Darwis (58) warga Talang Tansaidi, Nagari Kambang, Kecamatan Lengayang, Pesisir Selatan Senin (18/3) tampak sibuk memainkan sebuah pisau rautan berukuran kecil di atas bingkai kayu yang akan dijadikan alat musik rabab (mirip biola-red). Jarinya menggenggam kuat hulu pisau lentik itu, namun gerakan tangannya tampak lincah, lentur dan meliuk-liuk mengikuti garis khayal yang akan membentuk lekukan bodi rabab.
Lelaki ini sudah hampir separuh hidupnya menghabiskan waktu membuat alat musik tradisional khas Pesisir Selatan itu. Dari tangannya telah tercipta ribuan rabab yang dipasarkan ke berbagai tempat. Rabab buatannya pun banyak pula dimainkan tukang rabab tersohor atau juga dibawa keluar daerah sebagai oleh-oleh atau kenang-kenangan.
Darwis memperoleh keterampilan membuat rabab dari mamaknya (paman-red). Menurut keterangannya, ia sudah mulai belajar membuat rabab ketika berusia belia. Dan rabab hasil ciptaan pertamanya ketika ia baru berumur 12 tahun. Membuat rabab butuh kesabaran dan kemampuan memainkannya, jika tidak hasilnya tidak sempurna.
Beberapa tahun terakhir, mahasiswa STSI Padang Panjang sering memesan rabab kepadanya. Kadang pesanan itu mencapai 80 rabab setiap tahun. Namun hingga kini ia mengaku belum pernah mendapatkan bimbingan teknis pemasaran dari pemerintah. Mulai dari pembuatan hingga pemasaran masih dilakukannya secara tradisional.
Oleh karena alat musik rabab pasisie tidak serupa dengan alat musik rabab Piaman atau Pauh Padang, maka ia sering menggunakan kekuatan insting dalam pekerjaannya. Kebanyakan orang memandang alat musik rabab pasisie dianggap sama dengan alat musik rabab lainnya, padahal tidak.
Ukuran alat musik rabab pasisie dibuat agak kecil dari rabab standar. Badannya persis sama dengan biola, artinya bukan bulat dan memiliki leher sedang dan pegbox. Ia memiliki empat senar. Tidak ada papan nada ditangkainya.
Menurutnya, rabab yang bagus terlihat dari jenis kayu yang terpancar dari warna dan usia kayunya. Kayu tua memperlihatkan bodi yang loreng (lingkaran tahunan kayu). Semakin tajam dan jelas lorengnya, dipastikan kayu yang digunakan menggunakan bagian dalam pohon, dipercaya lebih bagus suaranya. Secara fisik, dengan demikian rabab telah selesai.
Untuk menguji, cobalah melihat loreng tersebut seperti melihat halogram. Bila loreng itu “bergerak”, maka itu asli, bila loreng itu kesannya diam, maka dipastikan loreng itu hanya di gambar saja. Selanjutnya, geseklah biola tersebut, apakah bunyinya keras apa tidak. Hati-hati juga dalam menggesek, karena dapat merusak telinga bila rababnya terlampau jelek, karena frekuensi yang dihasilkan terlalu tinggi, dan merusak gendang telinga bila dimainkan terlalu lama. Bila suara yang dihasilkan menimbulkan kesan “nyaman”, itulah ciri biola yang baik.
“Itu hanya cirri-ciri secara umum. Namun biasanya orang yang peka terhadap musik rabab akan mengetahuinya ketika mendengarkan bunyinya,” kata Darwis.
Mereka yang sudah fasih memainkan alat musik rebab pasisie akan mengetes suranya dengan memainkan irama malahgam (bunyi yang beriba-iba dan menyayat). Namun tidak pula semua pemain rabab yang bisa memainkan irama balagham tersebut. Kini irama balagham itu telah punah untuk ditampilkan dimuka umum karena tidak ada lagi tukang rabab yang bisa memainkannya.
Irama balagham kini hanya tinggal nama dan pameo. Orang sering mengatakan, “rabab sajalah yang menyampaikan”. Padahal rabab yang bisa menyampaikan adalah tukang rabab yang dapat memainkan irama balagham.
Dulu menurut Darwis, dimanapun pertunjukan rabab, tukang rabab bisa menyampaikan maksud dan tujuan seorang lelaki kepada perempuan yang disukainya. “Bahkan keduanya bisa jadian setelah tukang rabab menyampaikan dalam irama balagham,” katanya.
Irama balagham itu bisa menyentak hati perempuan maupun meluluhkan hati laki-laki. Lalu kemudian merasakan pilu yang sedalam-dalamnya dan akhirnyapun jatuh hati. “Sekarang yang tersisa hanyalah ratok sikambang dan raun sabalik, sedangkan balagham yang dipergunakan untuk menyampaikan telah lenyap,” katanya.
Untuk mengerjakan pembuatan musik rabab yang bisa mengeluarkan suara untuk irama balagham tersebut perlu waktu dan ketekunan. “Itu makanya tidak semua tukang kayu bisa membuat rabab. Tukang membuat rabab biasanya sekaligus bisa memainkannya,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar