Oleh M Husnaini
Adakah di antara kita yang bercita-cita menjadi pribadi yang memalukan? Semua tentu ingin tampil sebagai pribadi yang membanggakan. Membanggakan di mata sesama manusia, terlebih di mata Allah. Hadis berikut dapat memandu kita agar menjadi pribadi yang membanggakan, khususnya di hadapan Allah.
Dari Abu Darda’ RA bahwa Nabi SAW bersabda, "Ada tiga golongan yang kelak dicintai Allah, dan Allah tertawa kepada mereka sambil memberikan kabar gembira. Yaitu orang yang apabila melihat perang berkecamuk, dia segera ikut berperang di belakang orang-orang karena Allah. Dia tidak peduli apakah nanti terbunuh atau diselamatkan Allah. Yang demikian itu cukup baginya, dan Allah berkata kepada para malaikat, ‘Lihatlah hambaku ini bagaimana dia begitu sabar demi Aku’. Kemudian orang yang memiliki istri cantik dan kasur yang empuk dan bagus, tetapi dia bangun malam hari. Maka Allah berkata, ‘Dia mengabaikan syahwatnya demi mengingat Aku. Padahal kalau mau, dia bisa saja tidur’. Kemudian, orang yang dalam bepergian bersama rombongan, semua orang bangun lalu kembali tidur, maka dia tetap terjaga pada waktu sahur dalam keadaan lelah atau santai." (HR Hakim dan Thabrani).
Pertama, berjihad tanpa dengan segala daya dan kemampuan. Melakukan jihad sungguh tidak mudah. Jihad, apapun bentuknya, tentu akan mendapat perlawanan dari nafsu. Bisikan nafsu akan selalu berusaha menjauhkan kita dari jihad. Karena itu, ketika manusia mampu berjihad, berarti ia telah mampu menundukkan nafsunya. Ia tidak lagi mempedulikan kepentingan dirinya. Dalam hati dan pikiran orang yang benar-benar tulus berjihad hanya ada Allah. Jangankan kehilangan harta, waktu, dan tenaga, pelaku jihad bahkan tidak mau tahu dengan keselamatan nyawanya sendiri.
Itulah yang membuat Allah ‘terharu’ sehingga menyanjung hamba-hamba yang begitu tabah dan sabar itu di hadapan para malaikat.
Kedua, bangun malam untuk beribadah. Tidak banyak orang yang mau bangun di waktu malam untuk menghadap Allah. Kenikmatan istirahat berupa tidur sangat berat ditinggalkan. Terlebih pada waktu sepertiga malam yang terkahir. Saat itu adalah pulas-pulasnya tidur, meskipun saat itulah Allah turun ke langit dunia, mengabulkan doa setiap hamba-Nya yang sedang bersimpuh luruh mengagungkan nama-Nya.
Allah sangat bangga terhadap hamba-hamba yang rela meninggalkan peraduannya demi menghadap Tuhannya. Dia tidak terpedaya oleh kenikmatan duniawi berupa kamar yang indah dan istri yang cantik. Padahal semua itu halal baginya. Dia lebih memilih memuji kebesaran Allah melalui rangkaian ibadah pada saat selainnya sedang tidur.
Ketiga, beribadah dalam keadaan letih. Rajin beribadah dalam keadaan longgar adalah hal biasa. Sebab tidak ada sesuatu yang memang harus dilakukan. Tetapi beribadah dalam keadaan sibuk dan letih itu luar biasa. Hanya orang-orang dengan keimanan prima yang sanggup melakukannya.
Allah memuji orang-orang yang demikian. Dalam perjalanan hanya sekadar contoh kesibukan dan keletihan. Tetapi, sesungguhnya kesibukan bukan hanya dalam kondisi musafir. Di zaman modern seperti sekarang, banyak orang menjadi sibuk meskipun tidak sedang dalam perjalanan. Pekerjaan yang menumpuk akibat dikejar target oleh perusahaan juga salah satu bentuk kesibukan. Seharian bekerja di kantor juga merupakan sebuah keletihan.
Ketika dalam kondisi demikian, malamnya kita masih bisa bangun malam guna melakukan tahajud, zikir, dan tadarus Alqur’an, maka itulah kemuliaan. Allah akan melihat kita dengan bangga. Kita juga akan disediakan kedudukan yang mulia, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Semoga kita semua dapat menjadi pribadi-pribadi pilihan, manusia-manusia yang membanggakan di dunia dan akhirat. Hadis ini dapat kita jadikan sebagai panduan. Aamiin.
s
Adakah di antara kita yang bercita-cita menjadi pribadi yang memalukan? Semua tentu ingin tampil sebagai pribadi yang membanggakan. Membanggakan di mata sesama manusia, terlebih di mata Allah. Hadis berikut dapat memandu kita agar menjadi pribadi yang membanggakan, khususnya di hadapan Allah.
Dari Abu Darda’ RA bahwa Nabi SAW bersabda, "Ada tiga golongan yang kelak dicintai Allah, dan Allah tertawa kepada mereka sambil memberikan kabar gembira. Yaitu orang yang apabila melihat perang berkecamuk, dia segera ikut berperang di belakang orang-orang karena Allah. Dia tidak peduli apakah nanti terbunuh atau diselamatkan Allah. Yang demikian itu cukup baginya, dan Allah berkata kepada para malaikat, ‘Lihatlah hambaku ini bagaimana dia begitu sabar demi Aku’. Kemudian orang yang memiliki istri cantik dan kasur yang empuk dan bagus, tetapi dia bangun malam hari. Maka Allah berkata, ‘Dia mengabaikan syahwatnya demi mengingat Aku. Padahal kalau mau, dia bisa saja tidur’. Kemudian, orang yang dalam bepergian bersama rombongan, semua orang bangun lalu kembali tidur, maka dia tetap terjaga pada waktu sahur dalam keadaan lelah atau santai." (HR Hakim dan Thabrani).
Pertama, berjihad tanpa dengan segala daya dan kemampuan. Melakukan jihad sungguh tidak mudah. Jihad, apapun bentuknya, tentu akan mendapat perlawanan dari nafsu. Bisikan nafsu akan selalu berusaha menjauhkan kita dari jihad. Karena itu, ketika manusia mampu berjihad, berarti ia telah mampu menundukkan nafsunya. Ia tidak lagi mempedulikan kepentingan dirinya. Dalam hati dan pikiran orang yang benar-benar tulus berjihad hanya ada Allah. Jangankan kehilangan harta, waktu, dan tenaga, pelaku jihad bahkan tidak mau tahu dengan keselamatan nyawanya sendiri.
Itulah yang membuat Allah ‘terharu’ sehingga menyanjung hamba-hamba yang begitu tabah dan sabar itu di hadapan para malaikat.
Kedua, bangun malam untuk beribadah. Tidak banyak orang yang mau bangun di waktu malam untuk menghadap Allah. Kenikmatan istirahat berupa tidur sangat berat ditinggalkan. Terlebih pada waktu sepertiga malam yang terkahir. Saat itu adalah pulas-pulasnya tidur, meskipun saat itulah Allah turun ke langit dunia, mengabulkan doa setiap hamba-Nya yang sedang bersimpuh luruh mengagungkan nama-Nya.
Allah sangat bangga terhadap hamba-hamba yang rela meninggalkan peraduannya demi menghadap Tuhannya. Dia tidak terpedaya oleh kenikmatan duniawi berupa kamar yang indah dan istri yang cantik. Padahal semua itu halal baginya. Dia lebih memilih memuji kebesaran Allah melalui rangkaian ibadah pada saat selainnya sedang tidur.
Ketiga, beribadah dalam keadaan letih. Rajin beribadah dalam keadaan longgar adalah hal biasa. Sebab tidak ada sesuatu yang memang harus dilakukan. Tetapi beribadah dalam keadaan sibuk dan letih itu luar biasa. Hanya orang-orang dengan keimanan prima yang sanggup melakukannya.
Allah memuji orang-orang yang demikian. Dalam perjalanan hanya sekadar contoh kesibukan dan keletihan. Tetapi, sesungguhnya kesibukan bukan hanya dalam kondisi musafir. Di zaman modern seperti sekarang, banyak orang menjadi sibuk meskipun tidak sedang dalam perjalanan. Pekerjaan yang menumpuk akibat dikejar target oleh perusahaan juga salah satu bentuk kesibukan. Seharian bekerja di kantor juga merupakan sebuah keletihan.
Ketika dalam kondisi demikian, malamnya kita masih bisa bangun malam guna melakukan tahajud, zikir, dan tadarus Alqur’an, maka itulah kemuliaan. Allah akan melihat kita dengan bangga. Kita juga akan disediakan kedudukan yang mulia, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Semoga kita semua dapat menjadi pribadi-pribadi pilihan, manusia-manusia yang membanggakan di dunia dan akhirat. Hadis ini dapat kita jadikan sebagai panduan. Aamiin.
s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar