Sebentar lagi arus mudik tiba. Hiruk-pikuk di jalan raya akan menghiasi media. Masyarakat bergembira menyambut Idul Fitri. Sudah jadi tradisi, tiap Lebaran, perantau pasti mudik. Khusus di Sumatra Barat dikenal dengan pulang basamo. Mudik menjadi ritual tersendiri mengikuti hari yang suci.
Perantau pulang basamo merupakan modal bagi pembangunan nagari. Potensi itu harus dimanfaatkan. Selama ini, tak terbilang kontribusi yang diberikan perantau terhadap kampung halaman. Entah itu berupa aliran dana bagi pembangunan, maupun pemberdayaan ekonomi.
Namun, selama ini perantau tersebut bergerak secara individual. Mereka yang mapan di perantauan, lalu mengirim uang ke kampung. Bahkan, berkirim dana untuk membayar zakat. Harusnya, pemerintah daerah menggarap perantau secara keseluruhan dan dijadikan sebagai bagian dari pembangunan daerah. Perantau merupakan potensi besar untuk penanggulangan kemiskinan.
Kita berharap, perantau memang serius membangun kampung. Bukan sekadar bagi-bagi uang yang diharapkan. Tapi, bagaimana potensi modal yang demikian besar, dipakai untuk membuat lapangan pekerjaan atau industri kreatif yang bisa menampung pengangguran. Inilah yang terlupakan selama ini.
Bagi-bagi uang tak ada salahnya. Berbagi juga merupakan keharusan. Namun, jika hanya sekadar berbagi rezeki sekali setahun, jelas tak akan terasa dampak ekonominya dalam jangka panjang.
Solusi kongkrit yang bisa ditempuh, bila ada suatu kaum yang berhasil di perantauan, maka dia bisa memberdayakan banyak orang di kampung halaman dengan pemberian modal kerja.
Pemerintah daerah mestinya menjadi fasilitator. Inventarisir perantau yang punya kemampuan lebih, tawarkan kepada mereka peluang yang bisa bermanfaat bagi banyak orang. Jadi, perantau seriuslah berbuat sesuatu untuk kampung halaman.
Kita tak menginginkan perantau mudik, lalu mencari-cari kesalahan di kampung halaman. Kita juga tak ingin perantau yang sekadar bergaya dengan pamer keberhasilan. Masyarakat kini memerlukan perantau yang berbuat nyata. Berbuat untuk kepentingan jangka panjang yang hasilnya dipetik banyak orang.
Perantau, selamat datang di tanah kelahiran. Banyak persoalan di Sumatra Barat yang perlu dituntaskan.
Satu hal yang penting, perantau perlu memberikan keyakinan kepada masyarakat di kampung halaman, betapa pentingnya kepercayaan dan perlu kebersamaan dalam membangun nagari. (*)
s
Perantau pulang basamo merupakan modal bagi pembangunan nagari. Potensi itu harus dimanfaatkan. Selama ini, tak terbilang kontribusi yang diberikan perantau terhadap kampung halaman. Entah itu berupa aliran dana bagi pembangunan, maupun pemberdayaan ekonomi.
Namun, selama ini perantau tersebut bergerak secara individual. Mereka yang mapan di perantauan, lalu mengirim uang ke kampung. Bahkan, berkirim dana untuk membayar zakat. Harusnya, pemerintah daerah menggarap perantau secara keseluruhan dan dijadikan sebagai bagian dari pembangunan daerah. Perantau merupakan potensi besar untuk penanggulangan kemiskinan.
Kita berharap, perantau memang serius membangun kampung. Bukan sekadar bagi-bagi uang yang diharapkan. Tapi, bagaimana potensi modal yang demikian besar, dipakai untuk membuat lapangan pekerjaan atau industri kreatif yang bisa menampung pengangguran. Inilah yang terlupakan selama ini.
Bagi-bagi uang tak ada salahnya. Berbagi juga merupakan keharusan. Namun, jika hanya sekadar berbagi rezeki sekali setahun, jelas tak akan terasa dampak ekonominya dalam jangka panjang.
Solusi kongkrit yang bisa ditempuh, bila ada suatu kaum yang berhasil di perantauan, maka dia bisa memberdayakan banyak orang di kampung halaman dengan pemberian modal kerja.
Pemerintah daerah mestinya menjadi fasilitator. Inventarisir perantau yang punya kemampuan lebih, tawarkan kepada mereka peluang yang bisa bermanfaat bagi banyak orang. Jadi, perantau seriuslah berbuat sesuatu untuk kampung halaman.
Kita tak menginginkan perantau mudik, lalu mencari-cari kesalahan di kampung halaman. Kita juga tak ingin perantau yang sekadar bergaya dengan pamer keberhasilan. Masyarakat kini memerlukan perantau yang berbuat nyata. Berbuat untuk kepentingan jangka panjang yang hasilnya dipetik banyak orang.
Perantau, selamat datang di tanah kelahiran. Banyak persoalan di Sumatra Barat yang perlu dituntaskan.
Satu hal yang penting, perantau perlu memberikan keyakinan kepada masyarakat di kampung halaman, betapa pentingnya kepercayaan dan perlu kebersamaan dalam membangun nagari. (*)
s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar