin (4/3) lalu. "Gempa dalam tercatat hari ke hari tidak mengalami penurunan. Bahkan, letusan kedua membuat lubang baru dan berpindah sekitar 30 meter ke arah lembah maut akibat longsor di tebing kawah pertama," jelas pria yang akrab disapa Mbah Rono ini.
Kendati letusan tersebut besar, PVMBG tidak menaikkan status Tangkuban Parahu dan tetap pada waspada level II. Namun, Surono menyesalkan tindakan pengelola Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu, yaitu PT GRPP, yang masih membuka kunjungan wisata meski sudah diperingatkan beberapa kali.
"Untungnya letusan terjadi pagi dan sore hari ketika sudah tidak ada pengunjung. Yang saya khawatirkan jika terjadi letusan siang hari, pasti akan menimbulkan kepanikan," tegasnya.
Surono bersyukur hingga hari ini sudah tidak ada pengunjung dan juga pedagang yang berada di bibir Kawah Ratu, yang masih kerap mondar-mandir untuk mengambil dan mengamankan barang dagangan mereka. "Sudah tidak ada pengunjung, dan mudah-mudahan pedagang sadar kalau di sana sudah tidak aman," tegasnya.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar