Ilustrasi pemudik lebaran. TEMPO/Dasril Roszandi
Awal bulan Ramadan tahun ini antara warga Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah ada kemungkinan berbeda. Sementara warga Muhammadiyah akan memulai puasa Ramadan pada 9 Juli 2013, nahdliyin akan berpuasa sehari setelahnya.
“Pada 9 Juli itu diprediksi ketinggian hilal masih di bawah ufuk,” kata Kepala Sub-Direktorat Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat Kementerian Agama, Ahmad Izzudin, Ahad, 16 Juni 2013. Pengasuh Pondok Pesantren Darunnajah Semarang ini memperkirakan rukyat yang akan dilakukan pemerintah pada 8 Juli tidak akan berhasil melihat hilal.
Sebab, dari perhitungan hisab pada 8 Juli dari Sabang sampai Merauke, ketinggian hilal masih di bawah 1 derajat. “Bahkan di beberapa daerah hilalnya di bawah nol atau minus,” kata Izzudin. Ia juga memperkirakan puasa hanya berlangsung 29 hari. Ini berarti, warga NU dan Muhammadiyah akan bersama-sama merayakan Idul Fitri pada 8 Agustus 2013.
Ketua NU Jawa Tengah Moh Adnan menyatakan, berdasarkan perhitungan hisab tim Lajnah Falaqiah NU Jawa Tengah, bulan Syakban akan mencapai istikmal atau penuh 30 hari. “Karena sempurna 30 hari, maka awal Ramadan akan jatuh pada 10 Juli,” katanya.
Cendekiawan Nahdlatul Ulama, KH Solahudin Wahid atau Gus Solah, mengatakan penetapan 1 Ramadan hanya berdasarkan perhitungan hisab tidak bisa dijadikan acuan tanpa pengamatan langsung. "Hasil perhitungan mungkin saja salah," kata dia.
Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan pihaknya tetap memakai hasil perhitungan hisab sebagai dasar penetapan 1 Ramadan. "Perhitungan hisab merupakan acuan sah untuk menetapkan 1 Ramadan," katanya. Ia mengatakan Pimpinan Pusat Muhammadiyah tidak akan datang dalam sidang isbat Kementerian Agama pada 8 Juli 2013.
PP Muhammadiyah sudah menetapkan awal puasa pada 9 Juli 2013 dan Idul Fitri 1 Syawal 1434 Hijriah pada 8 Agustus 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar